3

302 4 0
                                    

Paul Pov.

Sudah sebulan sejak kejadian perselingkuhan pamela terbongkar. Aku tak lagi menyentuhnya, bahkan aku merasa terlalu jijik untuk berbagi tempat tidur dengannya. Dan aku butuh pelampiasan. Aku marah karena Jeremy yang mengalami kecelakaan dan harus di rawat di rumah sakit. Sial kau pamela. Entah ibu macam apa kau.

Aku mnghentikan pekerjaanku sebentar memilih melapaskan penat di sandaran kursi lalu menutup mata. Pikiranku kacau karena melihat wanita yang bahkan masih sangat kurindukan.
Aku yakin itu Jane. Tapi aku tak yakin karena sudah malam saat itu, aku terlalu fokus dengan Jeremy yang terluka hingga lupa bertanya pada petugas rumah sakit.

Dan tiba-tiba aku ingat kami masih berteman di facebook, aku tau dia masih aktif di facebooknya, segera kuotak atik laptop di meja kerjaku dan mencari nama Janifer Scott, tapi sayang aku harus menelan pahit kenyataan karena dia tak ada disana, aku berusaha mencari teman-temannya yang dulu berteman denganku, dan jawaban mereka selalu sama Jane siapa? " Fuck them all.

Yah akhirnya aku meyerah, mungkin sebaiknya aku memang bertanya pada petugas di rumah sakit.
Aku bergegas menuju rumah sakit Sam Carlos tempat Jeremy dirawat, entah apa yang kutuju, Jeremy ataukah Jenifer Scott.

###

"Kau nakal Jeji," Kudengar suara seorang wanita berbicara dengan anakku, dan aku tau tau itu bukan suara Pamela, aku masih menyimak di balik pintu.

"Aku hanya menagih es krimku Miss Evans"

"Benarkah, tapi bukankah kau berjanji akan menurutiku hah?? " Ucap Miss Evans yang terdengar merajuk

Pandanganku jatuh pada wanita yg duduk memunggungiku. Dia menggunakan seragam dokter, rambutnya ikal dan panjang juga berwarna keemasan.

Kali ini Miss Evans tertawa dan aku tau itu tawanya. Tanganku hendak membuka gagang pintu yang kemudian di halangi oleh deringan telpku. Aku mematung seketika begitu nama yang terbaca di layar hpku adalah mom. Ah shit! Aku tak bisa tak menjawabnya.

Aku bergerak meninggalkan pintu kamar dimana Jeremy dirawat oleh wanita yang kucari.
Aku tau ini tentang apa, mom pasti marah begitu tau aku sudah melayangkan permohonan cerai ke pengadilan.

***

Hampir 5 menit aku bebicara dengan mom dan kuiyakan semua pembicaraan kami. Demi Tuhan mom, aku harus bertemu Jane yang entah kenapa nama belakangnya tak lagi Scott.

Langkahku dipercepat menuju kamar, jantungku berdebar saat tanganku meraih gagang pintu, dan rasanya aku ingin menangis saat melihat Jenifer tak lagi disana, hanya ada Jeremy seorang di sana.

"Hi dad. " Senyumnya terlihat ceria dengan sebelah tangannya yang memegang es krim dan sebelah tangannya lagi melambai padaku.

"Hi Jeri, " Aku berusaha membuat suaraku terdengar normal.

"Eeeeehhhmmm, siapa yang memberimu es krim hah? Kataku sambil duduk di tepi ranjang.

" Oh iya, miss evans yang memberikan es krim padaku dad,

" Oh wow, siapa miss evans?"

"My doctor dad, dia wanita yang sangat cantik dan pintar, i like her. "

"Really? But why?

" Yah karena miss evans cantik dan pintar dad. "

"Benarkah, Apakah ibumu tau kau sedang menyukai seorang wanita hah? "

Jeremy tersenyum memamerkan giginya yang belum tumbuh sempurna,

" Kau tau dad, jika aku besar nanti aku ingin menjadi dokter dan menikah dengan dokter secantik dan sepintar miss Evans, sini aku kasih tau sesuatu" Ujar jeremy sambil menarik tanganku agar ia dapat menjangkau kepala dan telingaku.
Kubiarkan pria kecilku beraksi semaunya, aku hanya menurut.

" Aku tidak suka wanita yang tidak pintar. Aku bahkan membenci sesilia temanku karena nilainya yang buruk"

"Oh wow, apa kau tadi bilang membenci temanmu hah? " Jeremy mengangguk keras lalu melipat kedua tangannya di dada, dan itu membuatku tertawa.
Kau memang anakku, kau mirip sekali denganku.

****

Sudah beberapa perawat dan dokter kutanyai tentang dokter yang bernama Jennifer Evans, dan semuanya memberikan jawaban buntu, apakah Jennifer Evans adalah Jennifer Scott adik kelasku dulu? Aku berjalan dengan begitu frustasi dan ponselku berdering mungkin sebagai tanda bahwa aku harus berhenti dengan obsesiku mencarinya.

Alisku berkerut saat nama Pemela muncul di layar. Pamela kularang untuk menjenguk Jeremy karena kecelakaan ini adalah kesalahannya, sebagai ibu dia sungguh tak bertanggung jawab kepada anaknya, malah sibuk bersama pacar brengseknya itu, sungguh rahanggu mengeras mengingat peristiwa itu.

"Kau harus berhenti menghindariku Paul, dan tolong katakan dimana Jeremy? "

"Hentikan omong kosongmu dasar kau ... " Kalimatku tertahan dan yang muncul dikepalaku hanyalah nasehat mom. Demi Tuhan entah iblis mana yang mengutukku saat ini.

"Paul, please aku minta maaf, katakanlah dimana Jeremy paul, aku ingin melihatnya. "

"Tidak akan, aku takan memberikanmu kesempatan itu, " Dan aku mengakhiri pembicaraan kami sebelum aku berteriak dan memakinya.

Pikiranku kacau dan aku merass sesak. Aku ingin dan butuh alkohol untuk melampiaskan ini semua. Baru saja kulangkahkan kaki dan aku berhenti saat kulihat malaikatku berdiri mematung memandangku dengan tatapan terkejut. Aku terenyum melihatnya dan dia adalah Jenniferku. Yah harus ku akui, terlalu egois jika aku mengakui gadis lain sebagai malaikat dan istriku sendiri bagaikan iblis. Aku hanya merasa seolah olah aku adalah pria paling tolol di dunia ini yang meninggalkan Jennifer hanya demi pelacur sialan itu.

"Hi Paul, apakah kau benar Paul Scott??" Ujarnya yang kemudian tersenyum membuka tangan. Tanpa menunggu lama aku kemudian memeluknya dan merasakan aroma parfum vanila yang disukainya, ah demi Tuhan bahkan aroma tubuhmupun tak pernah berubah.

Ibuku seorang Scott hingga dulu jane sering memanggilku dengan sebutas PS alias Paul Scott.

"Apa kau keberatan jika aku menawarkan jasa sopir?" Tanyaku tanpa ragu, dan shit aku memang terlihat gugup saat ini.

Jane tampak berfikir sejenak lalu sedetik kemudian dia menggangguk dan itu seperti peluang bagiku. Aku ingin tau dimana dia tinggal dan masih banyak lagi.

Bersambung....

Hi semuanya, semoga kalian suka. Semoga suka

Love, Sex n AffairNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ