22.1 : Surat Steinar

34 3 0
                                    

Hari di mana semua kembali huru-hara.

Teruntuk kakakku, Aliean Al-Ghazi.

Aku berharap surat ini sampai di tanganmu, Kak. Walau gak yakin. He he.

Aku menulis surat ini di tengah sibuk-sibuknya aku dan saudara-saudaraku menunggu kapal kami. Untungnya kapalnya gak datang-datang. Jadi ku pikir suratnya akan panjang. Maaf kalau tidak ku tulis dengan huruf braille, tidak sempat.

Mungkin nanti surat ini sampai ketika aku lagi nonton lautan lepas. Nonton paus atau lumba-lumba. Semoga aja ketemu.

Kakak, aku pergi dulu. Maaf Einar gak nepati janji untuk selalu di sisi kakak. Walaupun nanti kisah yang bakal Einar jalani adalah kisah yang sedih, yang penting kakak jangan lupa senyum (kak Ailean seram kalau tidak senyum).

Mimpi-mimpi tentang masa depan itu, jangan dipikirkan kak. Awalnya aku takut tapi, semua bakal baik-baik saja. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan masa depan yang kau lihat. Kan masa depan banyak. Jadi gak mesti yang kakak lihat bakal terjadi. Ein dan saudara-saudaraku bakal baik-baik saja.

Oiya, Mira juga akan ikut denganku. Dia titip salam untukmu, katanya jangan suka menekuk wajah. Kata dia juga habiskan makananmu. Kasian paman Lukas yang sudah masak.

Kakak jaga diri baik-baik. Paman Lukas mungkin dalam waktu lama akan tidak selalu ada di rumah. Jangan sering berantem dengan bibi Armenia :(( aku pusing mendengarnya. Bibi Armenia juga pasti secara perlahan akan menerima kakak. Ku jamin :D nanti kalau nggak, Einar pukul bibi Armenia :v.

Oh kapalnya sudah datang. Aku pergi dulu. Doakan aku selamat sampai tujuan.

Tertanda dengan sayang,

Steinar Xamzis yang lucu💙

Steinar Xamzis yang lucu💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sekian lama

WanderlustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang