Bittersweet 5

30 8 0
                                    

Now play: Traitor by Olivia rodrigo

~♪~

Maura melangkahkan kakinya menuju lantai atas, kelas dua belas berada di lantai empat. Maura ingin mengonfirmasi sendiri informasi yang diterima nya pagi ini.

"Kak Megan, Sean nya ada?" Tanya Maura saat gadis berkaca mata keluar dari kelas.

"Nggak ada di kelas, coba cari gymnasium."

"Em... Gue duluan kak." Pamit gadis itu.

Jam istirahat pertama ramai murid menghabiskan waktu mereka dengan di kantin, taman, atau bahkan di kelas masing-masing. Lalu apa yang dilakukan Sean sampai setiap jam istirahat dia berada di tempat itu sampai-sampai melewatkan makan siangnya?

Maura mendorong pintu besar itu pelan, ia tak sengaja mendengar suara tawa seseorang dan pantulan bola basket menggelegar keseluruh sudut ruangan.

Namun apa yang ia lihat membuat matanya memanas seketika, dadanya sesak. Melihat Sean yang tersenyum lebar di sana menatap gadis berambut pendek yang sedang memantulkan bola basket. Sesekali mereka tertawa, tangan Sean otomatis akan mengacak rambut gadis itu dan berakhir dengan pukulan kecil dari sang gadis.

Gadis yang sama saat pertengkaran mereka beberapa minggu lalu.

Maura hafal dengan tatapan itu, tatapan yang sama saat awal-awal mereka pacaran. Sean memang tipe orang friendly, dia memiliki banyak teman perempuan karena sikap ramahnya. Maura tidak mempermasalahkan itu karena tatapan Sean kepada teman perempuannya berbada saat ia menatap Maura. Namun yang membuat kelihangan kata adalah tatapan yang meluluhlantahkan hatinya ternyata tak sepenuhnya miliknya.

Ayes never lie.

"Kak Sean," panggil Maura pelan.

Keduanya menoleh dan terkejut, bola basket yang berada di tangan Sean jatuh begitu saja. Lelaki itu menghampiri Maura yang masih mematung kaku di ambang pintu.

"Ra..." Sean mencoba meraih tangan Maura namun gadis itu mundur satu langkah.

Maura mati-matian untuk menahan tangisnya, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menangis didepan lelaki manapun kecuali ayahnya. Maura menanamkan prinsip itu dari dulu agar tidak terlihat lemah.

"Lo bohongin gue, kak?" Siapapun yang mendengar itu tau kalau suara Maura bergetar.

"Ra, ini bukan seperti apa yang lo pikirkan."

Gadis itu mendengus, "terus apa yang gue pikirkan? Bukannya kalian pantas untuk di curigai?"

"Kalau kemarin gamau nganter gue pulang ya gapapa, kenapa harus bohong kalau mama lo masuk rumah sakit?" Lanjut gadis itu menatap Sean kecewa.

"Aku nggak bohong, mama beneran masuk rumah sakit."

"Dan lo pulang sama dia?" Tunjuk Maura pada gadis yang hanya diam memperhatikan perdebatan pasangan itu.

Sean terkejut, Maura tau dari mana?

"Dia tiba-tiba datang kerumah sakit, katanya mau jenguk mama. Karena udah malam Aku anterin dia pulang."

Lagi-lagi Maura mendengus kasar, kenapa lelaki itu begitu peduli dengan cewek lain sedangkan pacarnya sendiri uring-uringan mencari kendaraan untuk pulang.

"Apa lagi yang belum gue tahu?"

"Maura..." Sean menatapnya memohon, "maaf-"

"Gue juga minta maaf," potong gadis itu cepat. "Maaf, gue capek, gue gabisa lanjutin ini lagi."

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang