[16] MEREKA PUTUS

889 153 43
                                    

Kakinya melangkah santai di sepanjang lorong dengan tangan bersidekap. Saat matanya menangkap Naila yang melangkah sendirian ke arahnya. Mereka sama-sama berhenti begitu berhadapan.

“Ikut gue.”

“Hm? Mau ngomong apa lo?”

Naila melirik lorong yang ramai. “Nggak di sini.”

Dahi Sora mengernyit.

“Ikut gue, sekarang.”

“Dih siapa lo perintah gue?”

Naila  melayangkan tatapan tajam, Sora memilih abai dan melangkah duluan.

“Ini soal Study Tour waktu itu.”

Sontak langkahnya berhenti. Tubuhnya berbalik kembali menghadap Naila yang menatap serius. Cewek itu melangkah duluan, mau tak mau, Sora mengikuti hingga mereka tiba di gudang belakang.

“Kayaknya penting banget yang mau lo bahas.” Sora menatap sekitarnya yang sepi. Tatapnya pada Naila kemudian.

“Lo bilang soal Study Tour itu kan sama Askar?” Wajah itu tak bersahabat, tatap Naila tersirat kebencian dan dendam.

Dua alis Sora naik.

“Gara-gara ini dia jauhin gue.”

“Lo tahu gue nggak sengaja,” Suara Naila meninggi diiringi dorongan di bahu kirinya. “Pengadu lo!”

“What?” kesalnya. Tatapannya menatap tidak suka Naila yang mendorongnya. Sora menarik tangan itu dan memelintirnya, tak pedulikan rintihan Naila. “Berani lo sentuh gue?”

“Lepasin tangan lo!”

Satu sudut bibirnya naik. “Lo yang mulai kan?”

Naila tertawa remeh. “Nggak akan kalau lo nggak ngadu.”

“Lo takut?”

“Gue takut?”

“Lo jelas takut Naila.”

‘Cih.” Naila terkekeh. “Gue muak!” sentaknya. “Apa yang lo bilang sama Askar sampai gue sama dia putus hah!”

“Putus?” Sora tergelak. Tatapan amarah Naila menjadi kebahagian tersendiri. “Lo dicampakkan ya?”

“Jaga mulut lo.”

Sora mengedikkan bahunya dan menghempas tangan cewek itu hingga sedikit terdorong. “Keknya baru jadian, dah putus aja. Pelarian kali.”

PLAK!

Rasa nyeri bercampur ngilu saat tamparan itu mendarat sempurna di pipi kanannya. Kepala Sora tertoleh sedikit, senyumnya pudar berganti tatapan tajam. Tangannya mengepal dan …

PLAK!

Giliran Naila yang ia tampar.

“Berani lo nampar gue, Sora!”

Sora mendengus. Ia memperpendek jarak. Mengusap lembut pipi Naila. “Ups, sakit? Sama tuh. Makanya cantik jangan cari gara-gara sama Sora. Oke?”

Tangannya di tepis kasar. “Awalnya gue nggak minat sama lo. Tapi kalau lo mulai cari gara-gara,” Jeda. Ia menatap kuku tangannya yang berwarna merah usai pakai kotek tadi pagi. “Gue nggak akan diam. Paham?” seringainya kemudian berlalu.

***

“So, lo dari mana?”

Sora baru masuk setelah bel berbunyi. Ia mendudukkan dirinya di bangku dengan senyum kecil. “Habis ngadepin Fans.”

Itu Bukan Aku [END]✓Where stories live. Discover now