Chapter 02

552 108 26
                                    

Di jalur setapak bawah sana, sang ketua perampok membaca situasi dengan cepat dan segera memutuskan untuk mundur. Ketangguhan tiga pemuda berjubah putih di luar dugaan dan kendalinya. Dia mengambil satu peluit kecil, meniupnya kuat, suara melengking memecah di udara.

Itu adalah kode untuk mundur. Semua anggota perampok mengetahui itu, mereka serentak menghentikan perkelahian dan berlari menuju satu titik.

"Mundur!"

Anggota yang tersisa melompat ke atas kudanya dan memacu dengan kecepatan tinggi.

Lan Yuan dan Jingyi ditinggalkan dalam kondisi kelelahan. Tetapi setidaknya mereka berhasil mempertahankan pusaka itu. Kabut yang menyelubungi perbukitan dan lembah perlahan kian menebal.

"Bagaimana sekarang?"

Suara Jingyi disamarkan siulan angin yang semakin lama semakin kencang.

"Senior belum kembali," jawab Lan Yuan, memutar pandang ke sekitar tempat di mana mereka kini terdampar.

"Bagaimana kalau kita menunggu sebentar lagi?"

Dua ekor kuda mereka terluka, dan satu lagi tergeletak tak bernyawa di antara mayat-mayat perampok yang berhasil mereka binasakan.

Sayup-sayup mereka mendengar suara derap langkah kaki kuda. Seketika dirayapi cemas bahwa para perampok itu mungkin kembali. Tetapi ketakutan itu segera menguap begitu mereka melihat seorang pria muncul dari balik kabut. Pria itu berpakaian serba hitam, wajah pucat dan sepasang mata gelap berkilau menatap ke arah dua pemuda.

Kegelapan di penghujung senja menjadikan kedua pemuda sulit memastikan apakah sosok ini adalah salah satu dari kawanan perampok atau hanya pengembara yang melintas. Mereka menyipitkan mata sementara satu cahaya dalam bentuk garis berliku-liku mengerjap di angkasa. Kilatan petir menyambar dengan cahaya menyilaukan, seiring derak halilintar meledak di langit barat.

"Kalian pengembara?"

Pria berjubah hitam menghentikan kudanya di depan dua pemuda.

"Sebenarnya kami hanya kebetulan lewat dalam perjalanan melaksanakan misi penting."

Dalam hal tata krama, Lan Yuan selalu lebih baik dan lebih peka dari yang lain. Menjawab pertanyaan orang asing dengan sopan dan wajah ramah serta sikap hormat, dengan cepat ia bisa meraih kepercayaan pria yang baru saja datang.

Sesaat, pria di atas kuda meneliti kedua pemuda dari ujung kaki hingga kepala. Meskipun sosoknya nampak aneh, wajah pucat dan ekspresi kosong yang ganjil, serta rambut panjang yang dibiarkan jatuh terurai, tidak ada aura berbahaya yang memancar dari pria itu. Bahkan suaranya melantun lembut dengan gaya bicara cukup halus.

"Berbahaya bagi kalian tetap berada di kawasan ini pada waktu malam," suara si pria memperingatkan.

"Kami akan segera pergi." Ketika Lan Yuan mengatakan itu, sudut matanya menangkap kuda-kuda mereka yang bergelimpangan di tanah. Entah bagaimana caranya mereka bisa melanjutkan perjalanan.

"Lalu apa yang kalian tunggu?"

"Senior kami mengejar perampok hingga ke bukit terjal."

Pria di atas kuda memalingkan wajah ke arah bukit yang dimaksud. Kabut keabuan melayang membentuk selubung asap tebal.

"Dia belum kembali?"

"Dia pasti akan segera kembali."

Mereka saling terdiam untuk beberapa saat sementara malam menurunkan jubah hitamnya di seluruh semesta. Angin menderu kencang dari arah barat dan kelelawar-kelelawar kecil bermulut merah melayang di atas kepala mereka dengan kepakan sayap hitam penyihir. Tak lama kemudian angin membawa butiran air hujan serupa tenunan benang-benang tipis dalam jarak yang seragam.

𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲 𝐨𝐟 𝐓𝐡𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 (𝐖𝐚𝐧𝐠𝐱𝐢𝐚𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang