Part 2

4.9K 95 0
                                    


"Bu, kayanya ada yang baru pindahan ya" disa turun dari motor sambil membawa belanjaan dari pasar bersama ibunya, sesekali ia melihat tetangga sebelah yang tidak jauh dari rumahnya, tetangga yang terhalang oleh beberapa rumah itu sedang sibuk memindahkan barang dari truk ke dalam rumah.

"setahu ibu, bude ratih pindahan hari ini"

"bude ratih?" beo disa, saat sang ibu menyebut nama tetangganya.

"aku tau ga bu?" tanyanya mulai penasaran. Sejauh ini dia tidak mengenal nama bude ratih, padahal dia tinggal di lingkungan rumahnya sudah cukup lama.

"harusnya si tau" "dis, kamu taruh sebagian belanjaan di warung ya" Dila masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan anaknya yang penasaran dengan tetangga barunya.

Rasa penasaran disa sebenarnya tidak terlalu menggebu toh disa anak yang cuek. Hari senin yang sibuk, disa membantu ibunya menjaga warung sedangkan ibunya sedang merapikan rumah dan belanjaan yang ia beli tadi pagi. Saat disa hendak masuk kedalam rumah untuk mengambil minum disa mendengar suara anak kecil memanggilnya.

"kaka" disa menoleh, ia melihat anak kecil berumur 4 tahun memanggilnya. Anak kecil yang cantik rambutnya lurus panjang dibawah bahu, mata coklat yang cantik, kulit putih dengan balutan dress berwarna biru, ah rasanya tidak pernah melihatnya dilingkungan rumah ini.

"ya?" disa mendekatinya

"aku mau beli"

"oh mau beli, mau beli apa?"

"permen" gadis kecil itu menunjuk sebuah permen berbentuk kaki berwarna merah

Disa mengambilnya "mau berapa dek?" anak kecil itu diam beberapa menit lalu mengangkat tangannya dengan membentuk angka 2. Aku mengambilkannya 2 permen kaki "ini, jadi seribu"

"aku ga bawa uang" ucapnya polos sambil mengambil permen yang ada ditangan disa

"yasudah, pulang dulu ambil uang terus balik lagi kesini ya"

"tapi nanti ayah marah" ucapnya sambil menunduk

"kamu kesini tanpa sepengetahuan ayah?" tanyaku mulai gemas. Bisa-bisanya dia kabur kewarung tanpa sepengetahuan orang tuanya. Anak gadis itu hanya diam, disa yang terhalang oleh tumpukan makanan didepannya akhirnya memilih keluar dan mendeketi gadis kecil tersebut.

"yasudah permennya kakak ambil dulu, kamu pulang ambil uang terus balik lagi kesini ambil permennya, ah jangan lupa bilang ke orang tua kamu kalo kamu ingin jajan ok?" aku mengelus rambutnya kuposisikan sejajar dengan gadis itu. Sebenarnya bisa saja aku memberikan permen itu tapi disini aku mau ngasih pembelajaran buat anak gadis cantik ini untuk jujur terhadap orang tuanya dan tidak boleh berhutang. Anak gadis itu hanya diam saja sambil menunduk. Tidak lama seorang perempuan paruh baya datang menghampiriku.

"ansel, oma cariin kamu disini ternyata" aku berdiri saat mendengar seseorang datang. "sebentar, ini disakan?" perempuan paruh baya ini mengenalku ?

"iya tante" aku tersenyum sambil menyalim tangan perempuan paruh baya ini.

"Disa Aksara, sudah besar ternyata, oma pangling liatnya, sudah tumbuh cantik dan dewasa ya" lagi-lagi aku hanya tersenyum.

"bude ratih" Dila datang dengan membawa kue bolu dipiring, lalu menyalim perempuan paruh baya ini yang bernama bude ratih.

"dila, apakabar? Sudah berapa lama bude tidak melihatmu"

"alhamdulillah baik bude, bude apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, ini anakmu kan dil?" bude ratih memegang lengan tanganku.

"iya bude" jawab dila sambil tersenyum

"cantik ya, sama sepertimu"

"bude bisa saja, bude saya mau ngasih ini kerumah ternyata bude malah ada disini" dila menunjukan kue bolu yang ia pegang

"repot-repot kamu dil, harusnya bude yang ngasih sesuatu ke kamu, bude ini lagi nyari ansel ternyata anselnya ada disini"

"cucu bude ya? Cantik sekali" anak gadis itu menyalim dila. Aku hanya melihat percakapan 2 perempuan dihadapanku sungguh aku tidak mengingat bude ratih itu siapa. Tak jauh dari pandanganku aku melihat sosok laki-laki bertubuh tegap, tinggi terlihat berotot dengan kaos hitam dan tampan sedang menatap kearahku, ah tidak maksudku menatap ke arah kami, aku, ibu dan bude ratih.

To be Continue...

F A M I L YDonde viven las historias. Descúbrelo ahora