25. PREPARE

292 64 14
                                    

Dua geng yang menginap di vila 13 malam ini prepare barang mereka masing-masing karena besok akan pulang. Ah, sudah 12 hari rupanya mereka satu vila dan melakukan banyak hal.

Dari mulai muncak sampai jalan-jalan ke kebun teh Abyan, tidak lupa bahwa Alen, Dwinka, Divia, dan Raina mengetahui rahasia yang sampai sekarang belum mereka ketahui seluruhnya, kecuali Divia. Gadis itu lebih memilih untuk menerima tawaran untuk bermain-main di hari terakhir mereka liburan.

Bukan karena Divia tidak menyayangi Dwinka dan Agas, tetapi dia belum mau mati. Toh, dia masih bisa memikirkan strategi supaya besok tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkannya.

"Jangan lupa misi kita besok, Kak Via." Tiba-tiba saja Gea berbisik di telinga Divia sembari tersenyum smirk.

Gadis yang mulanya Divia kira kalem dan polos, ternyata ikut masuk dalam rencana dua abangnya. Memang, Gea memiliki satu abang, yaitu Abyan. Namun, Divia mengetahui hal baru yang selama ini tidak dirinya ketahui.

Di antara Geng A6, ada yang sepupuan. Namun nama belakang mereka tidak sama, karena ayah mereka beda marga. Ya, selain Killa dan Aldan, di antara mereka ada yang sepupuan, tetapi memilih untuk dirahasiakan.

“Iya, Ge. Kak Via gak lupa,” balas Divia setelahnya.

Gea pun hanya berdeham. Lalu mengajak Divia untuk keluar dari kamar karena malam ini adalah malam terakhir mereka satu vila.

Geng A6 dan Gadis Kembang berjanjian untuk bermalam di ruang tengah, lebih tepatnya bercerita apa pun itu sebelum mereka memiliki batasan untuk bertemu nanti. Kalau sudah sekolah, malam harinya mereka pasti akan jarang bertemu.

Atau … ini benar-benar akan jadi malam terakhir mereka. Ah, lebih tepatnya malam terakhir untuk Dwinka dan Agas?

Namun, Divia masih terus mencari cara supaya besok Dwinka dan Agas aman. Divia meyakinkan dirinya bahwa ini semua tidak akan pernah terjadi. Dwinka dan Agas akan pulang bersama mereka dan harus berdamai dengan salah satu dari dua lelaki yang diketahui sepupuan itu.

Saat kaki Divia sudah sampai di ruang tengah, entah mengapa langsung gemetaran. Gea menggenggam tangan Divia dan berkata lirih, “Biasa aja, jangan bikin kecurigaan.”

Divia menarik napasnya dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Ia pun mengangguk dan ikut bergabung dengan mereka semua.

“Nah, ini dia ibunda ratu yang ngaret. Lama banget prepare-nya, ada barang yang mau dibawa pulang, Bu? Haha,” ucap Arga bermaksud bercanda, tertawa kecil walau sendirian.

“Iya. Gue mau bawa perabotan vila ini,” ketus Divia menjawab pertanyaan Arga.

“Gak bawa cintanya Byan aja? Yahaha hayyukk,” canda Arga lagi, yang membuat Divia memutarkan bola matanya malas.

Tak.

Kening Arga langsung saja terkena jitakan maut dari Abyan.

“Sakit, Abyanjing,” keluh Arga seraya mengusap-usap kening yang baru saja dijitak itu.

Abyan mencibir, “Cinta lo aja, noh, sama Alen. Jadi cowok, gak ada effort sama sekali.”

“Emang lo ada?”

“Ada, kalo gue mau. Gue, kan, lagi gak mau.”

Arga ikut mencibir, “Bilang aja lo suka sama Lala, tapi gak enak sama Divia.”

Abyan membulatkan matanya. Manusia satu ini memang tidak bisa diam sekali mulutnya. Walaupun kedua geng sudah sama-sama tahu bahwa Abyan suka dengan Lala dan Divia suka dengan Abyan, tetapi tidak perlu diperjelas lagi, ‘kan, bisa?

13 ANAK REMAJAWhere stories live. Discover now