20. Misi Rahasia

6.1K 735 6
                                    

Mulai Bab 22 dan seterusnya, jadwal terbit akan jadi Selasa dan Jumat, ya! Terima kasih, selamat membaca!

***

"Pak Grotto, birnya satu!" seru Michael pada seorang bartender tua berambut hitam ikal yang berdiri di balik meja, saat dia baru saja melangkah masuk ke dalam sebuah bar. Grotto mengacungkan jempolnya pada Michael, yang sudah dikenalnya sebagai pelanggan lama. Pria tua itu langsung mengambilkan sebotol bir dari rak dan membuka tutup sumbatnya. Begitu Michael duduk di kursi tinggi yang menghadap meja bar, bir pesanannya telah siap di atas meja.

"Tibal mana?" tanya Grotto, sembari menghidangkan sepiring roti kering ke hadapan Michael. "Biasanya, kalian selalu pergi kemari bersama-sama!"

"Sebentar lagi dia datang," jawab Michael. Pemuda berambut merah jabrik itu mengedarkan pandangan ke sekitar. Ada banyak meja bundar dengan masing-masing empat kursi yang masih kosong. Dari sepuluh meja, yang terisi hanya tiga. Dan yang menempati deretan enam kursi tinggi di meja bar hanya Michael seorang.

"Hari ini yang datang lumayan, Pak?" tanya Michael, sembari menghitung jumlah pengunjung. Ditambah dirinya, ada sekitar sembilan orang sedang menikmati hidangan masing-masing. Mereka berpakaian hampir sama seperti Michael, mengenakan tunik dan celana panjang. Dari perawakannya, sama-sama berotot. Michael mengenali beberapa. Sama-sama bekerja sebagai prajurit, tetapi untuk kediaman bangsawan lain.

"Benar, tapi tidak seramai dulu. Pada awal tempat ini dibuka, hampir seluruh meja penuh terisi," jawab Grotto lirih. Pria itu mengenang, bahwa tempatnya dulu pernah jadi satu-satunya tempat makan yang dikunjungi banyak orang.

Michael mengangguk paham. Ia memang sering pergi ke tempat bernama "Kedai dan Bar Grotto" ini. Namanya jelas diambil dari nama si pemilik. Kedai dibuka sepanjang hari, sementara barnya baru melayani pengunjung saat menjelang malam hingga dini hari. 

Michael sering datang pada waktu senja, ketika baru selesai latihan. Dahulu, memang lebih banyak pengunjung. Namun, setelah banyak restoran baru lain berdiri tak jauh dari Kedai Grotto, tempat ini mulai kehilangan pamornya. 

Michael pernah bertanya, apakah Grotto mengetahui penyebab kemunduran kedainya ini. Akan tetapi, beliau tidak mengetahuinya. "Mungkin karena ini hanya kedai lama. Harus direnovasi. Lihat, kayunya mulai lapuk." 

Grotto menunjuk pada langit-langit kayu di atas kepala yang sedikit berlubang. "Sudah sering kena hujan. Harus diganti, tapi untuk itu aku perlu biaya, sedangkan pengunjung kedai makin lama makin berkurang! Sekarang yang laku hanya barnya saja, padahal kedai yang paling menghasilkan keuntungan ... ."

Kedua daun pintu kedai terbuka, dan orang yang ditunggu-tunggu Michael pun muncul. Tibal datang memasuki ruangan. Kedua matanya bertatapan dengan Michael, lalu mereka saling mengangguk kecil. Grotto melihat hal itu dan keheranan. "Kenapa Tibal tidak langsung kemari dan malah pergi ke meja orang lain?"

Tibal memang tidak duduk di sebelah Michael seperti biasanya. Malam ini, Tibal akan membaur dengan para prajurit kediaman lain, sementara Michael berdiam diri dulu sejenak. Michael melirik pada Grotto dan berbisik, "Kami ada misi rahasia malam ini!"

***

"Hai, kawan!" Tibal datang menghampiri para prajurit yang merupakan teman-teman masa kecilnya di desa. Mereka adalah Hugo, Grey, dan Red. Hugo yang berambut hitam, mengangkat gelas besar berisi bir ke arah Tibal. "Minum?"

"Nanti saja, aku lapar sekali sekarang!" Tibal duduk di antara Grey dan Red. Grey menggeser kursinya ke kiri supaya temannya itu bisa duduk lebih lega.

"Bagaimana kerjamu di Foxton? Baik?" tanya Grey berbasa-basi. Tibal mengangguk, "Ya, seperti biasanya saja."

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now