...

345 44 0
                                    


Dia akhirnya pulang besok harinya. Kelakuannya membuat seluruh istana gempar sehingga Ryan harus memberikan mereka penghapusan ingatan singkat ke seluruh istana. Jika tidak akan ada gosip buruk dan pertanyaan dari mereka, itu sangat menganggu.
Hanya beberapa orang saja yang di biarkan tahu, agar mereka bisa membantu Ciera.

Ciera juga sudah di beri pengobatan yang lebih baik, dengan sedikit sihir ia akan di nobatkan besok, jadi ia harus segera pulih.

"Jadi dia tidak menghapus ingatan ku, kenapa? Apa dia berubah pikiran?"
Gumam Ciera sambil menikmati makan malamnya di dalam kamar.

Red ada di sana untuk menemaninya, juga untuk makan.

Giedre hanya menatapnya dengan penuh pertanyaan. Itu membuat Ciera menoleh dengan wajah kebingungan.

"Kenapa, kenapa menatap ku begitu?"

"Apakah Anda benar-benar ingin bunuh diri?"
Gadis itu terlihat takut, entah kenapa dia peduli sekali dengannya padahal Ciera adalah orang yang selalu membuatnya dalam masalah.

"Tidak Giedre, kau salah paham. Itu hanya sebuah kecelakaan, jangan khawatir aku tidak akan bunuh diri"
Ciera memilih berbohong saja, menutupi rasa malu juga sebenarnya.

Ciera menghela nafas, tindakan mereka yang sangat menyayangi dirinya, apakah itu pantas ia dapatkan?
Bahkan koki membuat makanan enak yang sangat spesial untuknya.

Perutnya sudah terasa lebih baik. Lukanya mulai menutup dan sembuh dengan sendirinya.

Besok ia akan menghadapi hal paling tidak di sangka. Menjadi ratu dan di bebankan banyak tanggung jawab.

"Giedre, bagaimana mungkin aku jadi ratu? Bahkan aku belum lulus sekolah"

"Kau pasti bisa melakukannya Chère, pangeran pasti akan membantu mu."

Ciera meragukan itu dengan ekpresi wajah tidak percaya. Pada kenyataannya pria itu selalu menganggapnya sebagai gadis pembawa masalah, pengacau, payah dan bodoh.

"Baiklah, tapi kau harus siap melihat kerajaan ini hancur ketika aku menjadi ratunya"
Kata Ciera sambil meletakkan nampan di atas meja.

Giedre terlihat kaget saat mendengar itu, gadis itu berusaha menutupinya.

"Ahahaha, aku bercanda jangan terkejut begitu. Mana mungkin gadis kecil lemah seperti ku bisa membuat kerajaan ini hancur... Ya kan?"

Giedre tersenyum, meskipun ia juga sedikit ragu. Ia harus selalu mendukung Ciera.

Persiapan istana dalam pengangkatan penerus kerajaan baru. Mereka sudah menyelesaikan dekorasi dan butuh begadang semalaman untuk memaksimalkannya.

Para rakyat pun sudah mempersiapkan perayaan untuk raja baru mereka. Ryan adalah salah satu penerus berkompeten sejak lama sudah di tunggu.

Pagi hari Ciera terbangun dengan keadaan sangat sehat. Ia penasaran mengapa tubuhnya menjadi lebih bugar, hingga akhirnya membuka perban luka di perutnya.

Viola... Ia tak menemukan apapun selain kulit yang seperti tidak pernah terluka.

Para Maid lantas mendandani dirinya dengan pakaian yang lebih baik dari sekedar gaun. Akan ada mahkota yang di letakkan ke kepalanya. Mereka kemudian membawa Ciera yang sudah terlihat siap dan mempesona bertemu Ryan.

Mereka akan berjalan bersama menuju tempat penobatan. Terlihat ramai sekali suara orang dari luar sana. Mereka menunggu dengan perasaan senang.

Dari jauh sudah terlihat pria yang gagah berdiri sambil memperhatikan langit dari jendela.
Cuaca memang sangat mendukung, cerah tetapi tidak panas.

Penasihat memang menentukan hari yang sangat baik.

'Gagah, tapi dia juga tua'
Batin Ciera, ia tak akan mengatakan pria itu tampan. Karena yang tampan hanya pemeran utama di teater yang sering ia lihat.

Para maid lantas pergi meninggalkan mereka berdua.

"Apa kau sudah baik-baik saja?"

Ciera mengerutkan dahinya. Mengapa pria itu bertanya seakan dia perduli? Selama ini saja mereka selalu berkelahi dan tak pernah saling bertukar keadaan.

Apa yang harus Ciera jawab? Jika ia menjawab dengan sinis pasti akan sesuatu yang hancur nanti.

"Jangan perdulikan keadaan ku"

Ryan menghela nafas, Ciera langsung melirik pria itu. Apakah dia salah menjawab? Padahal ia sudah berusaha mengatakan hal baik yang tidak menimbulkan permasalahan.

'kenapa dia terlihat kesal? Jika kau mendengar aku mengumpat mu, kau pasti lebih marah kan. Dasar muka kayu'

"Apa kau yakin?"
Tanya ciera setelah mengumpat Ryan dalam pikiran.

Ryan menatapnya sebagai tanda tanya.

"Kau tau aku akan menyebabkan masalah, bodoh dan lemah. Apa kau masih yakin membiarkan aku menjadi ratu di kerajaan yang sangat kau cintai ini?"

Ryan diam sejenak, ia belum pernah terpikirkan oleh itu sebelumnya.

"Sebenarnya tidak, melihat mu lebih buruk dan payah dari Odette aku sedikit merasa ragu. Tapi kita tidak punya pilihan lain"

Ciera menatapnya tajam, pria itu bermulut pedas juga ternyata.

'Si brengsek ini sedang membandingkan aku dengan wanita yang lebih tua dan berpendidikan. Kau mau ku rancun ha, sepertinya aku perlu merencanakan untuk mencelakai mu dasar sialan. Tua sialannnnn?!'

Ciera menahan dirinya, ia akan mengganti rencananya. Memangnya siapa dia, berani mengatainya. Ia tidak suka di remehkan begitu, jika dirinya sendiri yang meremehkan itu berarti ia sedang merendah. Jika orang lain yang melakukan itu, berati mengejek namanya dan Ryan sedang mengejeknya.

Pintu terbuka, sudah saatnya mereka keluar untuk melakukan pengobatan. Ada banyak orang di luar sana menatapnya dengan banyak perasaan bercampur.

Terharu, bahagia, ingin menangis, ingin terus tersenyum.

Kecuali para mantan istri pangeran.

Ciera menatap terkejut ke arah gerombolan wanita yang tengah menatapnya tajam.

'Aku masih bertanya-tanya mengapa mereka di undang ke sini. Mereka bisa melukai ku ya Tuhan. Padahal aku tidak menginginkan ini. Jangan tatap aku begitu!'

Harinya di mulai dengan semua ucapan dalam hati. Sampai malam pun akan begitu. Terdengar melelahkan karena ia tidak bisa mengumpat.

Madame Heva kemarin mendatanginya dan memberikan pelajaran di larang untuk mengumpat atau dia bisa terkena masalah. Daripada berurusan dengan wanita tua yang cerewet itu Ciera harus menahan dirinya.

Mereka melakukan serentetan prosedur dalam pengangkatan penerus baru.
Hingga bersumpah janji pada jabatan dan berakhir peletakan mahkota.

Ryan dan Ciera resmi menjadi raja dan ratu baru kerajaan ini.
Dan sekarang Ciera sedang duduk di singgasana menyaksikan penampilan yang mereka sajikan.

Ia terlihat senang, ia menyukai acara seperti itu. Tarian, nyanyian dan musik yang menyenangkan.

Ia tersenyum lebar dan ini menjadi sorotan bagi rakyatnya. Berbeda dengan Ryan yang hanya memberikan ekspresi biasa saja.

'Sepertinya dia tidak menyukai perayaan, tidak kaget karena dia payah'
Ciera akan menikmati ini saja, jarang ia bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan di sini selain makanan yang enak dan tempat tidur yang nyaman.

Anak-anak kecil mereka kompak memberinya bunga dan hadiah. Mereka sangat manis dan baik, sayang sekali ia mungkin tidak akan becus menjadi ratu.

'aku jadi merasa bersalah, padahal mereka bisa mendapatkan penguasa yang lebih baik'
Panggilan dari hati nuraninya. Ia hanya tidak ingin mengecewakan orang lagi. Tak semua orang, Ryan adalah pengecualian. Perduli sekali dia dengan pria itu. Akan ia anggap pria itu tidak ada.

.

.

.







Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang