Bab 6. Nakal 🔞

578 6 4
                                    

Annyeong. Jangan lupa komen gaes biar rajin update 😭💦🔞

Happy reading!

Gadis itu masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Jeno yang masih berdiri menatapnya. "Bye," pamit Andriana melambaikan tangan ke arah cowok itu diiringi senyum tipis yang terukir di bibirnya. Jeno adalah pacar Andriana. Mereka menjalin hubungan sudah hampir 3 tahun, Jeno pun satu kampus dengan Andriana.

"Hubungan kita akan berakhir, Jen! Aku tidak mau melibatkan kamu dalam masalah ini." Takutnya menjadi masalah besar. Masalah takut dikhianati lalu balas dendam? Mungkin itu yang akan Jeno lakukan ketika mengetahui bahwa Andriana akan dinikahi oleh orang lain.

Mungkin saja kan? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika nampaknya seperti itu maka Andriana tidak ingin kekasihnya terlibat dalam masalahnya. Namun, bagaimanapun akan ketahuan juga bahwa dirinya dijodohkan oleh seorang laki-laki dewasa.

"Kenapa melamun?" tanya Jena sahabat yang setia mendengarkan keluh kesahnya.

"Kalau gue beneran dijodohin sama dia, gimana ya nasib hidupku selanjutnya?" Riana terlihat frustasi karena memikirkannya saja sudah hampir gila apalagi melakukannya.

"Bagaimanapun itu udah jadi jalan takdir hidup lo, Riana. Akan baik-baik aja kok," ujar Jena menenangkan sahabatnya yang entah bagaimana nasibnya. Bukan tidak mau membantu melainkan dirinya tak berani mengambil resiko karena keluarganya Riana bukan keluarga sembarangan.

"Tapi, Jena. Lo mau gantiin gue nggak? Lo kan suka tuh sama cowok yang lebih tua. Mana mungkin bisa ya, ntar lo malah ketahuan terus dibunuh sama mereka. Ngeri," ucapnya. Riana ingin berencana kabur tetapi mau kemana? Dia pasti akan ketahuan juga pergi kemanapun tidak sampai 24 jam sudah ketemu.

"Percuma, lo mau ke luar negeri juga bakalan ketemu. Udahlah terima aja daripada lo mikirin sesuatu yang bikin capek, tunggu aja kedepannya gimana."

"Dia laki-laki dewasa, nakal dan kayaknya paling jago soal nanam benih-benih cinta. Takut gue,"

"Ngapain lo takut. Pakai cara nunda kehamilan dululah setelah menikah dan diem-diem aja. Daniel cakep cok, kaya raya idup lo bakalan bener-bener diluar prediksi deh." Jena menyakinkan sahabatnya karena salah satu cara agar tenang dan menerima Daniel. "Banyak tau, yang pengen hidup kayak lo dinikahin anak orang kaya, ganteng dan berwibawa!" Lanjut Jena.

"Gilak lo, gue yang nggak mau nikah sama dia. Ngerilah, kata-katanya aja sekasar itu ke gue!" ujar Riana.

"Emang lo nggak kasar? Kayaknya kalian cocok sih sama-sama memiliki kesabaran setipis tisu." kata Jena.

"Sahabat gue sinting. Tapi, ada benernya sih." Riana meneguk air lemon dengan cepat lalu bergegas untuk pergi. "Hari ini gue mau balik cepet. Lo mau ikutan nginep ngga?"

"Ntar gue jadi korban selanjutnya deh. Nggak ah, sana pulang sendiri. Kabarin gue kalau ada apa-apa!"

"Siap sayang!" Riana langsung masuk kembali ke dalam mobilnya meninggalkan Jena yang masih duduk di kursi. Mereka bertemu pada siang hari ini setelah pulang kuliah, lalu Riana mau kemana setelah ini kalau bukan pulang.

Drt ... Drt ... Ponselnya berdering sehingga dirinya terkejut dengan meraba tas kecilnya, lalu melihat siapa yang meneleponnya ternyata nomor baru. Sudah yakin bahwa pemilik nomor itu adalah Daniel, untuk apa dia menghubunginya?

"Ngapain sih. Nggak jelas banget itu orang nelfon-nelfon gue!" celetuknya.

"Atau jangan-jangan dia lagi dirumah? Waduh, bokap lagi keluar kota terus gue gitu yang nyambut dia?" Riana ngedumel.

Dengan nafas panjang ia pun mengangkat panggilan tersebut. Tak lama, suara Daniel terdengar cukup meresahkan membuat Riana menghentikan mobilnya mendadak, tak di sangka ada mobil yang menabraknya dari belakang.

"Dasar gila, lo lagi ngapain sih?!" cetus Riana sambil melihat kaca tengah dalam mobil untuk mengawasi apa yang terjadi. Padahal tidak terlalu ramai, ia langsung keluar mengecek mobilnya yang terparkir di tengah jalan. Hanya ada 2 mobil.

"Mbak, kalau bawa mobil yang bener dikitlah! Masak berhenti di tengah jalan, kayak bapakmu yang punya jalan!" sentak pria paruh baya itu dengan nada tinggi. Ya memang ini kesalahannya Riana berhenti ditengah jalan.

"Maaf ya, Pak. Lagian ini saya juga yang kena tabrak, rugi pula ini mah saya. Kalau begitu saya ganti rugi mobil bapak yang lecet," kata Riana dengan mengambil dompetnya memberikan sejumlah uang untuk menutup mulut bapak tersebut.

"Cukup?" tanya Riana.

"Oke. Lain kali hati-hati kalau nyetir mobil,  mana masih muda. Cantik lagi," ucap orang itu lalu meninggalkan Riana tanpa mengoceh.

"Huft, mobilnya dia kagak parah-parah amat. Lagian ngapain sih Daniel ngomong sambil mendesah, beneran gila kali tuh orang!" Riana kembali masuk ke dalam mobil untuk menuju ke bengkel. Daripada kena omelan sang ayah mending langsung di benerin mobilnya.

"Kak, bisa jemput gue nggak?"

"Kamu dimana emangnya?" tanya Mark.

"Ada di bengkel. Mobil aku mogok deh, jemput ya plis!" paksa Riana sambil melihat jarum di jam tangannya.

"Minta jemput Daniel. Kakak lagi ada meeting penting nggak bisa ditinggal dek," ujar Mark.

"Mending juga naik taksi deh." Riana pun memilih untuk memesan taksi online, menunggu sekitar 10 menit akhirnya datang dan bergegas untuk pulang.

Setelah tiba di rumah, ternyata ada Daniel yang sedang rebahan di sofa ruang tamu. Santai sambil memainkan ponselnya. "Hadeh, ngapain ada dia di sini?!"

Pernikahan Balas Dendam 21+حيث تعيش القصص. اكتشف الآن