Office Flirt

142K 3.1K 19
                                    

"Kok bareng Pak Stevie?" Pertanyaan Titi membuatku gelagapan.

"Ketemu di lift." Itu alasan pertama yang terlintas di benakku.

Aku langsung ngacir ke pantri sebelum Titi menyecar. Namun, dia malah menyusul.

"Ada yang get laid nih weekend ini."

Aku pura-pura sibuk membuat kopi dan tidak meladeni ucapan Titi.

"Your after sex face can't lie, Na."

Aku menyengir di depan Titi, membuatnya tertawa ngakak. Coba aja Titi tahu siapa yang membuatku menyengir seperti orang gila ini, dia pasti sudah mati berdiri.

"Pagi, Ti." Sapaan Pak Stevie membuat tawa Titi berhenti. "Lagi bikin kopi, Na?"

Aku mengangguk tanpa berani menatapnya.

"Bikinin buat gue juga, ya. By the way, good job buat proyek kemarin. Ti, lo atur ya makan-makan satu tim," ujar Pak Stevie.

Baru setelah dia keluar dari pantri, aku menarik napas lega. Aku belum mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan Pak Stevie di kantor setelah apa yang terjadi weekend kemarin.

"Kayaknya ada yang lagi in a good mood." Titi terkekeh. "Mukanya sama kayak lo. Muka orang abis ngeseks."

Hampir saja aku menjatuhkan cangkir kopi.

"Peliharaan barunya oke juga tuh kayaknya."

Sekuat tenaga aku menahan tawa. Jangan sampai Titi tahu kalau aku yang sekarang menempati posisi itu.

"Gue anterin kopi dia dulu. Eh ya, buat makan-makan, gue mau Shaburi," ujarku.

"Shaburi basi. Gue mau nyari yang lebih mahal."

Aku meninggalkan Titi di pantri dan menuju ruangan Pak Stevie. Ini bukan kali pertama aku berada di ruangannya, tapi baru kali ini aku deg-degan setengah mati.

Pak Stevie tengah berdiri di dekat mejanya ketika aku masuk.

"Lo makin ganteng deh Pak kalau pakai kacamata gitu," ujarku sambil menunjuk kacamata berbingkai hitam yang dipakainya.

"Makasih kopinya." Pak Stevie meletakkan dokumen yang dibacanya. Tanpa kuduga, dia meraihku dan menyandarkan tubuhku ke dadanya. "Wangi banget, Na."

Aku terkikik. "Gue kan pakai sabun lo, Pak."

Tawa seraknya segera memancing nafsuku. Aku harus menahan diri untuk tidak menelanjanginya saat ini juga.

"Nanti malam, lo ke tempat gue lagi, ya. Gue kangen memek lo."

Aku refleks memukul lengannya. "Masih pagi, Pak."

"Lo nafsuin."

Aku tergelak. "Gue mau kerja dulu, Pak. Atasan gue galak, suka marah-marah," sindirku.

"Tapi, atasan lo itu juga bisa bikin lo keenakan kalau ngentot."

Sekali lagi, aku memukul lengannya. Kali ini, aku berusaha untuk melepaskan diri. Pak Stevie enggak melawan.

"As much as I want to get naked with you, we have to wait until tonight."

"Tonight?" Tanyanya dengan sebelah alis terangkat. "Lo setuju nginap di tempat gue. Good. Kontol gue udah enggak sabar buat ngerasain jepitan lo lagi."

Sambil menahan tawa, aku keluar dari ruangan Pak Stevie, sebelum menyerangnya dan memintanya memuaskanku saat ini juga.

***

Yes, Pak!Where stories live. Discover now