Dear Attar

145 67 367
                                    

"Cinta yang murni adalah tanpa hadirnya aku ataupun kamu, akan tetapi kita."

🌠🌠🌠

Assalamu'alaikum
Happy reading, dears.

***

'Azzahra? Apa nama itu tertuju padaku?'

Teringat kembali coretan pena yang menghiasi lembaran kosong ber- cover merah muda milik Mikaila, membuat sang empu menghentikan aktifitasnya setelah menulis nama lengkapnya pada kolom lembar jawaban Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional, ia meletakkan pensil di atas kertas yang sudah ia teliti kembali jawabannya.

Mikaila melayangkan pikirannya pada aksara berbahasa arab dan latin bermakna ungkapan perasaan itu sehingga gadis itu tak beranjak dari tempatnya duduk sampai pengawas terpaksa menegurnya.

Bu Karmila, salah satu pendidik yang mengajar di tingkat SMA YPI-NIA. Saat ini ia ditugaskan menjadi pengawas UAM-BN sejak lima hari kebelakang di sekolah Madrasah 'aliyah Nurul Islam Abadiyah.

Setelah semua siswa menyerahkan lembar jawabannya, detik kemudian sorotan matanya mengarah pada siswi ber name tag 'Mikaila Asmarani Azzahra' tersebut.

"Mikaila," panggil bu Karmila.

Gadis itu hanya menoleh sekilas kemudian langsung menyerahkan lembar jawabannya.

"Ini bu," ucapnya.

Bu Karmila menarik ujung bibirnya sambil menggeleng pelan. Semua siswa yang tidak mengenal Mikaila menjadi heran dengan kelakuan salah satu anggota baru di kelas itu.

Ya, kegiatan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional yang saat ini mereka lakukan memang selalu memiliki nuansa yang berbeda. Mereka akan ditempatkan di kelas terpisah bersama dengan teman satu angkatan yang sebelumnya berbeda kelas dan dalam satu meja dan kursi hanya berlaku untuk satu orang.

Ada juga sebagian dari mereka yang namanya sudah tertera di meja duduk yang wajib ditempati selama ujian berlangsung malah dibersamakan dalam satu ruangan tapi beda tingkatan, seperti yang dialami anak kelas pavorit dan beberapa kelas reguler lainnya.

"Baiklah, karena semuanya sudah mengumpulkan lembar soal dan jawabannya, saya pamit, Assalamu'alaikum," ucap bu Karmila sembari merapikan beberapa berkas dan kertas jawaban siswa yang di mejanya.

Tak lama, beliau meninggalkan kelas.

"Wa'alaikumsalam," sahut siswa yang langsung berjalan beriringan ke luar kelas, mereka terpisah dan berbaur dengan teman satu kelasnya dulu.

Pada jam istirahat, tepatnya ba'da sholat dhuha, Mikaila menata mukenanya dan menyimpannya di tempat seharusnya kemudian ia kembali ke asrama sebentar untuk membuka lembaran buku tulis dan LKS untuk dibaca sekilas. Mapel geografi adalah jadwal ujian berikutnya.

Waktu isritahat masih agak lama dan gadis itu memutuskan kembali ke kelas saja.

"Mikaila!" panggil Sheema dari bawah.

Mikaila yang mengenali  dan mendapati sumber suara itu langsung berlari mengitari koridor lantai dua, kelas sepuluh non asrama.

"Peluk teletubies ...." Sheema merentangkan tangannya bersiap mendekap gadis yang berlari ke arahnya.

Mikaila yang sudah mencapai tangga terakhir segera meraih tubuh sahabatnya itu dan memeluknya erat.

Uhuk ... uhuk ...

Mikaila terbatuk, membuat Sheema tersadar dari balutan rindunya. Perlahan gadis itu melepaskan pelukan yang ternyata menyesakkan sahabat karibnya itu, sangat menyiksa. Mikaila mulai menghembuskan nafasnya.

Asmara di Dinding AsramaOnde histórias criam vida. Descubra agora