2 wind direction

115 18 0
                                    

Ketiganya tidur lesan di kursi dan juga lantai rumah sakit yang dingin, mencoba bertahan di udara yang semakin turun saat hari semakin malam.
Mereka tak bisa tidur. Arsa yang tak merebahkan diri selalu memandang lurus ke depannya, dia mengingat semua perlakuan buruknya pada sang kakak. Arva tidur berbantalan kaki Arsa memandang langit-langit rumah sakit, memikirkan hal yang sama juga. Sedangkan Aska tidur berbantalan tangan yang dilipat juga melakukan hal yang sama seperti Aska. Entah pukul berapa mereka tertidur, yang pasti sudah sangatlah larut.

°°°°

Arsa, Arva, Aska, dan Atan tengah bermain bola di lapangan yang hijau dan juga hawa yang sangat sejuk. Aska menendang kuat bola itu hingga mengenai kepala kakaknya yang sepertinya tengah lewat di pinggir lapangan.

"Sakit anjir!!" Teriak Winna dari tempatnya berdiri. "Gue aduin ayah kalian" gadis itu pergi meninggalkan lapangan

Keempatnya lari menyusul si kakak yang akan pulang ke rumah, singkat cerita saat mereka baru masuk ayahnya sudah berdiri didepan pintu seperti sudah menunggu kedatangan mereka.

Plak

Plak

Plak

Plak

Tamparan tanpa ada pembicaraan sama sekali mengenai pipi ke emepat-empatnya. Mereka menatap ayahnya bingung, baru kali ini mereka mendapatkan pukulan dari si ayah.

Plak

Plak

Plak

Plak

°°°

"Ayah!!"

Mimpi yang seakan konek antara satu sama lain membuat mereka membuka mata bersamaan. Keringat membanjiri tubuh masing-masing. Arsa, Arva, dan Aska saling pandang.

"Mimpi di pukul ayah juga?" Tanya Arva yang langsung diangguki oleh dua saudaranya.

"Ayah marah" satu kesimpulan yang mereka tarik dari mimpi masing-masing. "Kita salah. kakak!" Satu kunci jawaban yang mereka dapatkan.

"Gue sempet denger Atan teriak juga, kita lihat dulu" usul Arsa karena hanya dia tadi yang mendengar disaat mereka sedang bingung tentang mimpi masing-masing.

Mereka beranjak bangun dan masuk ke ruangan Atan, di sana pemuda itu sedang duduk dan tengah diberikan minum oleh nenek.

"Kenapa Tan?" Hanya Arsa sih sebenarnya yang masuk. Dua saudaranya yang lain memilih berdiri di luar.

"Dia mimpi buruk. Udah kalian gak usah khawatir ada nenek" Arsa menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar lagi.

Ketiganya duduk di kursi tunggu lagi, saling berjajar tanpa ada yang berbicara. "Gue rasa Atan juga mimpi hal yang sama" celetuk Aska.

Jam menunjukkan pukul 1 pagi. Mereka saling pandang saat kakaknya belum juga datang. Apa gadis itu selalu pulang se-larut ini? Itulah pertanyaan yang mereka ajukan dari pandangan mata.

"Mending Lo telpon aja Sa" perintah Aska yang langsung diangguki tanpa di bantah.

Belum sempat dia menggambil telpon mereka mendengar langkah kaki dari arah lorong ini. Ketiganya mengalihkan pandangannya, seseorang yang mereka tunggu tengah berjalan mendekat dengan wajah lelah sambil menenteng beberapa kantong.

"Kok diluar?" Tanya gadis itu langsung dihadiahi pelukan erat dari ketiganya. "Ke-kenapa?"

Ketiganya menggelengkan kepalanya. "Kenapa larut sekali" rengek Arva.

Suara yang jarang sekali Winna dengar. Gadis itu berusaha menguatkan dirinya untuk tidak menangis lagi, dia ingin kuat sekali lagi. Untuk adik-adiknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 08, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seulhun universeWhere stories live. Discover now