Pembatas dan Penghalang

116 61 373
                                    

Assalamu'alaikum
Happy reading, dears

"Jatuh cinta kepadamu adalah anugerah."
"Dan kehadiranmu malah membuatku gelisah."

-TB. Ali & Azzahra-

🌠🌠🌠

Attar memang keterlaluan, semenjak H-1 kegiatan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional, Mikaila selalu di repotkan dengan permintaan konyolnya mencatat ketertinggalannya dalam setiap mata pelajaran umum.

Kebiasaan santri putra yang fanatik terhadap ruang lingkup sekolah dan jajarannya memang selalu begitu, terutama dalam hal pelajaran umum. Termasuk Rama dan Attar beserta teman seasramanya, terkecuali Ujian Akhir Madrasah yang menentukan nasibnya kelak, ia selalu bolos tiap mata pelajaran umum.

Mikaila menyerahkan buku-buku Attar dengan raut wajah kesalnya. Gadis itu mengerucut di hadapan paman sepupunya.

"Mika, ana minta tolong lagi, hehe. Karena dua hari lagi 'kan ujian matematika, ana kasih anti dua pilihan, anti mau pinjemin buku catatannya atau seperti biasa ...." Attar mendeham.

Mikaila memutar bola mata malasnya, "lagi?" cicitnya.

"Yaa ... gimana ya, please ini yang terakhir. Ana janji," ucap Attar memelas dengan memamerkan deretan gigi putihnya.

Rama tertawa keras, "ya iyalah! 'kan ujiannya udah beres, tinggal jalanin ujian kehidupan ente sepulang dari sini nanti hahaha."

Attar mendengus,"ana ngga nyangka ketos macam ente bisa tertawa sekejam ini," pekiknya.

Rama mengeryitkan dahinya, "masa sih?" gumamnya.

Attar mengulangi gumaman Rama dengan nada mengejek, "masa sih ...." ucapnya,

"Ujian kehidupan, dramatis sekali ente," tuturnya kemudian

"Tapi ... dia ada benarnya juga, Attar," bisik Mikaila yang ternyata terdengar Rama, pembelaan terhadap dirinya membuat kedua matanya menunjukkan binarnya.

"Iya deh iya ... PR banget tuh, tapi setelah drama musafahah kelas tiga sama haflah akhirussanah berakhir, barulah ana kerjakan di rumah," cengir Attar.

Mikaila menatap kedua pemuda itu secara bergiliran, akan tetapi ketika atensinya teralihkan ke arah pemuda disamping kanannya pandangan Mikaila segera ditundukkan dan beralih kepada benda yang didekap Rama sedari tadi.

"Afwan ... bu-buku ana," pintanya pada Rama.

Rama melongo sementara Mikaila sudah mengulurkan tangannya.

"Punten pak ketos, itu buku sepupu ana kembaliin dong! betah banget pegangin buku dia, untung bukan tangannya!" cerocos  Attar.

"Attar," pekik Mikaila dengan tatapan sinisnya tertoleh pada Attar.

"Oh, i-iya ... ini bukumu ya," ucap Rama gugup.

"Syukron katsir, jazakumullah khairon katsiron." Mikaila berterima kasih.

Lagi-lagi Mikaila menyunggingkan senyumnya meskipun tertunduk, membuat sang pujangga ketar-ketir. Walau gemetaran ia membalas uluran tangan Mikaila dengan sebuah buku.

Asmara di Dinding AsramaWhere stories live. Discover now