berbanding.

133 21 2
                                    

Hai this is me white, maaf ya telat up. Aku lagi agak sibuk belajar soalanya oke see you love.

.

.

.

Ia tak menyinggung hal apapun yang sudah terjadi tadi malam. Bahkan ia tidak mengingat seperti apa pagi ini berlalu.

Tak ada Ryan saat makan pagi, pria itu membuat dirinya selalu penasaran dan bertanya-tanya tentang keberadaannya.
Padahal ia ingin berterimakasih karena telah menunjukkan hal indah semalam, ia menatap tangannya sendiri.

Rasa hangat yang Ryan salurkan lewat genggaman tangan begitu membekas di ingatannya. Ia mengepalkan tangannya, sampai kapan mau berpikir seperti ini. Ia jadi teringat jika Ryan seharusnya akan berubah dalam lima hari, pria yang di kutuk terdengar sangat menarik baginya. Sejak kemarin ia berusaha menanyakan hal tersebut akan tetapi selalu lupa saat berhadapan langsung. Entah apa yang terjadi padanya, ia selalu teralihkan oleh keberadaan pria itu.

Demi menghabiskan waktunya ia berjalan-jalan di sekitar pohon yang ada di samping kastil. Rumput di sana terlihat di urus walaupun jauh jaraknya dari kastil. sebelumnya Ciera datang ke perpustakaan untuk mencari buku, niatnya ia hendak membaca sesuatu yang bermanfaat akan tetapi yang ia temukan hanyalah kumpulan buku pelajaran, sejarah dan sedikit dari buku novel berbahasa Prancis.
Dan ia memilih untuk mengambil salah satu buku hikayat lama karena sampulnya yang menarik.

Ia duduk di bawah naungan pohon di mana ada sebuah kursi besi panjang, sambil menatap sinar matahari yang berhasil menerpa daun-daun di sana. Angin bertiup, udara yang cukup menyenangkan setelah kemarin hujan begitu deras kini matahari bisa tersenyum senang.

Kehidupannya di sini amat hambar, tak ada banyak hal yang bisa ia lakukan setiap harinya, selain menganggu dan membuat semua orang canggung. Itulah kenapa ia lebih baik berada sedikit jauh dari mereka agar tidak menganggu pekerjaan.
Mungkin semua akan berbeda jika ia memang bersama orang yang mencintainya.

Bibi Mary pagi ini berbaik hati untuk mengepang rambutnya yang panjang, karena angin dan dia yang aktif bergerak beberapa helai pasti terlepas dan jatuh dan membingkai wajahnya.
Lama-lama ia merasa terhanyut pada suhu udara yang nyaman. Ia sedikit mengantuk lantas membaringkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan buku. Rasanya begitu sejuk dan nyaman.

"Kau membaca dengan cara yang unik"

Ciera langsung meraih bukunya dan duduk.
Pria itu tiba-tiba saja ada di sekitarnya, bahkan tanda-tanda kehadirannya saja ia tak merasakan.

Matanya begitu berbinar saat terkena sinar teduh dari matahari.

"Akan ku anggap itu pujian" Ia menatap ke arah lain, menatap Ryan lebih dari sepuluh detik akan membuat otaknya kacau.
"Kapan kita akan pulang?"

"Terdengar seperti kau mulai menerima kerajaan itu sebagai rumah mu" Ryan duduk di sampingnya, saat itu lutut pria itu mengenai gaunnya yang panjang dan mengembang.

"Tidak juga, di sana ada Giedre jadi aku tidak merasa bosan" Ia berkata jujur tentang itu.

Ryan melipat kedua tangannya, bau yang menguar meskipun di ruang terbuka kini benar-benar membuatnya merasa aneh.

Ryan melirik ke arah Ciera, dari tempatnya yang dekat ia bisa melihat pipi wanita itu di bingkai rambut yang bergerak-gerak, dia hanya seorang wanita muda yang naif.
Rambutnya terlihat tertata dengan indah, ia menahan perasaan untuk mengelus kepala wanita itu. Ia kembali menatap ke arah depan, pikiran macam apa tadi yang menguasai dirinya, ia hampir tak sadarkan diri.

"Apakah aku perlu meminta maaf karena menjadikan bulan madu ini sebagai tameg pekerjaan ku"

"Aha, sudah ku duga ini memang tameg mu" Ciera menolehkan tubuhnya dengan raut bangga.
"Ternyata aku memang pandai, tenang saja lagipula aku tak benar-benar sudi selalu bersamamu" Ia mengatakan itu lantas menyertakan menepuk pundak Ryan pelan.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang