Dia yang Berbeda

26 5 2
                                    

Seorang laki-laki paruh baya menghadap Jae Min beserta Ha Yoon, 'Nama saya Gook Bu Shik, tadi putri saya mengatakan anda berdua ingin bertemu dengan saya." Laki-laki dengan balutan hanbok katun itu tersenyum ramah.

Setelah Jae Min memastikan bahwa norigae giok yang dikenakan sang gadis memang persis seperti yang diberikan Geun Suk padanya, Jae Min memohon izin kepada sang gadis untuk bertemu dengan si pemilik toko yang tak lain adalah ayah dari gadis itu.

Kini Jae Min dan Ha Yoon tengah dijamu dalam sebuah bangunan rumah mungil yang cukup mewah yang terletak di belakang toko kertas tersebut.

"Maaf jika kami dalam menjamu tuan-tuan bangsawan banyak kekurangan." Ujar Tuan Gook berbasa basi untuk beramah tamah. "Sabenarnya, apakah maksud tuan berdua ingin bertemu dengan saya?"

Jae Min tersenyum menanggapi pertanyaan si pemilik rumah, kemudian menoleh pada Ha Yoon, mengkode sang pejabat Gamyeong itu agar menyingkir sebentar untuk memberinya ruang dan privasi. Ada beberapa hal yang perlu Jae Min sampaikan pada tuan Gook. Sayangnya Ha Yoon tidak juga menyadari bahwa Jae Min butuh privasi, sampai-sampai si pemuda dengan dopo (jubah luaran hanbok) berwarna biru teduh itu berdehem beberapa kali sampai kemudian Ha Yoon sadar dan lekas menyingkir meskipun dengan berat hati.

"Apakah anda mengenali ini?" Tanya Jae Min begitu Ha Yoon tidak tampak dalam pandangannya lagi. Segera si pemuda mengeluarkan sebuah binyeo kayu dari dalam lengan hanboknya yang lebar dan menunjukkannya pada tuan Gook. Geun Suk mengatakan bahwa si pembawa bukti akan langsung mengenali binyeo itu.

Melihat binyeo kayu itu, seketika tubuh tuan Gook bergetar hebat, kemudian berdiri memberikan penghormatan pada binyeo itu layaknya bertemu dengan baginda raja, "Saya siap menerima titah yang mulia." Ucapnya.

Jae Min cukup terkejut melihat respon tuan Gook yang begitu reaktif, tapi segera pemuda berusia 22 tahun itu menguasai diri, bisa disimpulkan bahwa dia tidak perlu menerangkan panjang lebar pada tuan Gook untuk meminta bukti yang dimaksud.

"Yang Mulia meminta bukti yang anda simpan."

Tuan Gook mengangguk, tanpa banyak kata dia mengambil sebuah buku dan bungkusan yang terkunci dalam kotak. "Ini adalah bukti yang dimaksud. Tolong sampaikan ucapan terimakasih saya kepada Yang Mulia."

***

Selesai berbincang, Jae Min keluar dari sarangbang (kamar tempat kepala keluarga beristirahat dan menerima tamu) diantar tuan Gook. Diluar Jae Min mendapati Ha Yoon tengah memperhatikan seorang gadis yang sedang sibuk memilah kertas. Jae Min hanya menggelengkan kepala melihat sikap ketertarikan Ha Yoon yang sangat terlihat jelas.

Ha Yoon langsung berdiri menyadari pintu sarangbang telah terbuka, pun dengan gadis yang sedari tadi sibuk memilah kertas dan si gadis bermata jernih yang sebelumnya telah menarik perhatian Jae Min saat di toko kertas. Kedua gadis itu tampak segera sigap berdiri menyambut Sang ayah dan tamunya yang keluar dari sarangbang.

"Ah ya, perkenalkan ini putri-putriku, Dia Gook Min Kyung putri pertamaku dan ini Gook Min Hwa putri keduaku." Bergantian gadis pemilah kertas dan gadis bermata jernih itu membungkuk memberi hormat pada Jae Min dan Ha Yoon.

Tak terasa seulas senyum terbit dari sudut bibir Jae Min saat menerima penghormatan dari Min Hwa, entahlah, melihat senyum menawan sang gadis, Jae Min seperti merasakan sengatan didalam hatinya yang terdalam sehingga memunculkan reaksi yang Jae Min sendiri tidak mengetahui.

"Kami undur diri." Ucap Jae Min pada tuan Gook kemudian berlalu meninggalkan toko kertas itu dengan Ha Yoon mengekor di belakangnya.

***

Malam harinya dengan ditemani temaram sinar lilin dan bulan yang mengintip dari celah jendela kamar mungil di sudut kantor Gamyeong, Jae Min menyalin buku laporan yang diserahkan Tuan Gook untuk baginda raja. Dia melakukan itu demi mengantisipasi bila buku itu tiba-tiba raib sebelum sampai ditangan raja.

Setelah 4 batang lilin habis dan malam sudah benar-benar larut akhirnya Jae Min telah menyelesaikan salinannya. Rencananya salinan itu akan dia titipkan pada Ha Yoon untuk memudahkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Segera Jae Min merapikan ruangan itu bersiap untuk tidur, tetapi saat merapikan perlengkapannya, Jae Min menemukan norigae giok dengan ornamen khas keluarga Gook pemberian Geun Suk yang kini telah dimilikinya diantara tumpukkan kertas. Tanpa sadar seulas senyum terbit diwajah tampan Jae Min. Entah mengapa ingatan tentang Min Hwa kembali terngiang.

Paras cantiknya, tutur katanya yang lembut dan sopan namun tetap tegas serta tingkah lakunya yang anggun  namun berani. Jae Min jadi bertanya-tanya apakah memang lumrah seorang gadis dari kalangan rakyat jelata memiliki tindak tanduk seperti Min Hwa? Ataukah gadis itu memang spesial? Hati Jae Min penuh dengan tanya, sebab meskipun Jae Min sudah sering berpergian tetapi baru kali ini dia menemukan gadis seperti Min Hwa.

***




DestinyWhere stories live. Discover now