Bittersweet 2

49 9 2
                                    

~♪~

Bel berbunyi menandakan sekolah telah usai. Di kelas XI IPA-1 itu sudah mulai sepi, hanya tersisa empat siswi yang sepertinya enggan beranjak dari tempat duduk mereka.

"Gue males banget latihan hari ini," keluh Asta menaruh kepalanya diatas meja.

"Sama, gue males les hari ini." Cia menyusul dibelakangnya.

"Gue juga males pulang, ayang lagi latihan futsal." Ucap Nara disebelah Cia.

Hening sejenak, sampai detik berikutnya ketiga cewek itu menoleh kearah Maura yang sedang sibuk membereskan barang-barangnya.

"Apa?" Tanya gadis itu heran.

"Lo gamau nambahin?"

"Gue mau pulang, ayang udah nungguin." Dengan raut berseri, Maura beranjak dan bergegas pergi.

"Dasar ga kompak!" Dengus Nara.

"Dasar bucin!" Sambung Asta kemudian.

Keadaan kembali hening, kedua cewek itu menoleh kearah Cia, gadis itu berdiri mengambil tasnya.

"Gue mau les," ucap Cia seakan tau tatapan teman-temannya itu.

"Katanya lo males."

"Gue lebih males dengerin ocehan mama gue kalau gue bolos." Cia berjalan keluar kelas.

"CIA TUNGGU!" Teriak Nara menyambar tasnya.

"Eh lo mau kemana?"

"Mau nungguin ayang di tribun." Nara langsung pergi mengejar Cia yang sudah agak jauh, meninggalkan Asta sendiri sembari mengelus dada sabar.

"Gini amat punya temen."

"Gapapa Asta, orang sabar jodohnya Lee Jeno."

****

Maura bersenandung dengan riang, menyelusuri lorong yang sepi. Akhirnya yang dia tunggu-tunggu tiba, pulang bersama Sean setelah seminggu bertengkar hingga membuat jarak diantara mereka.

Pertengkaran saat itu memang membuat jarak antara keduanya, satu minggu tanpa komunikasi, tanpa interaksi kadang kala menimbulkan rasa rindu di relung hati. Maura masih ingat bagaimana hampir tengah malam Sean datang kerumahnya membawa coklat dan meminta maaf.

Ia juga ingat bagaimana ia cepat luluh saat lelaki itu memelas, melupakan amarahnya selama seminggu ia pendam sampai-sampai memblokir semua sosial media Sean.

Selama menjalin hubungan dengan Sean, itu adalah pertengkaran terlama mereka. Karena apa? Maura tidak ingin mengingat apalagi membahasnya. Sudahlah, dia sudah memaafkan semuanya.

Langkah kaki gadis itu berhenti saat sakunya bergetar. Maura mengambil benda pipih didalamnya, mengerutkan alisnya bingung saat nama Sean tertera di layar ponselnya.

"Hallo?"

"Ra, maaf banget ya. Aku gabisa nganter kamu pulang, mama dibawa kerumah sakit. Aku harus ke sana sekarang." Ucap Sean disebrang sana yang terdengar panik.

"Serius, kak? Aku boleh nyusul?"

"Gausah, gapapa. Kata Rafael kalian ada rapat, aku nyuruh dia nganterin kamu pulang. Jangan pulang sendirian ya."

Sesaat kemudian, sambungan terputus. Maura buru-buru ngecek grup OSIS dan benar saja, Rafael-ketua OSIS SMA Nusadarma- mengumumkan akan mengadakan rapat. Berita buruknya, Maura terlambat.

****

Ruangan yang berdominan merah, sofa tua yang terlihat usang, rak-rak yang terlihat berdebu, dan jangan lupakan bungkus rokok dan jajanan berserakan di lantai. Jo lantas menghela nafasnya pelan, ruangan itu lebih tepat dikatakan gudang dibandingkan ruangan band.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang