Punch

21 7 0
                                    

~ Semoga suka ~

••

Seribu pertanyaan terpikirkan oleh Lizora kepada gadis dihadapannya saat ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Seribu pertanyaan terpikirkan oleh Lizora kepada gadis dihadapannya saat ini. Siapa sangka kalau dia akan bertemu dengannya ditempat yang bahkan sulit untuk dijumpai orang. Tak hanya Lizora, Vania pun juga terkejut mendapati temannya sendiri berada di sini.

"Megan?! Lo ngapain disini?"

Gadis itu adalah Megan, teman sekelas dari Lizora dan juga Vania. Hanya seorang diri ditempat gelap dan sepi ini ia berada. Kalau dibilang nyasar tidak mungkin, karena Lizora tau betul jika Megan tak akan sembarangan pergi dan masuk ke tempat seperti ini.

Jantungnya berdetak tak normal kala melihat kedua temannya. Air keringat membasahi dahinya, bola matanya bergerak kemana mana, otaknya memikirkan berbagai alasan untuk menjawab pertanyaan dari Lizora.

"G-gue nyasar tadi" ucap Megan gugup.

Lizora mengangkat satu alisnya, kemudian kembali mengulang pertanyaannya. "Lo ngapain, Meg?"

Dengan jawaban yang sama, Megan menjawab dengan nada tinggi. "Gue bilang nyasar, Ra!"

"Telinga gue masih berfungsi, nggak usah teriak" ucap Vania.

Megan hanya diam, raut wajahnya terlihat panik saat lampu senter tersorot langsung ke wajahnya.

"Tujuan lo apa kesini?" tanya Lizora.

Megan menghela napas. "Udah gue bilang, gue nyasar disini"

"Yakin?" Lizora maju perlahan mendekati Megan, fokus matanya hanya tertuju pada mata Megan. Kemudian berhenti, dengan gesit ia menyahut sesuatu di tangan Megan yang di sembunyikan dibalik tubuhnya.

"Ini apa?"

Megan gelagapan melihat Lizora menyahut kertas kecil yang ada ditangannya. Gadis itu panik, gerak geriknya terlihat kebingungan harus berbuat apa. "Eh itu, bukan apa apa" jawabnya berusaha menyahut kertas itu ditangan Lizora.

"Lo kenapa panik?" Vania aneh melihat gerak gerik Megan yang terlihat kebingungan sedari tadi.

"Gue nggak panik kok, siapa juga yang panik" ucapnya disertai kekehan diakhir kalimat.

Sedangkan Lizora, gadis itu masih berusaha melihat dan meneliti sebuah foto yang ia rampas dari Megan.

"Kok dia tau sih gue bawa tu foto, bahaya nih kalo tau isinya apa" batin Megan.

"Emm, bukan apa apa sih ini. Cuma nemu aja tadi" Megan kembali menyahut foto itu ditangan Lizora. Kemudian menyimpannya disaku celananya.

"G-gue pergi dulu deh, takut pulang malem sendirian" Setelah mengatakan itu, ia pergi meninggalkan Lizora dan Vania.

"Kalo takut ngapain nggak dari tadi aja, kenapa malah nyantai disini" gumam Vania.

Dari sinilah munculnya kecurigaan kepada Megan. Sudah sering ia mendapati Megan disuatu tempat dan bersama seseorang yang ia kenal. Gerak gerik gadis itu juga terlihat aneh, raut wajahnya meyakinkan Lizora kalau ada sesuatu yang sedang disembunyikan.

*****

Ditengah ramainya jalan raya, segerombolan motor berjalan berjejeran dengan Gavin sebagai pemimpin didepan.

Gang Mutiara no. 7. Gang yang dituju Gavin dan gengnya saat ini. Gang ini terlihat sepi, tak ada orang sedikitpun. Hanya ada beberapa bangunan kosong tak terpakai. Gavin menatap Gilang yang sudah lemas. Cowok itu babak belur ditangan Andra dan juga anak buahnya. Langsung saja, ia menghampiri Andra dan menonjok wajahnya hingga cowok itu tersungkur ke tanah.

"Beraninya keroyokan, dasar pengecut! Sini lo lawan gue" Gavin menatap Andra yang masih tersungkur di tanah. "Mau lo apa sekarang, udah bunuh Reno, sekarang mau bunuh Gilang juga?" Gavin terkekeh pelan menatap Andra dengan remeh. "Cara lo sampah, tujuan lo mau bunuh gue kan? lakuin sekarang! ngapain jadiin temen temen gue sasaran"

Andra berdiri, menyeka darah segar yang mengalir deras dari mulutnya. Ia tersenyum miring menatap Gavin.  Kedua tangannya mengepal kuat, langkah kakinya maju beberapa langkah dan tanpa aba aba ia melayangkan pukulan keras pada rahang Gavin.

"GAVIN!" teriak Aidan khawatir.

Gavin mengangkat satu tangannya tanda ia baik baik saja. Cowok itu langsung menyerang Andra dengan meninju perutnya. Ia berkali kali mendaratkan pukulan itu ditubuh Andra, hingga membuatnya kembali tersungkur ke tanah.

"Segini kemampuan lo, cih" Gavin mengangkat dagu Andra dengan jari tengahnya. "PENGECUT!" ucapnya penuh penekanan.

"Bangun lo" Gavin menatap lelah musuhnya yang sudah terkapar tak berdaya di tanah. "Lain kali pikir dulu siapa lawan lo, jangan cuma bikin malu aja"

Andra berdiri dengan tertatih tatih. Cowok itu sudah babak belur sekarang. Tangannya mengepal kuat, ingin menonjok wajah Gavin. Gavin hanya diam saja, dengan sekuat tenaga Andra menonjok kembali wajah Gavin, hingga membuat ujung bibir tebal Gavin mengeluarkan cairan merah.

Gavin menyeka darah yang mengalir dari mulutnya. Andra kembali melayangkan tangannya di wajah Gavin. Namun dengan sigap, Gavin menahan tangan Andra kemudian melintirnya kebelakang.

"Akh anj*ng"

Gavin menahan tangan Andra dibelakang tubuhnya, kemudian mendorongnya hingga kembali tersungkur ke tanah. Kini kondisi Andra sudah lemah tak berdaya.

Tak sampai disitu saja, Gavin kembali membogem wajah dan tubuh Andra yang terkapar di tanah.

Aidan pergi menghampiri Gavin dan menarik cowok itu untuk menjauh dari sana. "Udah Vin bisa mati dia"

Gavin menatap Aidan dengan napas yang masih memburu kemudian beralih menatap Andra yang sudah tak bergerak, ia tak peduli dengan darah yang keluar dari tubuh Andra. Ia hanya meluapkan emosinya karena sudah membuat celaka teman se gengnya. Kemudian Gavin pergi meninggalkan Andra dan tempat itu.


••

30 September 2022.

30 September 2022

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
TELL MEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora