Chapter 01

1.3K 134 26
                                    

DISCLAIMER

This story is only fanfiction and has nothing to do with original work.
All characters belong to MXTX.

WANGXIAN FANFICTION

Genre : Mystery, psychological - thriller, horror.

Karya ini diikutsertakan dalam event ulang tahun Wei Wuxian yang diselenggarakan oleh queerasjay

Written by : Dyanxian1005

__________

Ketika jiwa yang hidup meninggalkan tubuhnya. Tubuh itu mati. Tetapi jiwa tetap hidup. Ia tidak mati. Berkembang dalam ruang waktu yang tak terbatas dalam ukuran.

Itu merupakan satu esensi. Seluruh mahluk di dunia memiliki jiwanya sendiri.

Lalu bagaimana dengan dia?

Lembah itu didekap sunyi, sementara udara beraroma debu menggantung di atas tanah, aroma akrab di masa lalu yang naik dari permukaan lumpur tepian sungai. Di atas sana hamparan angkasa malam tersaput gumpalan hitam, di mana sang rembulan berlayar dari balik awan-awan yang sesekali memencar.

Pemuda berpakaian hitam berdiri sendirian dalam kebekuan, dan detik berikutnya, kedua kakinya yang gemetar jatuh berlutut di tanah berumput. Si pemuda mendongak sekilas pada rembulan, menatapnya, seakan melihat pantulan wajahnya di sana. Pucat dan lelah.

Dengan jubah terkoyak dan helaian rambut melekat di satu sisi wajah, dia mengedarkan pandangan ke serata kegelapan. Matanya memerah dan terluka. Memohon dan pasrah.

"Tuan Muda Wei!"

Suaranya menggema di seluruh lembah, memantul, dan perlahan hilang.

"Tuan Muda Wei... apa kau bisa mendengarku?"

Senyap tak menjawab. Kepak sayap kelelawar menggelepar. Ditingkahi kaok burung gagak di balik rimbun dedaunan. Mata-mata mereka berkilau ganas, menatap si pemuda penuh kebencian.

"Tuan Muda Wei!"

Sekian detik terulur dalam hening yang mencekam, satu suara tiba-tiba melayang di udara terbawa angin musim gugur. Lantunan seruling bernada pahit, lembut menyayat kesunyian. Si pemuda berjubah hitam terkesiap. Dedaunan terpana di atas pohon, seketika menghentikan gemerisiknya, dan hembusan angin seakan mengambang penuh keraguan. Serangga malam bahkan menahan nafas.

"Kau masih hidup?" suara si pemuda kali ini bergetar dialiri harapan.

Lantunan irama seruling yang menakutkan itu perlahan memudar, berganti gema suara. Lembut dan halus, namun sanggup memukul jantungnya.

"Aku tidak hidup, tidak juga mati.

Aku hanya...

berada di sini."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲 𝐨𝐟 𝐓𝐡𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 (𝐖𝐚𝐧𝐠𝐱𝐢𝐚𝐧) Where stories live. Discover now