*•.¸♡chapter tiga puluh empat♡¸.•*

19.9K 2.8K 39
                                    

"theo~"

"dimana kau berada~"

"theo~"

theo menutup mata dan telinganya, jantung theo berdegup kencang. bagaikan berada dalam film horor dan dikejar hantunya itulah yang theo rasakan. bersembunyi diantara tumbuhan - tumbuhan sambil jongkok.

ini semua bermula ketika theo dan froy ingin kembali ke asrama tapi froy tiba - tiba mendapat panggilan dan harus meninggalkan theo. theo tidak masalah dan terus berjalan sampai depan kamar asramanya bersiap membuka pintu.

dan belum sedetik theo membuka pintu sudah ada beban istana yang bersiap memeluknya, juga tidak ada galen yang menandakan theo hanya akan berdua dengan xavier.

tanpa babibu theo langsung berlari menghindari xavier, xavier yang tak mau ditinggalkan pun mengejar theo. dan jadilah mereka kejar - kejaran di lorong asrama, teguran penjaga asrama bagai angin lewat bagi mereka.

sampai akhirnya theo bersembunyi di taman belakang akademi, beruntunglah bagi theo karna hari sudah gelap jadi akan xavier tak akan mudah menemukannya diantara para tumbuhan yang lebat.

"dimana ya~"

theo menahan nafasnya mendengar langkah kaki yang mendekatinya.

"keluarlah~ aku hanya akan menelukmu~"

semakin dekat.

keringat theo mulai bercucuran.

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?"

"MURID TIDAK BOLEH PERGI KE TAMAN MALAM - MALAM!"

"HAH? APA MASALAHMU!"

penjaga itu terkejut "p - pangeran kedua.."

xavier mendengus kesal dan meninggalkan taman.

beberapa menit kemudian theo menghembuskan nafas lega.

"ugh.. dingin." theo memeluk dirinya sendiri dan berjalan ke arah bangku taman

"oh? ini hutan yang tadi." gumam theo

hutan belakang akademi efigenia, padahal waktu theo bersama evans hutannya terlihat cantik dan menyejukkan tapi sekarang theo melihatnya di malam hari dan terlihat sangat menyeramkan.

"aku akan kembali nanti saja deh, galen dan froy pasti belum pulang." monolog theo

"tapi... sangat dingin.." theo masih memakai seragam pakaian sekolahnya tanpa rompi, hanya kemeja putih tak berdaya melawan dinginnya malam

hening

theo merenung dan tersenyum miris.

"bagaimana diriku di dunia sana? bagaimana jane? orang tuaku? sebenarnya... kenapa aku bisa masuk disini, tidak mungkin kan kutukan jane benar - benar berhasil.. hahh fujo memang meresahkan."

"tapi.."

"sebenarnya siapa pemilik tubuh ini, kenapa aku masuk kedalam tubuhnya."

"apa aku benar - benar harus menjalani kehidupan baruku di dunia ini?"

"ini.. membuatku gila."

kresek kresek

"hah?" theo terkejut

menoleh kekiri dan kanan mencari sumber suara.

krekk

theo merasa bulu kuduknya berdiri, suara itu pas berada di dalam hutan dan berada di depannya.

dengan kaku theo meneguk ludahnya.

"g - gak mungkin kan..."

tap tap

"hihhh!"

theo tak berani menatap ke arah depan, perasaannya semakin tak enak.

"j - jangan ganggu aku, aku hanyalah orang tersesat yang masuk kedunia ini."

dengan kaku theo berdiri dari duduknya.

duk

entah dari mana asalnya batu yang menghadang langkah theo yang bahkan belum cukup dua langkah.

"kau tidak apa?"

sebuah tangan ter ulur, theo menerima uluran tangan itu.

mengelus pinggangnya yang sakit theo mendongak "terima-"

theo terdiam

"kau-"

"BANGSAT ANJING BABI!"

"HMMPHHH!"

TBC^^
if you like this story leave a star and comment!

walau sering disakiti sider aku tetap baik dengan memberikan selalu double up→_→←_←

transmigration into a women's harem novel [bl]Where stories live. Discover now