5

195 2 2
                                    

Paul Pov.

Aku seperti memenangkan lotre, senang rasanya mengetahui jenn adalah seorang dokter bedah yang merawat anakku, sungguh sebuah mujizat bisa bertemu dengannya lagi, meskipun harus kuakui ketika hubungan kami berakhir, perasaanku padax tak pernah usai, wanita itu terlalu apa adanya, terlalu baik, terlalu sempurna bagiku, mungkin waktu itu aku yang terlalu menuruti nasehat ibuku tentang hubungan kami yang tak akan baik baik saja karena Scot" Yah kami memiliki nama akhir yang sama, entahlah, padahal kami bahkan tak sedarah.

"Kau yakin takan mengajak miss Evans makan malam dad? " Pertanyaan Jeremy membawaku kembali ke alam sadar.

Aku sedikit terkejut karena pria kecilku seperti sedikit merajuk,

" Memangnya ada apa? " Tanyaku acuh tak acuh kemudian mengambil ponselku yang sejak tadi kuletakkan di meja.

"Kurasa aku merindukannya dad, di rumah sakit miss Evans sudah seperti temanku yang selalu baik dan berbagi ceritra. Ayolah dad... "

Aku masih mengacuhkannya  dan masih sibuk membaca pesan singkat di ponselku, kali ini Jeremy menarik sebelah tanganku dan mengguncangkannya.

"Ya Jeremy, tunggu sampai grandma tau jika kau menyukai gadis yang lebih tua darimu, kurasa kau akan dikirim belajar di sekolah yang ada asramanya" Ujarku sambil menahan tawa, meskipun kali ini pria kecilku ini telah berada di pangkuanku.

Jeremy berkacak pinggang dan cemberut,
Wajahnya tampak memberenggut.

"Kalau begitu, apa aku boleh mengunjungginya di rumah sakit?? "

"Siapa yang ingin kau jenguk di rumah sakit hah?? " Tanya grandma yang tiba tiba muncul di balik pintu.

Aku baru saja hendak menjawabnya tetapi Jeremy sudah lebih dulu menjawab.

"Temanku grand ma, kurasa ini adalah urusan pria dewasa"

Grandma tertawa lepas mendengar ocehan jeji yang lucu. Lalu berjalan santai ke arah kami.

"Kau punya waktu" ??

"Tentu mom, aku hanya sedang memeriksa email di ponselku

"Wah wah, berarti dad sama sekali tak menganggapku ada yah?? " Kali ini Jeremy benar ngambek, dan turun dari pangkuanku, lalu berlari meninggalkan kami.

Mom yang sejak tadi tersenyum berubah bingung, tetapi aku hanya mengangkat kedua bahuku acuh tak acuh,

"Biarkan saja mom, dia memang sejak tadi merajuk karna ingin menjenguk temannya, dan belum ku bolehkan. Ada apa mom, duduklah. "

Mom mengambil tempat di hadapanku lalu menyilangkan kakinya.

"Kurasa kau tau apa yang mau kubicarakan, jadi kapan kau akan membatalakan ajuan perceraianmu paul?? "

Aku tak terkejut, memang seperti inilah ibuku, wanita tangguh yang pantang menyerah tetapi lembut dan penuh kasih sayang.

Aku menarik napas berat, sebenarnya aku ingin menghindari perbincangan ini, tetapi sudahlah, saat ini yang kuinginkan dari pernikahan kami hanyalah bercerai.

"Aku ingin mengakhirinya mom, jangan memaksaku. "

"Paul, dengarlah, pikirkan Jeremy, dia terlalu muda untuk kehilngan sosok ibu, "

"Bukannya selama ini Pamela juga tak berperan sebai ibu mom? Selama ini apa yang pamela lakukan, setiap kali dia bersama Jeremy, jeremy pasti kenapa napa"
Wajahku rasanya berubah panas jika mengingat berbagai hal yang dialami Jeremy.

" Paul, ingat bukankah ini pilihan hidupmu. "

Sorot mataku berubah menjadi sendu jika ingat kenapa pilihanku jatuh pada Pamela, saat sekian banyak hal yang indah kulalui bersama Jenni.

Love, Sex n AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang