Bab 5. Punya Pacar

283 6 1
                                    


Daniel mengantongi ponselnya Andriana. Dia tidak berani membuka ataupun mengotak-atik ponsel itu meski sejak semalam ada yang menelfon. Daniel pikir itu adalah panggilan dari pacarnya Andriana. Sebenarnya dia sangat kepo tapi apalah daya itu privasi Andriana dan Daniel menghargai itu. Hari ini akan bertemu dengan gadis itu mengajaknya pergi ke suatu tempat.

Sesampainya di rumah calon istrinya. Daniel langsung melangkah masuk menemui Andriana yang mungkin sedang siap-siap. Ada Mark yang tengah duduk sendirian sembari bermain ponsel, ia pun menyapa calon kakak iparnya.

"Tunggu sebentar, Tuan Daniel. Riana sedang bersiap-siap karena memang dia suka lama kalau berdandan." Mark memberitahu Daniel agar menunggu dulu. Andriana sudah satu jam di dalam kamar, entah apa yang gadis itu lakukan bahkan Mark ingin menghampiri anak itu dan menyeretnya keluar.

"Iya, santai saja. Panggil aku Daniel saja jangan ada tuannya karena sebentar lagi aku jadi Adik iparmu," ucap Daniel.

"Baiklah. Aku tinggal sebentar, ya." Mark meninggalkan Daniel sendirian di ruang tamu dengan segera ia menaiki tangga untuk menghampiri Riana.

Pintu terbuka. Mark langsung masuk dan ia melihat Andriana tergeletak di lantai pingsan serta hidungnya keluar darah. "Kamu mau menipuku?!" Mark langsung mencubit pipi Andriana yang menggemaskan itu. Sontak saja Adiknya terbangun.

"Kak, sakit!" Andriana terperanjat kaget.

"Ada Daniel di bawah, kenapa dengan hidungmu berdarah?!"

"Hah? Aku hidungku berdarah lagi, ya?" Andriana memegangi hidungnya lalu membersihkan darah itu dengan tisu basah.

"Maksud kamu?"

"Akhir-akhir ini aku sering mimisan, Kak!"

"Jadi kamu tadi pingsan atau memang ketiduran? Kalau sedang tidak enak badan, ya batalkan saja pertemuan hari ini," kata Mark. Khawatir dengan kondisi Adiknya yang akhir-akhir ini seringkali mimisan.

"Tidak perlu, Kak. Tadi memang ketiduran kok, buktinya sudah ganti baju dan hanya merapikan rambut saja kok!" Setelah itu, Andriana menyuruh Mark keluar menemani Daniel di ruang tamu sembari menunggunya keluar.

Adik dan Kakak yang jarang sekali akur. Tetapi mereka memiliki ikatan batin yang kuat, mereka saling mengerti dan memahami keadaan satu sama lain. Meskipun mereka kekurangan kasih sayang, tapi keduanya tidak boleh saling masa bodoh. Mark, sangat menyayangi Adiknya. Perjodohan ini juga membuat dirinya sedih karena Andriana harus menikah dengan orang yang tidak mencintainya dan tidak pula dicintai oleh Andriana.

_

Berada di dalam mobil sambil memasang sabuk pengaman. Namun, Andriana agak kesulitan memasangnya tiba-tiba tangan kekar terulur membantu Riana memasangkan sabuk itu kemudian mereka saling menatap. Netra pekat, wajah tampan yang ada di hadapan Riana sungguh menakjubkan. Aroma tubuh lelaki itu menggoda.

"Jangan menatapku seperti itu," ucap Daniel membuat gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain. Salah tingkah, akibat terpukau dengan ketampanan Daniel.

"Kamu juga terlalu lama di depanku," balasnya. Andriana mengalihkan pandangannya ke luar jendela, melihat kendaraan yang padat. Jalan raya sedang macet, bunyi klakson membuat bising mengusik kenyamanan telinga Andriana.

"Berisik sekali," gumamnya sambil mengambil earphone miliknya di dalam tas. Namun, tangan Daniel menahan tangannya kemudian mata gadis itu menatap Daniel kembali. "Kenapa?" Andriana bertanya diiringi nada malas.

"Apa kau tidak kehilangan ponsel? Kenapa tidak bertanya kepadaku, apa kamu tipe orang yang tidak peduli dengan benda penting seperti handphone ya?"

"Maksudnya? Ah, iya. Ponsel yang semalam mungkin ketinggalan di klub itu," ucapnya. Andriana baru ingat kalau ponselnya ketinggalan akibat mabuk semalam. Dia tidak kepikiran kalau Daniel yang menyimpan ponselnya.

Pernikahan Balas Dendam 21+Where stories live. Discover now