Dongeng Putri Tidur

13 0 0
                                    

Carion tidak setangguh Saga apalagi Rega, pertemanan yang saling melengkapi. Di antara mereka bertiga, hanya Carion yang tidak pernah terjun ke dunia tinju. Dan hari ini, Carion begitu menyesal tidak berlatih serutin kedua sahabatnya.

"Masuk," perintah mereka, mendorong Carion dan Dawai ke dalam ruangan.

"Apa?" tanya Carion mengerutkan keningnya. Bahkan di saat genting, Dawai atau Viola malah sempat mengajaknya bercanda, sampai lupa untuk mencari pertolongan.

"Kita romantis ya, terkurung dalam satu ruangan yang sama," celoteh gadis itu membuat Carion membulatkan matanya.

"Kita dalam bahaya, woi. Sadar, bego!" cibir Carion, masih tidak mengerti dengan pola pikir gadis di hadapannya. Dawai tersenyum manis, meletakkan kepalanya di bahu Carion.

"Gue sebenarnya bisa aja melawan mereka, seperti yang selalu gue lakukan untuk melindungi dia. Hanya saja, gue penasaran pada banyak hal," Dawai mulai bercerita, membuat niat protes dari Carion terhenti begitu saja.

Carion cukup penasaran dengan cerita kekasih sahabatnya itu. Sepertinya begitu banyak rahasia yang Rega dan Saga sembunyikan dari dirinya, terkait Dawai.

"Kenapa gak dilanjut?" bingung Carion.

"Memangnya lo ingin mendengar cerita gue?" Carion mengangguk dengan cepat, membuat senyum Dawai semakin lebar. Carion terdiam, merasa tidak asing dengan senyum itu.

"Kita pernah bertemu sebelum ini?" tanya Carion membuat Dawai kini tidak bersandar padanya. Tatapan keduanya bertemu, membawa kembali pada kisah-kisah kelam yang pernah singgah.

"Lo benar-benar lupa ternyata, padahal lo sendiri yang mengulurkan tangan untuk menolong gadis kecil itu," ucap Dawai semakin mengembangkan senyumnya, membuat Carion bungkam. Masih ingat dengan kisah putri matahari dan pangeran es? Carion ternyata ada di dalam kisah itu, meski bukan dia pemeran utamanya.

"Putri matahari itu lo?" Carion masih tidak percaya.

"Dia adalah Dawai Viola Allegra, si gadis dewasa dan positif vibes. Dawai mencintai pangeran es, sementara Viola, menyukai sosok penolongnya. Itu lo, Carion," sahut Dawai lagi.

Mereka pernah berada dalam satu kisah di masa lalu.

"Lalu, siapa yang ada di depan gue sekarang?" Meski belum begitu mengerti dengan situasi, Carion menyadari perbedaan yang sangat jelas. Bahkan Dawai menyebut dua nama sekaligus.

"Gue Viola, tameng bagi Dawai. Percayalah, gue adalah bagian dari diri dia yang hilang. Ehm, bukan hilang, lebih tepatnya muncul dalam bentuk yang berbeda," jawab Dawai, memperhatikan luka akibat beling di tangannya. Secara bergantian Viola dan si putri matahari akan muncul.

"Gue masih gak mengerti," aku Carion, sementara pikirannya terus berkecamuk, menyatukan kepingan puzle yang terpisah.

"Lo sakit? Aih, apa yang gue pikirkan," teriak Carion mengacak rambutnya, mulai merasa frustrasi. Dawai tertawa puas.

"Lo merindukan dia?" tanya Dawai tiba-tiba, membuat Carion terdiam. Bukan hanya Rega yang selalu mencari keberadaan gadis kecil itu, tetapi dia juga. Bedanya, Rega begitu terobsesi menemukan sosok putri matahari yang berhasil mencairkan kebekuan hatinya dulu, sementara Carion lebih ingin bertemu sosok kuat yang selalu tersenyum lebar.

"Apa kabar, putri matahari?"

"Heum, dia tidak baik-baik saja," sahut Dawai, menggunakan kata dia, karena semua sosok yang Carion maupun Rega rindukan berada di satu tubuh.

"Kalau gue pergi, apa lo akan menerima dia dengan baik?" tanya Dawai lagi, Carion bungkam. Dia pergi, saat Carion baru saja bertemu sosok itu lagi. Carion mengalihkan perhatiannya, jika Viola pergi, artinya Dawai hanya milik Rega, sahabatnya sendiri.

"Diri gue yang dulu sangat suka mendengarkan dongeng putri tidur, tau kisah snow white 'kan? Sayangnya, itu hanyalah dongeng, dan gue gak akan pernah jadi snow white sampai kapan pun. Alasan kenapa gue terbentuk sekarang," Dawai mulai membagikan kisah lagi. Nyatanya imajinasi yang membentuk setiap pribadi alternatif tersebut, meski sebagian besar sifatnya adalah sifat karakter asli yang menghilang.

"Sekarang, gue tinggal memastikan kalau Rega, si pangeran es benar-benar sudah mencair, dan menjadi pangeran yang sungguh untuk dia," lanjut Dawai tersenyum manis.

Ah, senyum itu yang selalu menghantui Carion, sejak pertemuannya dengan si putri matahari.

..

Terpaksa, satu kata yang Miley sampai untuk menjawab pertanyaan Saga. Bukan hanya Saga tetapi saudaranya yang lain tidak perah mengetahui fakta di balik kematian Allegra, juga semua tindak kekerasan yang pria itu buat padanya dan Dawai. Mereka mengetahuinya hanya karena Dawai sakit, kepribadian alternatif gadis itu sering muncul.

"Gue merasa menjadi manusia paling bodoh, Ma," sesal Saga. Berulang kali semua mencoba menjelaskan, tetapi sepertinya telinga Saga tertutup oleh rasa bencinya sendiri.

"Tolong bawa Dawai kembali. Dia gak baik-baik aja, Nak," mohon Miley menyatukan kedua tangannya.

"Lokasinya udah terlacak," ucap Zayn memecah keheningan.

Masih ingat dengan ketujuh kurcaci yang pernah Dawai jelaskan. Yup, kini mereka bertujuh benar-benar berkumpul. Alfy, Zayn, Rion, Walton, Saga, dan kedua sahabat Dawai turut ikut campur.

"Tolong jaga mama, Gwen," pinta Alfy, gadis itu mengangguk.

"Hati-hati, Kak,"

Penyerangan yang membawa kekalahan bagi SMA Galaksi, rupanya meninggalkan dendam yang membara di hati mereka. Pengacau dari SMA Galaksi sudah cukup lama mengawasi sosok Dawai, sasaran empuk untuk membalaskan kekalahan mereka. Apalagi setelah mengetahui fakta bahwa Dawai memiliki hubungan khusus dengan dua pendekar SMA Nusantara.

"Cih, udah ketebak akan bawa pasukan sih," tantang Alrigo, pemimpin SMA Galaksi. Rega sudah tidak bisa menahan kesabaran lagi. Akan lebih menarik jika dia membuat Alrigo memohon ampun di hadapannya.

"Kalian cari Dawai, biar mereka jadi urusan kami. Ayo buka jalan," Saga mulai memberi perintah, memberi kepercayaan pada Lyre, Rayano dibantu Zayn dan Walton untuk mencari keberadaan Dawai.

Selain kalah jumlah, Alrigo dan pasukannya juga kalah kuat.

"Dawai, kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Zayn memeriksa tubuh saudarinya. Gadis itu tersenyum kecil, sesuai dugaannya.

"Apa ketujuh kurcaci ada di sini?" tanya Dawai yang malah berbeda dari jawaban yang Zayn harapkan.

Mereka bertukar pandang, termasuk dengan Carion.

"Gue ingin bertemu mereka semua," Tanpa menunggu persetujuan, Dawai keluar lebih dulu.

"Dia masih Viola 'kan?" bingung Walton, merasa tidak mengenal sosok itu. Yang mereka ketahui, sosok Viola itu badas dan tidak suka diatur.

"Jangan biarkan Dawai terluka," tukas Zayn, bergegas menyusul gadis itu. Mereka tahu dampak buruknya jika Dawai terluka sekarang.

Dawai berdecak kagum dengan ketangguhan pasukan yang dibawa oleh Saga dan Rega. Tatapannya tertuju pada Rega yang menghabisi lawannya tanpa ampun dan pikir panjang. Gadis itu meringis pelan, mengabaikan rasa sakitnya, memilih menghampiri Rega dan Saga.

"Sudah membaik?" tanyanya, memberikan bogeman pada lawan Saga. Semua pandangan tertuju pada gadis itu, pada cara Dawai memukuli lawan mereka.

"Wai, maaf," gumam Saga.

"Tidak sekarang, masih banyak yang harus dihadapi," sahut Dawai semakin sibuk bersenang-senang, terlihat tidak takut meski tubuh lawannya lebih besar.

Kalau sekarang adalah hari terakhir dia menjadi tameng untuk Dawai, Viola sama sekali tidak pernah menyesal pernah terbentuk, dan mengenal semua orang yang mengelilingi gadis itu.

Bukan Snow White - SELESAIWhere stories live. Discover now