Gadis Bermata Jernih

21 5 0
                                    

Kornea mata Jae Min terus saja mengekor pada penampakan seorang gadis cantik yang tengah sibuk melayani pelanggan di toko kertas. Dia tertarik dengan plakat giok yang dikenakannya sebagai norigae (hiasan rumbai yang dikenakan di hanbok). Hiasan norigae itu terlihat persis seperti yang diberikan Geun Suk padanya.

***

Hari ini, setelah Jae Min menerima daftar supplier kertas di Gamyeong, dia bergegas mendatangi satu persatu toko yang tertulis disana. Ini adalah toko keempat yang dikunjunginya dan sebenarnya masih ada satu lagi yang belum didatanginya.

Saat itu Jae Min tengah berkeliling mencari-cari informasi tentang toko kertas itu saat tiba-tiba pandangan matanya berpapasan dengan dengan gadis cantik itu sehingga Jae Min harus melemparkan tatapannya jauh dari mata jernih sang gadis. Disanalah Jae Min menyadari bahwa ternyata gadis itu mengenakan plakat giok sebagai norigaenya.

Sepertinya aku telah menemukannya. Gumam Jae Min.

"Siapakah gadis itu?" Bisik Jae Min begitu mendekat pada Ha Yoon yang berada dilantai dua toko itu, dia turut menemani Jae Min mencari lokasi toko kertas yang dimaksud. Sebenarnya tidak hanya norigaenya yang menarik perhatian Jae Min, tetapi paras menawan, sikap dan tingkah laku sang gadis juga membuatnya penasaran, gadis itu berpenampilan seperti seorang bangsawan, langkahnya anggun, bajunya bersih dan rapi, dia bahkan mengenakan hiasan rambut disalah satu sisi kepangan rambutnya.

Gaya gadis itu terlalu sederhana untuk ukuran gisaeng (penghibur), terlalu mewah untuk ukuran rakyat jelata dan terlalu berani untuk ukuran gadis bangsawan. Bahkan dia tidak mengenakan jang-ot (jubah yang biasanya digunakan untuk menyelubungi wajah perempuan bangsawan) saat diruang tercampur seperti ini.

Ha Yoon mengintip dari balik rak buku dilantai dua, "Dia... "

"Hei cantik!" Tiba-tiba suara seorang pemuda bangsawan dengan hanbok yang acak-acakan memenuhi toko itu, seketika semua mata pelanggan tertuju pada suara berisik yang dibuat oleh pemuda itu dan beberapa rekannya. Jelas dari penampakannya dia tengah mabuk disiang bolong seperti ini. Dia mendekati Min Hwa, sang gadis berparas cantik yang sedari tadi menarik perhatian Jae Min dengan pandangan menggoda.

"Jadilah kekasihku." Teriaknya keras yang kemudian disambut gelak tawa rekan-rekan si pemuda. Mereka tampak mengelilingi gadis itu dan mencoba mengganggunya.

"Maaf bisakah kalian tidak membuat keributan disini?" Ucap Min Hwa tenang, dari raut wajahnya terlihat cukup sering menghadapi hal ini. Jae Min mencermati dengan seksama.

Pemuda itu kembali terkekeh, "Kamu tidak ubahnya seperti seorang sangmin! (kelas rendah bagian petani dan pedagang) jangan bersikap seperti seorang bangsawan!" Kali ini si pemuda berupaya untuk merengkuh tubuh si gadis.

Gadis itu tampak mendengus kesal, namun dia tetap menahan ekspresinya, "Bisakah kalian tidak membuat keributan?"

"Ayolah sayang..." Belum sempat si pemuda menyelesaikan kalimatnya, si gadis sudah meraih kerah belakang hanbok pemuda itu sehingga dalam satu kali gerakan si pemuda langsung ambruk. Si gadis langsung mengunci pergerakan si pemuda.

"Kalian sudah kuperingatkan bukan?!" Kali ini nadanya seperti sebuah gertakan.

Jae Min kembali terkejut melihat ulah si gadis, beberapa menit yang lalu dia tampak sangat anggun, tetapi dalam menit berikutnya dia menunjukan keahlian beladirinya. Ini adalah kali pertama Jae Min melihat seseorang perempuan yang bisa mempraktekan gerakan beladiri. Beberapa pelanggan yang ada disanapun tampak terkejut. Mereka semua berhamburan keluar dari toko itu, mereka tidak ingin terlibat permasalah yang dihadapi oleh si gadis. Kini pengujung yang tersisa hanya Jae Min dan Ha Yoon saja.

Rekan si pemuda merasa tidak terima dengan perlakuan si gadis langsung berusaha menyerang. Dia mendorong gadis itu dari belakang saat dia lengah sehingga gadis itu tersungkur dilantai dan melepas kunciannya pada pemuda pengganggu.

Si Pemuda segera bangkit dari posisinya dan memperbaiki jubahnya yang semakin berantakan karena ulah Min Hwa, "Kurang ajar! Sebagai perempuan kamu kasar sekali!" Kini tangan si pemuda itu tampak mengepal erat hendak memukul Min Hwa yang masih meringkuk di lantai.

"Hentikan!" Teriak Ha Yoon keras sembari menuruni tangga dari lantai dua, dia mengagetkan para berandalan itu dengan menunjukan plakat tanda pejabat Gamyeong yang dimilikinya yang sontak membuat para berandalan itu ketakukan dan lari tunggang langgang.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Ha Yoon pada si gadis setelah menyimpan kembali plakatnya dibalik jubah berwarna biru langit itu.

Min Hwa bangkit dari posisinya, salah satu ujung bibirnya tampak memerah karena membentur lantai toko saat didorong tadi. "Terimakasih sudah menolong, maaf atas keributan barusan sehingga membuat anda tidak nyaman." Raut wajah Min Hwa tampak kembali tenang seolah tidak terjadi permasalahan.

Melihat ekspresi dan sikap si gadis Jae Min menjadi gemas, dia tidak habis pikir bagaimana bisa si gadis bersikap biasa saja setelah mendapatkan perlakuan begitu, sebagai seorang wanita seharusnya dia lebih berhati-hati dan tidak muncul di publik seperti ini. "Mengapa kamu tidak berdiam di rumah saja, bukankah kamu masih memiliki keluarga yang bisa memberikan mencukupi kebutuhanmu?" Ucap Jae Min spontan dari balik  punggung Ha Yoon.

Si gadis langsung menatap Jae Min, "Maaf jika membuat anda tidak nyaman, beginilah kehidupan kami kaum sangmin. Ada banyak pajak yang harus kami bayar, ada banyak anggota keluarga yang harus kami tanggung." Ucap si gadis dengan nada sopan. "Kalau keberadaan saya dihadapan tuan-tuan membuat tidak nyaman, saya akan undur diri." Si gadis membungkukkan tubuhnya kemudian berangsur meninggalkan kedua pemuda itu dengan langkah anggunnya.

Jae Min menghela nafas kasar, walaupun kurang setuju dengan ucapan Min Hwa tetapi nyatanya memang itu yang terjadi, selama ini pajak yang diterima pemerintah memang ditanggung oleh kaum sangmin.

"Sudah cukup kan? Kita langsung ke toko selanjutnya saja." Ajak Ha Yoon.

Jae Min tidak mengubris ucapan Ha Yoon, dengan langkah cepat pemuda itu mengekor sang gadis. "Tunggu, Nangja!" Panggil Jae Min pada gadis berhanbok terang itu, "Ada yang ingin saya ketahui."

Gadis itu menghentikan langkahnya, "Ada yang bisa saya bantu?"

***



DestinyWhere stories live. Discover now