4

195 4 2
                                    

Jennifer Pov

Aku berdiri melihat mobilku yang minta dirawat karena bannya yang kempes sambil berkacak pinggang, dan aku ingat seseorang yang dapat menolongku, aku berbalik dan berjalan ke arah pintu utama karena Dennis pasti masih di UGD, Dennis adalah seorang dokter muda yang sedang praktek di sini, ternyata Deniss juga pandai memperbaiki mobil, mungiin karena ayahnya memiliki bengkel dan sejak kecil Dennis sudah tak asing deng perihal mengganti ban atau memperbaiki mobil yang mogok.

Harus kuakui diluar sini udaranya sudah semakin dingin, mungkin karena sudah bulan November, aku menarik jaketku dan kusilangkan di dada,
Aku baru saja mengangkat wajahku dan mencari Dennis, dan seketika mataku tak Ingin Beranjak dari sosok pria berbadan tegap, mata birunya yang cerah, dan rambutnya rapi mengikuti trend, pria yang membuat dadaku berdebar dan wajahku memanas, tapi itu dulu. Meski kupastikan masih ada sisa debaran itu, aku mengangkat sebelah tanganku hendak membungkam mulutku, tetapi dasar mulutku ini tak mampu menahat rasa rindu hingga akhirnya ku sebutkan namanya
"Paul", dan disaat yang sama wajanya terangkat dan tatapannya jatuh kepadaku,   tubuhku terasa lemas, bahkan wajah kagetnya masih tetap terlihat menawan, wajah itu, senyuman itu, bibir itu semunya pernah menjadi milikku, hanya milikku, ah demi Tuhan Jenny, berhentilah mengkhayal. Umpatku dalam hati.

"Bagaimana jika kau kuantarkan pulang? "
Aku tersenyum kecil, ragu, ingin kutolak tapi yah aku akhirnya mengangguk setuju, seolah pikiran dan  perasaan ini tak sejalan. Ah aku benci ini.

Kami berjalan bersama, tak banyak bicara hanya saling melempar senyum seolah kami kehilangan kata untuk diucap. Mungkin karena sudah lama tak bertemu, yang kuingat aku menghadiri pernikahannya dengan Pamela, ah shit!! Aku ingat Paul sudah beristri, tapi kami tak melakukan apapun hanya bertemu tak sengaja juga.

               #     #      #

" Ahhhhh, Paulllll kumohon jangan berhenti ahhhh"  Kalimatku terputus oleh lumatan bibirnya yang hangat dan ah harus kuakui caranya menciumku masih sama seperti dulu, lembut tapi penuh birahi seolah ingin menelanku, matanya bersinar dan dada bidangnya memberi ruang bersandar, aku dapat merasakan debaran jantungnya, entah kapan aku tak lagi berpakaian, paul yang masih mengenakan celana panjang tampak seksi dengan dada bidangnya yang berotot, kedua tangannya meraba pahaku yang menindih pahanya, aku juga lupa kapan aku berada dipangkuannya, napas hangatnya kurasakan berhembus di kedua payudaraku sungguh memberikan rangsangan ilahi seolah ingin menjadi santapannya,.

Jatinya yang panjang menembus celana dalamku dan berhasil menyentuh intiku yang sudah semakin sensitif,
"Kau basah hah?? " Ucapnya dengan tatapan liar, ingin rasanya kubalas "kamu nenyyeee"?? Tapi shhh sungguh aku hanya ingin kenikmatan ini.

Sudah hampir 3 tahun aku tak berhubungan intim. Hanya sebatas ciuman itupun kuhentikan sebelum berlanjut.
Aku menjambak rambutnya lembut saat jarinya memompa intiku yang basah, " Ahhh Paul, pauuuuulll ahhhhh.

Desahanku terhenti saat ponselku berdering dan aku sadar aku telah tertidur di meja kerjaku. Mataku melihat sekeliling dan kedua tanganku meraba bagian tubuhku, seolah ada yang hilang, sial aku bermimpi. Umpatku begitu menyadari aku baru saja terbangun dari mimpi erotis.

Aku menarik napas berat dan mengingat kembali pertemuan tadi, aku bahkan tak sempat masuk kedalam mobilnya, saat ada panggilan darurat, salah satu pasienku harus segera dioperasi. Dan kami hanya sempat bertukar no hp.

Tanganku mengambil ponsel yang beberapa kali berdering karena ada pesan yang masuk.
" I miss u Jenn"

Ahhh, sial aku baru saja bermimpi erotis tentangmu dan kini aku mendapatkan pesan singkat seperti ini entah ini kutukan atau ujian?

###

"Dennis, terimakasih sudah membantuku," kataku pada pria muda dihadapanku, meskipun Dennis terlihat lebih dewasa dari usianya, dan eeehhheeen seksi karena penampilannya yang tampak seperti pria metrosexual yang maskulin dan hot.

"Tentu saja dok, aku dengan senang hati membantumu, lain kali jika ada yang rusak panggil saja aku, atau bahkan jika perlu jasa supir kupastikan kau mendapatkannya dokter. "

Aku tersenyum seketika, saat senyum kecilnya merekah, entahlah aku merasa senyumnya menarik. Kurasa aku harus mulai menjalin hubungan dengan seorang pria sebelum aku berhalusinasi lebih jauh.

"Kurasa kau berhasil merayuku Dennis, jadi aku berhutang budi padamu hah??  "

Dennis mengangkat kedua alisnya dan tersenyum, bagaimana jika kau membayarnya dengan secangkir kopi, mungkin nanti malam? Kurasa malam ini jadwal piketmu dokter?? "

"Jadi kau mengajakku kencan hah?? " 

Dennis tertawa, wajanya berubah merah dan yah tawanya begitu lepas, mungkin aku juga butuh bergaul dengan ptia muda supaya bisa tertawa lepas, ah kurasa pacar yang kubutuhkan.

****

Pukul 10 pagi aku sudah kembali berjaga, karena semalam aku tidur di rumah sakit, aku hanya bisa berdandan seadanya,
Pagi ini aku harus mengecek pasien pasienku yang dijadwalkan pulang, dan orang pertama yang kutemui adalah Jeremy, pasien kecilku yang tampan.

Sebelah tanganku terangkat dan mengetuk pintu, lalu kudengar suara khasnya, "
masuklah Miss Evans,"  aku tersipu malu karena sikapnya yang sopan. Aku membuka pintu dan mendapatinya duduk di sofa panjang, sambil melipat kedua tangannya di dada,

"Apa kau sudah siap pulang pri kecil?? "

"Tentu saja, tapi aku sedang marah!! "

"Oh yah?? Kau marah pada siapa??
Aku berjalan pelan dan kemudian duduk di sebelahnya.
Wajahnya tampak memberengut, tapi menggemaskan. Rasanya aku ingin mencubitnya.

" Aku marah padamu Miss Evans, memangnya pada siapa kuharus marah. " Matanya disipitkan sambil menatapku tajam, sungguh membuatku semakin gemas, aku ingat membawakan buku ceritra yang ku janjikan, harusnya kubawakan semalam, tetapi otak kecilku tak mengingatnya.

"Yaaaahhh, maaf, kau kan tau kalau seorang dokter  tugasnya banyak, bahkan lebih banyak dari tugas sekolahmu," Kubuat wajahku berubah sedih, lalu kututupi wajahku dengan kedua tangan.

"Yah jangan sedih dokter, memangnya tugas seorang dokter apa saja?? "

"Semalam ada pasien yang harus koperasi, karena usus buntunya hampir pecah.

" Oh yah, jadi miss evans membelah perut orang itu? Pakai pisau yah miss? Memanya pisaunya dokter tajam yah??? "

"Tentu saja, aku membelah perutnya untuk mengambil penyakitnya lalu kebersikan agar cepat sembuh. "

"Wah, kau hebat miss evans, aku juga ingin menjadi dokter sepertimu,  apa aku bisa menjadi dokter sepertimu?? "

"Tentu saja Jeji, kau anak yang pintar. Ngomong-ngomong, siapa yang menjemputmu pulang?? "

"Aku"! Jawab seorang pria di depan pintu yang kumimpikan semalam.

" Paul"?? Jadi jeji .... Kalimatku menggantung saat kulihat senyumnya merekah.

"Dad, jadi kau mengenal miss evans?? "

"Tentu saja, siapa yang yang tak mengenal dokter Evans yang terkenal. "

"Wah kalau begitu kapan kapan dad harus mengajaknya makan malam bersama, apa boleh dad? "

"Tentu saja, asalkan miss evansmu tak sibuk"

Aku terdiam, dan hanya tersenyum. Mungkin sudah takdir .

Bersambung....

Hai teman teman, selamat membaca yah, semoga kalian suka... Tolong like yah....

Love, Sex n AffairWhere stories live. Discover now