Memenuhi Tugas

27 4 0
                                    

Matahari belum bangun dari peraduannya, saat Dol Sae pelayan kediaman Yoon sudah menata kuda yang akan digunakan Jae Min menuju Gyeongsang. Hawa dingin awal musim semi ini menghantam tubuh besarnya sehingga nampak ciut.

Jae Min masih sibuk mengecek perlengkapannya saat seorang gadis muda dengan tatanan Daenggi Meori (tatanan gadis belum menikah) menghampirinya dengan wajah penuh kekhawatiran

"Apakah kakak akan pergi lama lagi?" Tanya gadis itu dengan anggun, dia adalah Yoon Bo Rim adik perempuan satu-satunya Jae Min.

Jae Min tersenyum kecil pada adik perempuannya yang saat ini berusia 10 tahun itu. Usianya memang masih cukup belia, tetapi sikap dan tingkah lakunya sangat anggun dan dewasa, khas perempuan bangsawan. Didikan yang diterapkan Jae Min pada adiknya nyatanya benar-benar berhasil.

"Kakak tidak tahu. Jika urusannya cepat selesai kakak pasti akan segera kembali. Oh iya, Aku sudah meminta tolong Bibi Moon untuk menjemputmu. Sementara itu tinggalah disana beberapa saat."

Bo Rim mengangguk patuh, "kakak pasti sudah memperhitungkan semuanya."

Jae Min mengelus puncak kepala adik satu-satunya itu, "Benar, meskipun penjagaan disini sudah lebih dari cukup untuk menjagamu, hanya saja akan lebih baik jika ada kerabat yang turut bersamamu. Bersabarlah sampai aku kembali." Pinta Jae Min pada adik kesayangannya itu.

Bo Rim hanya mampu pasrah pada ucapan sang kakak meskipun kekhawatiran terus saja mengelayutinya sebab sebetulnya dia tidak ingin kakaknya berpergian lagi. Dia khawatir terjadi sesuatu pada kakaknya, karena kini tinggal Jae Min-lah adalah satu-satu keluarganya yang tersisa akibat kecelakaan yang pernah dialami oleh keluarganya.

"Nauri, Nyonya Moon sudah datang menjemput Yoon Agasshi." Seorang pelayan menghampiri keduanya.

Jae Min bergegas membimbing adiknya menemui Bibi Moon untuk kemudian meninggalkan kediaman Yoon yang luas itu.

"Berangkatlah... Hati-hati dijalan ya."

***

Setelah beberapa hari perjalanan akhirnya Jae Min sampai di Gyeongsang. Disana dia menginap di kediaman rekannya saat di belajar di sungkyunkwan berapa tahun yang lalu, Kim Ha Yoon yang merupakan penduduk asli Gyeongju dan saat ini bertugas di Gamyeong.

"Hmm.... Data pedagang kertas di Gyeongsang ya." Gumam Ha Yoon setelah mendengar maksud dan tujuan Jae Min berkunjung ke kediamannya.

"Aku punya hutang budi pada seseorang, beliau adalah pedangan kertas terbesar di Gyeongsang. Kamu bisa membantuku menemukannya kan?" Jae Min membuat alasan, tidak mungkin dia mengatakan bahwa dia sesungguhnya diutus Yang Mulia.

Ha Yoon mengusap janggutnya, mencoba menelaah apa yang ada dipikiran sahabatnya itu, "Selain fakta beliau adalah pedagang kertas terbesar di Gyeongsang, apakah kamu punya clue lainnya?" Ha Yoon menghela nafasnya berat, "Wah... Ini akan benar-benar sulit! Sebenarnya kamu punya hutang budi apa sih!?" Laki-laki dengan seragam gugunbok itu tampak menepuk pahanya dalam sekali hentakan yang keras karena frustasi.

Jae Min mengeryitkan dahinya mendengar ucapan Ha Yoon, meskipun sesaat kemudian senyum tipis tercetak diwajahnya yang tampan. Ha Yoon memang orang yang senang menyimpulkan sesuatu secara terburu-huru. "Aku bahkan belum selesai memberikan penjelasan," Jae Min mengeluarkan sebuah hiasan berbentuk giok dan selembar kertas dengan cetak timbul disalah satu ujungnya. "Pedagang itu salah satu supplier di Gamyeong."

Ha Yoon berdehem. "Baiklah, aku akan menemukannya untukmu."

***

DestinyWhere stories live. Discover now