26. Informan

5K 658 8
                                    

Seri sedang membersihkan peralatan dapur yang baru saja selesai digunakan untuk memasak makan malam, saat sebuah teriakan terdengar memasuki dapur.

"Capeeekk!"

Seri sampai terlonjak. Fiona tiba-tiba berada di belakangnya, duduk di bangku panjang dapur. Saat ini, semua pelayan dapur sudah kembali ke kamar asrama masing-masing, kecuali Seri yang mendapat giliran bersih-bersih terakhir.

Seri menghampiri Fiona yang tengah membaringkan kepalanya di atas meja. "Ada apa, Fiona? Kenapa baru pulang sekarang?" 

Fiona melihat ke arah jendela. Langit memang sudah gelap. Gadis itu menoleh ke arah Seri. "Seharian ini aku keliling pertokoan untuk cari tempat jualan, dan tidak ada satu pun yang cocok!"

Fiona menceritakan petualangan singkatnya bersama Lucas, menelusuri gang-gang pertokoan kelas menengah di sekitar alun-alun. Ada beberapa bangunan kosong yang memang sedang dijual oleh pemiliknya, tetapi harganya selangit. Dengan keadaan keuangan Lucas yang dibatasi oleh Duke Foxton, sang putra sulung tak akan sanggup menutupi biaya pembelian sekaligus perawatannya.

"Sekalipun ada yang cocok di kantong, letaknya jauh sekali dari keramaian! Haaahhh!" seru Fiona, menutup ceritanya. 

Seri mengusap-usap punggung temannya itu. "Istirahatlah. Kamu mau kubuatkan cokelat hangat?"

Fiona mengangguk lemas. "Terima kasih, ya ... ."

"Hehe, baiklah." 

Seri segera menyiapkan memanaskan cokelat hangat di atas panci kecil. Sementara itu, Fiona mengeluarkan gulungan kertas berisi laporan data yang kemarin. 

Bagaimana caranya aku bisa mendapat tempat yang pas untuk berjualan? Ah, seandainya di dunia ini ada internet, yang seperti ini hanya perlu diketik saja di situs pencarian! keluh Fiona dalam hati.

Seri tampak menunggui Fiona di sisi meja, tetapi sesekali gadis itu melirik ke arah luar jendela. Fiona menyadari hal itu dan bertanya, "Kau sudah mau ke asrama, ya?"

"Iya, apakah boleh aku pergi lebih dulu?" tanya Seri. Fiona mengangguk. "Silakan! Aku masih mau di sini."

"Baiklah, nanti jangan lupa matikan semua lilin di sini, ya!" pamit Seri seraya melambaikan tangan.

Seri pun menghilang dari pandangan Fiona, meninggalkan gadis berambut ungu itu sendirian dalam temaram dapur sembari menyesap cokelat hangat perlahan.

***

Seri berjalan menyusuri tembok kastel menuju ke arah menara asrama. Namun, setelah dekat, ia tidak langsung masuk ke dalam bangunan tersebut, melainkan mengalihkan arah ke belakang. Kemudian, Seri menyandarkan punggungnya pada tembok kastel, tepat di samping sebuah jendela.

"Jadi, bagaimana?" Suara seorang pemuda terdengar dari dalam kastel, di balik jendela yang terbuka. Ia sengaja tidak menampakkan dirinya di hadapan Seri.

"Seharian ini, dia dan Tuan Lucas mencari tempat berjualan rawon," sahut Seri. Matanya menatap langit malam, seolah sedang berdialog pada udara.

"Lalu?"

"Mereka tidak dapat menemukan tempat yang pas. Yang dicari adalah tempat ramai dengan harga terjangkau."

"Baiklah," sahut suara itu lagi. "Terima kasih. Kabari aku lagi kalau ada info terbaru."

Seri melakukan curtsy sejenak ke arah jendela, sebelum pamit, "Saya pergi dulu, Tuan Linden."

Linden mengintip dari balik jendela, memastikan bahwa informannya telah pergi dari hadapannya. Sesaat kemudian, ia tersenyum, sebelum akhirnya pergi menghilang di balik koridor.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now