10 - Mimpi Tiada Akhir

128 14 59
                                    

Selepas hari itu, nama Larissa Ifiana Tanuarja menjelma sejarah kelam dunia permodelan. Panggung yang seharusnya meriah memakan korban.

Padahal semasa kanak-kanak, Ify merasa selalu menuntut diri menjadi sempurna agar pantas dicintai. Sayang, kehilangan salah satu tulang tumpuan kakinya mengubur dalam cinta dan cita-citanya. Benturan keras tidak hanya meremukkan tulang-belulang, tapi sekaligus seluruh mimpi.

Dirinya terhapuskan dari dunia dan, mirisnya, keluarganya sendiri.

Lenggang.

Rambut Ify yang sewarna langit malam satu-satu turun seiring tertunduknya kepala itu. Warna yang sama juga tidak dapat ia bendung, menyelimuti dirinya kembali dalam murung. Cerita itu terlalu pahit untuk Ify ungkit, terutama dengan Rio sebagai pendengar.

Ibu jari disapukan di kening Ify yang berkerut tipis. Sebuah sentuhan yang sontak memberi sensasi mendebarkan bagi sang gadis.

Kamu kuat. Tidak apa. Semua tidak apa.

Rio tersenyum miris kemudian. Ingin menertawakan penghiburan yang hanya terlilit di rongga mulutnya lantas kembali ia telan mentah-mentah.

"Aku mengerti semua itu." Akhirnya, opsi singkat tersebut menjadi ucapan yang Rio pilih.

"Kamu bisa simpan rapat-rapat cerita itu. Gak perlu kamu ingat lama-lama. Yang kamu jalani bukan yang sudah lewat, melainkan yang akan datang."

Sungguh, Rio tampak begitu berbeda. Kelembutan tutur katanya yang mampu menyentuh pengertian yang sama dengan dia. Ify tidak menyangka jika Rio dengan mudah menyingkap pertahanan hati yang terkunci belakangan ini.

"Shall we start everything from the beginning?"

Lagi, Ify menahan gejala asing di dada. Pertemuan ini diinisiasi olehnya demi meluluhkan maaf dari Rio. Namun mengapa gerangan kini seolah dia yang luluh pada Rio?

Ini tidak benar, bukan?

"Fy, say a word."

Dagu tirus Ify terangkat. Hingga luncuran kalimat Ify berikutnya menerbitkan senyum dan harap baru dalam diri masing-masing.

"Tentu. Kita bahkan baru akan memulai perjalanan yang sebenarnya sekarang."

🎭🎭🎭

Lambaian tangan saling berbalas disusul pintu ruangan Rio yang terkunci. Menapaki tangga keluar, bibir Ify tersimpul mengingat pemuda itu menampakkan ekspresi serupa sebelum hilang di balik pintu.

Di anak tangga terakhir, Ify bersiap membelokkan arah ke jalan pentasan pulang.

"Itu dia!"

Celetukan yang berasal dari sekitar membuat alis Ify berkedut. Berbeda dari saat ia datang, pekarangan parkir yang sebelumnya sepi terisi oleh warna-warni pemakai seragam stasiun televisi. 

"Kak Ify! Sudah dengar berita penangkapan yang beredar di trending topic?"

Penangkapan. Wah, secuil kata itu saja sudah lebih dari cukup menjawab asal-muasal kehebohan.

"Ini pasti karena pria itu." Decakan tak suka menyelinap dari sela bibir Ify.

"Dasar pria gila."

Saking ingin lepasnya dari kabar-kabar di beranda internet, Ify tak ayal malah melewatkan berita teranyar. Bagaimana pula bisa tidak terpikir di kepala cantiknya?

Begitu-begitu dia terkenal juga. Dari penjara tetap bisa buat masalah. Ah! Bikin kesal saja.

Biar Ify tebak. Dan ia yakin tebakannya jitu.

Great PretenderWhere stories live. Discover now