45. Resentment

56.9K 8.9K 1.9K
                                    

Jangan lupa vote dan wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮 𝓕𝓪𝓽𝓮 𝓸𝓯 𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

Bibir Irina merapalkan mantra panjang seraya menggerakkan tangannya. Ia mulai memanipulasi cuaca ke satu titik di atas sana. Perlahan awan hitam berkumpul ke satu titik. Awan ini terbentuk karena kenaikan udara skala besar oleh garis depan yang diciptakan Irina. Awan tersebut tebal dan menjulang tinggi, berada tepat di atas sana.

Melihat awan tebal dan gelap tersebut, secara bersamaan Penyihir Agung, Helios dan Pedro melindungi tubuh mereka dengan perisai. Alasannya karena, ketiga sosok tersebut memahami dampak seandainya kilatan yang sebentar lagi akan muncul, mungkin saja menyasar ke tubuh mereka.

"Apa kalian kebal terhadap petir? Buat perisai jika tidak ingin terluka." Penyihir Agung berkata pada Agra, Darius dan Seema.

Pun ketiganya langsung menuruti perintah Penyihir Agung.

Terkena sambaran petir tidak hanya menimbulkan luka bakar pada bagian tubuh. Namun juga kerusakan otak, kerusakan gendang telinga, bahkan hingga kematian karena jantung berhenti mendadak. Karena itu perisai ini sangat diperlukan.

Irina terlihat memunculkan bola petir berukuran 100 cm, lalu mengarahkan bola petir itu ke awan hitam di atas sana. Penggabungan elemen utama Irina dengan petir alami, membuat kilatan cahaya semakin arogan dan menyilaukan. Pun dengan suara gemuruh yang dihasilkan oleh awan hitam di atas sana, menggelegar layaknya sebuah amarah.

Wajah Helios terlihat ingin meledak. Bagaimana tidak, angin bertiup cukup kencang hingga membuat rok Irina berkibar. Kenapa Irina tidak mengenakan celana seperti biasanya? Dan rok model apa yang Irina kenakan saat ini? Rok tersebut sedikit mengembang namun di salah satu sisinya memiliki belahan hingga paha. Terpaan angin membuat kaki jenjang Irina terekspos gara-gara belahan tersebut, menampakkan gambar Naga Perak yang melekat di kulit Irina. Sial memang wanita itu!

Helios memejamkan mata dan membayangkan wajah satu persatu manusia yang ingin ia kirimkan pesan. "Jangan menatap paha Irina, atau kucongkel mata kalian!"

Setelah telepati tersebut tersampaikan, Pedro, Agra dan Darius memusatkan perhatian pada Pangeran Helios, ketiganya menundukkan kepala dengan maksud memahami peringatan barusan.

Helios mendengus kesal, wajahnya masih terlihat tidak ramah. Sepertinya ia juga harus memperingatkan Irina agar mengubah cara berpakaiannya. Ia kembali memusatkan pada sosok Irina.

Sejauh ini, pengendalian sambaran petir Irina jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi kali ini Irina ingin terlihat ceroboh. Dari ekor matanya ia melirik seseorang, lantas merapalkan mantra kemudian memperkirakan posisi target yang ingin di sambarnya. Satu kilatan petir menghantam perisai sosok tersebut, disusul dengan suara menggelegar yang memekakkan telinga. Perisai yang melingkupi orang tersebut hancur tak terelakkan.

Irina menoleh untuk bersitatap dengan sosok yang di jahilinya. Ekspresi korban terlihat akan meledak. Mata itu menatapnya tajam dan penuh permusuhan. Irina tersenyum bodoh seraya berkata, "Maaf atas kecerobohanku." Entah dia mendengar atau tidak, ia perlu berpura-pura menyesal.

Helios membekap mulutnya, menahan tawa agar tidak meledak. Irina wanita yang pendendam. Andai Seema tidak berperisai, entah apa yang terjadi. Namun tingkah Irina barusan terlihat menggemaskan, membuatnya semakin cinta.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang