📍| 3

135 20 0
                                    

"aku berharap ____ bertemu wanita yang baik, bisa membuat ____ merasa nyaman" ucapnya.

"Lalu, Saat ____ sedih, kesepian, lelah. Dia ada untuk ____, mendengarkan semua cerita ____, menghibur ____ dan tidak meninggalkan ____" ucapnya lagi.

"Itu adalah permintaanku, aku tidak mau ____ merasakan hal itu. Makanya, Bertemulah dengan wanita seperti itu ____" sambil tersenyum.









































"Tidak, jangan!!" Teriaknya.

"Ze? Ze..." Panggil Rea.

"Jangan pergi, kumohon!!!" Terus berteriak.

Keringat bercucuran, membasahi seluruh badan Ze. Rea yang melihat itu terus berusaha membangunkan dirinya.

"ZE!!!" Rea berteriak.

"Akhirnya kau bangun juga" lega Rea.

Ze langsung menatap Rea bingung. Rea mengusap wajahnya dan berkata.

"Tidak ada yang pergi Ze, aku di sini. Semuanya baik-baik saja" Ze menggeleng.

"Dia pergi, dia pergi untuk selamanya" dengan mata berkaca-kaca Ze menatap Rea.

"Siapa? Siapa yang pergi?" Tanya Rea kebingungan.

"Aku tidak bisa melindunginya, aku gagal, aku jahat hiks. Maafkan aku, maaf aku tidak bisa melindungi mu" tangis Ze.

Rea yang tidak pernah melihat Ze menangis membuat dadanya sesak, matanya mengembang melihat Ze seperti itu.

"Siapa dia? Orang seperti apa yang membuat pria ini menangis seperti ini?" batin Rea bertanya-tanya.

Rea menghembuskan nafas dan memeluk Ze erat, ia juga menepuk-nepuk punggung Ze agar ia merasa lebih baik.

"Aku mau pulang" ucapan Ze membuat Rea sedikit terkejut.

Pasalnya Ze tidak pernah mau jauh dari dirinya setelah bertemu.

Bahkan untuk pergi menemui orang tuanya saja tidak.

"Ze?" Ze beranjak dari kasur dan pergi menuju kamar mandi.

Sepuluh menit berlalu Ze sudah berpakaian rapi tapi cara berpakaiannya terlihat seperti.

"Kau bisa di sini sendiri kan?" Tanya Ze.

Sebenarnya Rea enggan untuk melepas Ze pergi, melihat apa yang barusan terjadi Rea mengangguk sambil tersenyum pada Ze.

"Pergilah, aku ada di sini jika kau mencariku" ucapan Rea membuat Ze membendung air mata.

Dengan cepat Ze mengangguk dan pergi. Rea melihatnya, matanya yang menunjukkan kesedihan, kesepian dan rasa lelah yang menjadi satu.

Tapi apa boleh buat, ia tidak mampu untuk bertanya.

Yang bisa ia lakukan hanya menunggu sang kekasih untuk siap bercerita padanya.

"Aku kira aku sudah mengenalmu, ternyata tidak" ucapnya miris dengan hati yang teriris.

"Siapapun dia, dia pasti orang yang beruntung" tanpa di sadari air mata membasahi pipi kiri Rea.

"Ah, apa yang aku lakukan. Ze tidak akan meninggalkan ku, begitupun aku" menenangkan dirinya sendiri.

📍
📍
📍

Seminggu berlalu, namun tidak ada kabar dari Ze sama sekali.

Bahkan masalah di perusahaan banyak yang tertunda akibat menghilangnya Ze.

Tuan Muda Ze Where stories live. Discover now