7

182 2 0
                                    

Jennifer pov.

Aku terbangun dan mendapati diriku yang berada di pelukan Paul, entahlah aku harus merasa apa, perasaanku menjadi campur aduk antra bahagia dan cemas, aku telah menjadi orang ketiga dalam pernikahannya. Mataku melihat sekeliling lalu jatuh pada wajah paul yang teduh dan tentu saja tampan.

Kuberanikan diri menyentuh bibirnya yang berwana pink kecoklatan, dan gerakanku membuatnya sedikit bergerak lalu membuka matanya perlahan.

Aku menyandarkan kepalaku di lengannya dan paul memberi reaksi memelukku dan mengecup keningku.

"Paul, " Ucapku pelan lalu hening.. Mataku menatap langit langit kamarku yang berwarna putih.

"Apa yang kita lakukan??? " Tanyaku. Paul membuka kedua matanya lalu membalikkan tubuhnya kearahku. Paul tersenyum lalu mengecupku lagi.

" Yang kita lakukan adalah meluapkan perasaan kita, kau tau aku sangat mencintaimu. "

"Hentikan paul. Apa kau lupa ada pamela dan Jeremy? "

Paul melepaskan pelukannya kemudian duduk di tepi ranjang. Tangannya meraih jemariku lalu menciumnya.

"Kurasa kita harus menganggapnya sebagai hubungan satu malam yang singkat." Ungkapku kemudian. Paul menoleh tetapi wajahnya tiba tiba berubah menjadi sendu seperti ada sesuatu yang tertahan.

" Pamela selingkuh, dan ini sudah berlangsung di tahun pertama pernikahan kami. "

" Pulanglah paul. " Ucapku seolah tak perduli lalu bangkit dan menarik selimut menutupi tubuhku yang polos. dan berjalan kearah kamar mandi dan menangis di bawah pancuran.

****

"Biarkan aku mengantarmu Jane. "

"Tidak paul, aku takan membiarkan itu terjadi. Suamiku akan menjemputku. Pulanglah. "

Kulihat paul mengeraskan rahangnya mendengarkan kata suami yang keluar dari mulutku.

Dan kurasa kalimat terakhirku mampu membuatnya pergi.

Demi Tuhan Jane, apa kau sudah gila bermain dengan api hah??? Umpatku lalu membanting pintu di hadapanku karena paul pergi tanpa menutup kembali pintu yang terbuka.

Pikiranku hanyut dengan penjelasan singkatnya tentang pamela yang yang telah berhianat, sungguh aku tak menyangka.

Flashback**

Pandanganku jatuh pada sepasang kekasih yang sedang bercengkrama di bawah teriknya panas matahari. Aku baru saja mengakhiri wawancaraku untuk melanjutkan kuliahku ke jenjang magister spesialis bedah.

Oh sungguh sebuah pemandangan yang menyayat hati, meskipun kami sudah mengakhiri hubungan kami sebulan lalu, tetapi si brengsek paul sungguh menyebalkan, kuingat seminghu lalu paul berdiri di ambang pintu kamarku dan menciumku mesra seolah dunia akan usai.

Untuk sesaat aku minikmatinya dan berharap dia kembali padaku, lihatlah betapa ciumannya menandakan kerinduannya padaku. Oh demi tuhan, aku menahan eranganku agar harga diriku tak ikut merenggang.

"Sayangku, aku merindukanmu" Bisiknya disela sela ciumannya yang penuh gairah. Aku masih bertahan untuk tak memabalas ciumannya.

Aku mendorongnya perlahan menjauh agar keinginannya untuk menelanjangiku tak jadi dilakukan.

Paul duduk di sofa kamarku, untunglah paul tau jika saat ini orang tuaku sedang tak dirumah.
Aku masih berdiri dan bejalan mondar mandir.

"Apa kau melakukan hal yang sama padaku dan pamela hah? Apa pernah kau mengingatku saat kau mencumbunya paul??? "

Oh sungguhh kalimatku telah membungkamnya dan lihatlah apa yang ada di depan mataku, mereka seperti pasangan carnaval yang selalu memakai pakaian couple. Aku memutar bola mataku dan berpaling hingga mereka melewatiku, entah paul telah mengatakan kepada pamela soal hubungan kami ataukah belum. Karena sikap pamela padaku seolah tak pernah terjadi apa apa diantara kami.

Flashback of**

Aku berlajan lesu ke kamar, lalu membersihkan tempat tidur, menarik sepreinya dan membuangnya kelantai. Aku menanam bom didalam dadaku lagi.

Ponselku berdering untuk kesekian kalinya. Kurasa aku dalam masalah.

"Ada apa denganmu dr. Jane? Apa kau sudah melupakan jam kerjamu, apa kau sakit hah??? " Dennis mencecarku dengan pertanyaan saat saluran telp tersambung dan aku tau pria tampan itu telah menyelesaikan tugasku, untunglah aku satu tim kerja dengannya.

" Kurasa aku memang berhutang penjelasan dan makan malam denganmu"

"Benarkah, dan bagaimana jika kujemput malam ini dokter?? "

"Oh, dennis kurasa aku adalah milikmu hah. Hahaha" Aku tertawa seolah lupa akan kejadian tadi sungguh Dennise mampu melakukannya. Tak mengapa hanya Dennis sangatlah gentle, selalu melakukan banyak hal untukku.

****

Dennis POV.

"Apa kau sungguh menyukai dr. Jane??" Pertanyaan kevin mengembalikanku ke alam nyata dan menghapus senyum di wajahku.

"Apa? " Tanyaku singgat lalu sebelah tanganku menganggat cangkir berisi kopi yang masih mengepul. Pagi ini sudah sangat berat karena dr. Jane tak datang, dan aku harus menyelesaikan pekerjaannya.

"Apa Kau tau usiamu lebih muda dari dr. Jane?"

"Kevin, sudahlah... Apa kau tak bisa membiarkanku menikmati kenikmatan sesaat ini hah?? "

"Yah yah kenikmatan sesaat saat mendengar telpmu tersambung dengannya. "

Oh kevin sungguh menyebalkan, aku bahkan hampir tersedak, kurasa kevin tau jika dimataku dr. Jane sangatlah special, dia pintar dan berkarisma, cantik dan menawan juga baik hati. Aku banyak belajar darinya dan kurasa mataku memang tak bisa beranjak darinya, terutama saat dia sedang tersenyum.

" Kurasa kau harus membaca lagi profil dr. Jane, umurnya hanya terpaut 2 tahun di atas kita, karena kejeniusannya dr Jane menyelesaikan kuliahnya di tahun ketiga kuliahnya dan menyelesaikan gelar magisternya di usia 25 tahun."

"Wow, kurasa kau sungguh mempelajarinya bro. " Kevin mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum nakal. Aku hanya mengangkat bahuku. Kurasa aku tau arti senyumnya itu.

Bersambung.....

Hai teman teman, maaf telat post. Semoga kalian suka, agak pendek memang. Semoga kalian menyukainya. Jangan lupa post dan tinggalkanpesan manis untukku.

Love u all

Love, Sex n AffairWhere stories live. Discover now