D&P

547 52 4
                                    

Seminggu telah berlalu sejak terbongkarnya indentitas Rosè,Jisoo,Jennie, dan Lisa. Mereka tidak bertegur sapa  satu sama lain, mereka sama-sama saling menghindari. Bahkan selama seminggu ini tidak ada yang pulang ke rumah mereka apartemen tempat mereka ber emapat tinggal.

Hal itu di sadari oleh Irene,Seulgi, dan Joy teman mereka di sekolah. Membuat mereka ber tiga bingung fan bertanya-tanya.

"Jennie-ya.?." Panggil Seulgi  saat melihat Jennie sedang duduk santai di bawah pohon di tengah taman.

"Ya, ada apa Seul?." Jennie mnoleh kesubwr suara dan melihat  Seulgi beserta Irene dan Joy menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan sedniri disini?. Diamana Jisoo,Rosè dan Lisa?." Tanya Joy mendudukan diri di sebelah Jennie.

Mendengar itu Jennie terdiam dia bingung harus menjawab apa, namun kemudian dia tersenyum manis.

"Mmm, aku tidak tau. Kami seminggu ini tidak bertegur sapa." Lirih Jennie pelan.

Jujur dia rindu dengan sahabat nya, rindu bercanda ria, menontin film horor, sarapan bersama dirumah mereka.

"Kenapa?, apa kalian berantem?." Tanya Irene dengna sangat lembut.

"Tidak." Ucap Jennie sambil menggeleng kepala nya.

"Lalu apa yang terjadi?." Seulgi dengan nada khawatir.

"Kami hanya sama-sama merahasiakan satu sama lain, dan kecewa beserta merasa bersalah  satu sama lain." Lirih Jennie dan metanya menatap nelayang ke langit.

Seulgi,Irene, dan Joy merasakan kesedisan yang Jennie rasakan saat ini. Dan Joy lamgsung memeluk Jennie di ikuti Irene dan Seulgi. Jennie membalas pelukan hangat itu dan menagis di sana.

Sesungguh nya Jennie sangat ingin mentapa mereka hanya saja rasa takut akan di benci membut nya mengurungkan niat nya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat ini seorang gadis berambut blonde sedang duduk di roftof sekolah, bersandar pada pagar mengadah kan sajah ke langit dengan menutup mata. Menikmati hembusan angin di wajah nya dengan headsed terpasang di telinganya.

Wajah yang setiap hari menampakan senyum indah di bibirnya, mata yang selalu terlihat menawan, dan wajah cerah yang selalu di tunjukan. Kini bergati menjadi suram  senyum itu telah pudar selama seminggu ini.

"Aku rindu kalian, aku rindu kebersaman kita, aku rindu mendengar sura kalian, aku rindu. Aku ingin datang tapi aku takut kalian tidak akan menerima ku lagi karena kecewa padaku." Gumam Rosè sekarang menatap nelayang pada sepatu nya.

Kemudian tersenyum miris ter papar di wajah sendu nya.

"Aku takut." Lirih nya pelan dan suara nya bergetar sambil memeluk lutut nya dan membenamkan wajah nya di antara jangan nya sambil ter isak pilu.

Memang benar saat mengetahui kebanran nya dia sangat kecewa pada mereka, namun dirinya sadar dia juga pasti mengecewakan bagi mereka. Dan tiba - tiba rasa takut itu menyerbunya.

Rosè takut mereka yang selau ada untuk nya akan beralik menjauh dan punggung nya hilang tak terlihat, dan tatapn mata yang hangat itu akan menjadi dingin. Rosè takut sangat takut.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sedang kan Lisa menghabis kan waktu dengan Seola untuk menghilangkan pikiran kalut nya. Seola yang melihat Lisa murung menghampirinya.

"Lisa ada apa?. Apa kamu ada masalah?." Tanya Seola menepuk bahu Lisa dan terlihat wajah khawatir nya di sana.

Lisa hanya menggelengkan kepalanya,ntah untuk apa gelengan itu iya pun tidak tau.

Melihat wajah Lisa yang kusut dan sedih, Seola menarik tangan Lisa agar mengikutinya. Lisa yang di tarik hanya pasrah mengikuti Seola.

Dan di sini lah mereka di timezone. Seola membawa Lisa ke tempat bermain agar Lisa bisa lupa masalah nya barang sejenak saja.

Awal nya Lisa menolak namaun di pasa oleh Seola, hingga sekarang Lisa menikati nya dan senyum cerianya kembali menghiasi wajah Lisa.

"Kamu sangat manis jika tersenym Lisa." Gumam Seola pelan namun dapat di dengar oleh Lisa.

"Apa?." Tanya Lisa  ingin memastikan.

"Aaaa tidak." Elak Seola cepat karena gugup, dia merutuki dirinya. Seola tidak pikir Lisa tidak mendengar nya.

Lisa tidak memperpanjang hal itu dan kembali bermain dengan ceria dan tertawa bersama Seola.

"Gomawo."  Ucap Lisa tulus.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cklek

Terdengar suara pintu terbuka, nampak kepala denhan rambut plure mengintip ke ruangan itu. Gelap. Itu yang  dia lihat.

Dengan langkah pelan gadis itu memasuki ruangan itu dan berjalan dengan santi mencari saklar lampu.

Ctek

Lampu langsung menerangi ruangan itu, gadis itu tersenyum tipis dan mengedarkan pandangan nya ke setiap ruangan itu, gadis itu tersenyum tipis dan nampak kerinduan di matanya.

"Masih sama seperti bisa." Gumam nya pelan dan berjalan ke arah ruang tamu dan duduk di sofa.

"Aku merindukan kalian." Gumam Jisoo memandang foto mereka ber empat di gantung di dinding, di sana  mereka terlihat bahagia dan akrab

"Kami harus bicara."

"Masalah ini harus di selesaikan."

"Aku ingin bertemu kalian,  tapi aku takut. Tapi aku sangat merindukan kalian. Aku ingin kita memperbaikinya, mengembalikan tawa di rumah ini. Di sini sangat dingin dan hampa. Aku terlalu takut untuk menemui kalian, apa lagi mengajak kalian bicara." Monoling Jisoo memandang kosong ke arah foto mereka dan tersenyum miris membuat dia namapak menyedih kan.

.
.
.
.
.
.
.

Drttt... drrrttt..drrrttt.

Terdengar HP Lisa berbunyi tanda ada yang menelfon nya. Lisa melihat nama Seulgi tertera di  sana.

"Hallo Seulgi?."  Sapa Lisa.

"Lisa Rosè di culik, dia di bawa ke gudung kosong dekat sungai han."  ucap Seulgi terengar kepanikan di sana.

Tuuut  sambungan telepon di matikan sepihak oleh Lisa, air mata nya bercucuran, tubuh nya bergetar, rasa takut menyeruak di hati nya dengan  gelisah Lisa memacu mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata dia tidak peduli akan di tilang atau apa. Di pikiran nya hanya Rosè,Rosè, dan Rosè.

"Bagai mana?." Tanya Joy pada Seulgi.

"Ntah lah Lisa langsung mematikan sambungan telepom sepihak." Ucap Seulgi pelan dia merasa bersalah telah membohongi Lisa.

"Lalu bagai mana denganmu?." Tanya Seulgi melihat Joy tersenyum pemuh arti.

"Berhasil, Jisoo sedang dalam perjalanan." Ucap Joy bangga.

"Apa yang kamu katakan?." Masih Seulgi.

"Tidak banya hanya mengatakan, teman-teman nya akan mati jika dia tidak datang ke mari." Ucap Joy santai tanpa beban.

"Kau lebih keterlaluan." Seulgi hanya menggeleng kepala dan meminum sodanya.

"Hei, Rosè dan Jennie juga dalam perjalanan." Irene datang setelah selesai menelpon dengan sesseorang.

"Lalu apa yang kau katakan?." Joy sangat penasaran.

"Aku bilang pada Jennie kalau Jisoo sedang sekarat di pukuli, dan mengatakan pada Rosè kalau Lisa di culik." Jawab Irene sambil duduk  di sebelah Seulgi.

"Bukan kah kita keterlaluan membohongi mereka?." Tanya Joy.

"Benar, tapi ini harus kita lakukan." Seulgi

"Dan aku harap setelah ini semua akan baik-baik saja." Timpal Irene di angguki setuju oleh Seulgi dan Joy.

TBC.............

DRAK & PINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang