[30] KEMATIAN DEVAN

442 97 14
                                    


Pandangan Devan naik, bukannya menatap Yera, fokusnya langsung pada perempuan yang diikat dan tampak kurus. Dua perempuan yang berdekatan itu begitu mirip.

Bola mata Devan menatap sendu, sakit melihat air mata yang mengalir dari sana. Wajah itu pucat. "Sora?"

Yera mengangguk. "Say hello dulu dong sama kembaran gue."

"Kembaran?"

"Sora sapa Devan dong. Dia rela bertarung nyawa loh karena kepo."

"Hmpph."

"Lo apain Sora!" teriakan itu menggema.
Yera terkekeh. Ia mengusap lembut surai Sora.

"Lo pikir gue apain? Ya kali gue sadis ama kembaran yang hebat ini. Enggak dong. Baik-baik aja kan dia?"

"Lo selama ini nyamar jadi Sora?"

"Hem bisa dibilang ya?"

"Lo yang nyulik Sora di Jogja?"

"Hm, bukan gue sih. Tapi mereka." Yera menujuk orang suruhannya dengan dagu. Netra bawahannya menatap tajam pada Devan yang menatap sesaat.

"Apa yang lo rencanain?"

"Rencana gue?" Yera menjauh dari Sora. Ia mengetuk-ngetuk dagunya dan berdiri dihadapan Devan. "Mau bahagia," jawabnya dengan senyum lebar.

"Bahagia tapi lo buat Sora sengsara?"

"Sengsara?" Kepalanya menggeleng. Jarinya telunjuknya bergerak kanan kiri. "Gue malah buat Sora gak perlu berjuang keras lagi buat belajar. Sora kan tinggal duduk diam aja."

"Lo Gila!"

"Hm gue emang gila sih."

"Lepasin Sora."

"Oh nggak bisa dong. Enak aja."

"Lo pikir lo bakal aman sampai akhir?"

Yera terkekeh. "Ya nggak juga, makanya orang kayak lo perlu gue singkirin."

"Siapapun lo, gue pastiin Askar, Bang Vanzo bakal tahu ini semua, dan lo bakal dipenjara."

"Hem tapi gimana ya Devan, spoilernya lo nggak bakal lagi bisa nemuin mereka." Dua alisnya naik dengan seringaian. "Lo nggak tahu kalau hari ini hari terakhir lo hidup?"

Seiring itu keempat suruhannya berdiri dengan pistol yang mengacung. Devan mengepalkan tangannya. Rahangnya mengatup keras.

"Lo bahagia dengan ini? Bunuh orang satu persatu begitu tahu identitas lo terungkap?"

"Sebenarnya gue nggak mau sih lakuin itu. Tapi ya gimana ya kan. Gue udah sejauh ini dan gue pantas dapatin apa yang gak gue dapatkan selama ini."

"Tapi lo bisa datang baik-baik ke orang tua lo. Nggak gini caranya!"

"Orang tua gue? Algahthraz dan Meza yang lo maksud?" Yera menghela nafas Panjang. "Ah lo pasti belum tahu ya, kalau nyatanya kami dibuang?"

Devan tampak kaget. "Maksud lo?"

Yera melirik waktu yang hampir menunjukkan pukul enam sore. "Bicara orang tua gue, gue mesti buru-buru nih. Soalnya Bokap nyokap si Sora larang pulang malem. Jadi kita persingkat aja bagaimana Devan?"

"Buka Lakban Sora," perintahnya. Salah satu dari mereka mengangguk dan melakukan. "Lima menit menjelang kematian lo. Gue kasih bicara sama Sora," ujarnya kembali duduk.

"Yera, aku mohon jangan lanjutin ini."

Yera melongos. "Gue kasih waktu lo bicara ama Devan, bukan sama gue. Buruan. Gue nggak punya waktu."

Itu Bukan Aku [END]✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz