Chapter 42

1.3K 193 26
                                    

Yewon memejamkan mata seraya menghirup udara pagi yang menyejukkan. Bisa di katakan ini masih terlalu pagi, tapi Yewon sudah berada di sekolah. Berdiri di atas rooftop, menikmati keindahan sekolah milik keluarganya.

Kondisi bahu Yewon sudah membaik. Gips yang terpasang dibahunya juga sudah terlepas. Dan Yewon benar-benar bahagia karna aktifitasnya tak lagi terbatas.

Meski begitu, keluarganya tidak berhenti memberi peringatan agar Yewon tak kembali berkelahi. Tentu saja karna mereka khawatir. Bagaimana pun Yewon adalah perempuan. Keluarga Park tak ingin sesuatu yang lebih buruk menimpa Yewon.

"Ingat, mintalah bantuan orang lain jika sesuatu terjadi padamu."

Itu yang selalu keluarganya katakan.

Padahal jika di ingat, tak ada satu pun orang yang menolong saat kejadian buruk itu menimpa Jung-nan. Orang-orang hanya diam menonton tanpa berniat membantu.

Itu lah mengapa Yewon tak pernah berharap pada orang di sekitarnya, selain keluarganya sendiri.

Mengingat keluarganya, tanpa sadar membuat kedua sudut bibir Yewon tertarik. Yewon merasa beruntung berada di tengah-tengah keluarga yang begitu menyayanginya. Meski awalnya tak mudah, namun pada akhirnya Yewon benar-benar mendapat apa yang sejak dulu ia harapkan.

Sebuah keluarga yang utuh.

Yewon beralih menatap ke atas, di sana Ayah dan kakak sulungnya berada. Tiada hari tanpa Yewon merindukan dua orang berharga dalam hidupnya itu. Jika dulu rasa rindu itu selalu membuatnya menangis, namun tidak untuk sekarang.

Yewon tak lagi menangis, karna ia tau jika Ayah dan kakaknya tak akan menyukainya.

"Huh, aku merindukan kalian. Jangan lupa datang ke mimpi ku eoh." gumam Yewon.

Puas memandang langit, tatapan Yewon beralih ke arah gerbang sekolah. Di sana ia bisa melihat Rosè dan Lisa yang baru tiba.

Bisa di pastikan jika kedua kakaknya itu akan langsung mencarinya untuk memarahinya. Rosè dan Lisa akan marah jika dirinya berangkat lebih dulu tanpa sepengetahuan mereka.

Mendapat omelan dari kakak-kakaknya sudah seperti makanan sehari-hari bagi Yewon.

Yewon pikir akan lebih baik jika ia segera bersembunyi sebelum kedua kakaknya menemukannya. Ia tak ingin kedua telinganya kembali panas karna omelan dari Rosè dan Lisa.

Baru saja ia akan melangkah, sebuah pemandangan berhasil menarik perhatiannya.

Sedikit jauh dari tempat Rosè dan Lisa berdiri, seorang pria berpakaian serba hitam terlihat mengawasi kedua gadis itu.

Yewon menyipitkan kedua matanya, ia terkejut saat menyadari jika sesuatu yang buruk tengah mengintai kedua kakaknya. Yewon segera mengambil langkah, ia lalu berlari menuruni tangga rooftop.

Sesekali Yewon menabrak beberapa murid saat melewati koridor. Yewon tak peduli, pikirannya hanya tertuju pada kedua kakaknya.

"Aku melihat mobil kakakmu di ikuti mobil lain."

Ucapan Sinb beberapa hari lalu seketika melintas di pikiran Yewon.




"Anak itu, ingin ku tarik telingannya sampai putus." ucap Rosè dengan wajah kesal. Lisa yang mendengarnya hanya menggeleng pelan.

Kedua gadis Park itu masih berada di depan gerbang sekolah. Rosè tidak berhenti menghubungi ponsel Yewon yang sejak tadi tak menjawab panggilannya.

"Unnie, jangan terlalu kejam padanya."

"Salahkan dia yang tak mendengar ucapanku. Aku menyuruhnya untuk menunggu dan kita pergi ke sekolah bersama."

"Mungkin saja dia ada keperluan lain."

DIFFERENTWhere stories live. Discover now