Menghargai Kata Rindu

1K 59 1
                                    

~Satu pertanyaan sanggupkah kita
pertahankan ini?
Bahagia sampai tutup usia
Dengan keadaan seperti ini kekasih?~
Salma Salsabil Aliyah

Salma berjalan menuju ruang kuliahnya. Dan seperti biasa, Nabila menunggunya di depan kelas. Dia banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan tentang Didan dan Rony.

"Sal, buruan sini deh." Ucap Nabila sambil menarik tangan Salma untuk duduk di kursi kayu di depan ruang kuliah.

"Apaan sih heboh banget lo."

"Si Didan katanya kuliah di sini juga Sal"

Salma sedikit terkejut tapi responnya tenang. Tidak mungkin kan dia akan mengalami hal yang sangat tidak jaman seperti saat SMA dulu.

"Dia kemarin bilang kalau udah kerja punya perusahaan. Ngapain kuliah lagi. Duh jangan sampek cerita SMA keulang lagi. Mana Rony juga sekampus."

"Gue sih denger dari anak-anak ya. Paul juga cerita. Sal Sal kayaknya Lo harus siap mental Sal. Liat tuh orangnya dateng." Nabila menolehkan kepala Salma ke arah koridor.

Terlihat Didan berjalan gagah menuju kearahnya. Dia memakai atasan hem kotak cokelat dengan celana jins. Beberapa perempuan yang juga duduk di kursi depan ruang kuliah terkejut melihat Didan. Tapi bagi Salma, wajah saja tidak cukup. Meskipun dia anak pindahan yang dibicarakan satu sekolah, tapi kalau kelakuannya minus ya tetep minus.

"Hai Sal" Sapa Didan langsung duduk di samping Salma.

"Hemm, masih aja cuma Salma yang disapa," gerutu Nabila.

"Oh, Hai Nab. Sorry Nab canggung lama nggak ketemu." Senyum Didan membuat Nabila segera memalingkan wajahnya kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Salma, "Anjir kayak Dejavu jaman Alfian. Tapi ini cakep juga Sal."

Salma tidak menanggapinya. Dia hanya mendorong kepala Nabila menjauh.

"Bukannya lo bilang udah kerja. Kok bisa kuliah?" Tanya Salma.

"Ya bisa aja. Lagian nggak masalah aku kuliah lagi. Kemarin ambil jurusan ekonomi bisnis. Sekarang ambil musik. Lagian kalau nggak kuliah gimana bisa ketemu kamu terus." Didan tersenyum lebar. Dia menatap lekat wajah Salma yang menatapnya sinis.

Cantik banget Salma. Masih sama seperti dulu. Sekarang lebih cantik sih karena berkerudung, gumamnya dalam hati.

"Gue masuk dulu. Ayo Nab." Salma menggandeng tangan kanan Nabila.

"Tunggu Sal, aku mau ngomong." Didan menggenggam tangan Salma dan ikut berdiri. Dia melirik ke arah Nabila agar dia masuk lebih dulu.

"Jangan lo apa-apain Salma. Gue awasin dari dalem." Nabila melangkah masuk ke ruang kelas. Dia peka melihat wajah Didan yang menyuruhnya pergi.

"Nanti pulangnya bareng aku ya Sal. Aku pengen ngajak kamu ke pantai."

"Gue nggak suka pantai. Mau apa juga di pantai." Salma menarik tangannya pelan dan bangkit dari duduknya tapi Didan meraih tangannya lagi.

"Lo masih trauma ya?" Perkataan Didan membuat Salma terkejut dengan pertanyaannya.

"Lo tau dari mana?"

Didan tersenyum, "Aku tau semua tentang kamu Sal."

Sejauh mana ni anak tau tentang gue segala trauma dia tau, gumam Salma bingung.

Mata Salma melihat tanpa sengaja Rony yang berjalan menuju arahnya. Dia dengan cepat berdiri di antara Salma dan Didan.

"Mau apa lo?" Ucap Didan pada Rony. Salma sudah siaga satu. Orang-orang yang berada di sekitarnya sudah memperhatikan dia karena Rony menghampirinya. Satu angkatan tau kalau Salma dan Rony adalah mantan karena Reiza yang suka bercerita pada sebagian besar mahasiswi yang kenal dengannya.

FOREVER WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang