19. Beneran Jadi Tunangan Dimitri (Semoga Bukan Mimpi)

8.5K 1.6K 59
                                    

Pertunangan diselenggarakan tepat di akhir ajaran semester ganjil. Tidak ada satu teman sekelasku, termasuk Jessica, yang tahu rencana pertunangan. Mereka tahu ketika mendadak mendapat undangan dariku. Seperti dihantam godam! Mereka semua terkejut dan membombardirku dengan pertanyaan melalui pesan dan telepon. Dengan sabar aku meladeni mereka satu demi satu.

Ah tidak terlalu buruk. Aku suka menjadi Calon Nyonya Axton, walau sementara. Pokoknya kesempatan menjalin hubungan dengan Dimitri tidak boleh berakhir sia-sia.

Diego Bloom bersikeras meminta penyelenggaraan pesta pertunangan haruslah mewah dan megah. Kemungkinan besar dia hanya ingin memanfaatkan momentum pertunangan antara diriku dan Dimitri sebagai ajang pamer. Dengan begini dia memiliki nilai plus di mata pengusaha lain (yang sebenarnya tidak perlu). Bagaimanapun juga ketika orang ingin membina hubungan bisnis, pastilah yang dilihat bukan hanya koneksi melainkan rekam jejak.

Dasar si kakek-kakek jiwa rentenir itu. Gara-gara dia aku terpaksa menurut mengenakan gaun yang nilainya membuat jiwa iritku menjerit. Gaun berwarna peach dengan hiasan mutiara dan payet. Bukan jenis gaun sensual (seperti yang aku harapkan agar bisa memerangkap mata Dimitri! Bahaya kalau dia terpikat Diana), melainkan gaun sepanjang lutut dengan desain bagian lengan menggunakan kain berbahan transparan yang dihiasi sulaman tangan berupa bunga-bunga musim panas.

Sepatu?

Tentu saja model sepatu ala tuan putri. Seperti sepatu milik Cinderella. Jenis yang membuat tumitku sedikit sakit karena ... yah memang bukan tipeku. Aku lebih suka sepatu bertali dan bertumit datar.

Rambutku dihiasi pita-pita perak yang dijalin membentuk kelopak bunga. Oh rasa-rasanya aku seperti akan menikah! ‘Tidak bisakah kita lewati pertunangan dan langsung ke pernikahan?’ rutukku tanpa henti dalam hati.

Acara berlangsung lancar tanpa satu gangguan pun. Berhubung mayoritas undangan adalah anak-anak ABG, remaja imut, maka hiburan pun mendatangkan boyband dan sejumlah penyanyi ternama!

“Aaaaa ada Kenan!” pekikku nyaring, mengagumi salah satu anggota boyband yang sedang menyanyikan lagu mengenai jatuh cinta. “Keeeenaaaan!”

“Genit,” Dimitri menyindir.

Kami berdua, aku dan Dimitri, berdiri di dekat meja makan. Semua orang mulai menikmati hiburan dan jamuan. Bahkan Jessica terlihat berdiri di barisan paling depan; berteriak, melambaikan tangan, dan berkata, “Aku cinta kamu, Kenan!” Sementara aku terjebak bersama pawangku.

“Kenan,” aku merajuk, mulai meraih tangan Dimitri dan mengayunnya pelan. “Boleh ikut jadi penggembira, ya? Dimitri, ganteng deh.”

“Apa kamu lupa? Ada cincin pertunangan di jari manismu, Renata.”

Kami sudah melewati acara tukar cincin! Oh aku beri tahu, semua cewek pasti setuju bahwa Dimitri terlihat tampan dan menawan!

“Jangan genit.”

Hmmm kecuali ketika dia mulai membuatku merasa ketinggalan acara membaktikan diri sebagai penggembira.

“Dimitri, aku nggak genit.” Sekali lagi aku mengayun tangan Dimitri. “Ada Kenan! Kenaaaan! Dia sedang bersama The Hot! Mereka idol terkenal tahuuuuu. Ih kamu nggak bisa memahami semangat gadis remaja.”

Dulu, sebagai Renata, aku fokus mengejar bisnis. Gara-gara itu aku sampai tidak sadar bahwa ada Dimitri yang ternyata begitu dekat. Andai saja sadar lebih awal, maka aku tidak perlu hidup menderita.

Begitulah hidup. Kadang enak, kadang eneg. Jatuh. Tersandung berkali-kali. kemudian menemukan solusi.

“Genit,” kata Dimitri sambil mencubit pipiku.

VILLAIN'S LOVER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang