Suspek Pertama

9 3 3
                                    

Pagi ini langit terlihat cerah dan matahari bersinar terang karena tak ada banyak gumpalan awan yang menghalangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini langit terlihat cerah dan matahari bersinar terang karena tak ada banyak gumpalan awan yang menghalangi. Hanya ada awan cumulus yang melayang di atas sana.

Meskipun masih pagi, tapi sinar yang ditransferkan matahari cukup menyengat hingga terasa panas mengenai kulit.

Namun hal itu tidak melunturkan semangat siswa-siswa kelas XI IPA 3 yang sedang bermain voli di lapang sana.

Sorakan penonton dari koridor riuh menggema ke seluruh penjuru sekolah. Kebanyakan siswi-siswinya sih yang heboh. Wajar aja banyak yang nonton, yang main anak XI IPA 3 yang semua siswanya terkenal sebagai siswa unggulan. Katanya.

Aku sebenarnya tidak tertarik menonton mereka. Namun, akibat dua sahabatku yang super duper heboh dan kecanduan cogan alias cowok ganteng, aku berakhir nangkring di sini. Berdiri di tengah barisan fangirl garis keras. Menjadi satu-satunya orang yang tidak ikut-ikutan bersorak.

Memilih opsi lain, aku membuka novel yang sedari tadi ku bawa dari kelas. Untuk mengantisipasi situasi seperti sekarang. Aku tidak peduli jika siswa-siswi lain menatapku aneh.  Lalu melanjutkan membaca setiap kalimat dalam novelku dan semakin lama aku semakin hanyut dalam ceritanya.

Karena terlalu fokus membaca, aku tidak sadar ada bola yang melambung ke arahku dan membentur kepalaku dengan keras. Aku terhuyung hingga berakhir jatuh ke lantai. Kacamataku pun terlepas, tak tahu terlempar kemana.

Kepalaku rasanya berat dan pusing. Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Pandanganku mengabur, bayangan yang ku lihat pun tampak berputar-putar.

Beberapa orang mendekatiku. Namun tak begitu jelas siapa mereka.

Aku berusaha memfokuskan mataku ke depan. Di hadapanku ada satu orang yang aku kenal. Dia memakai headband di kepalanya, wajahnya tampak cemas dan yang tidak kusangka-sangka cowok itu adalah ... Andi.

🌺🌺🌺

Bau obat menyeruak ke dalam indra penciumanku. Aku membuka mataku secara perlahan.

Perlu beberapa detik untuk mengembalikan kesadaran. Aku berusaha bangkit, ingin mengubah posisi menjadi duduk. Tapi tak berhasil karena kepalaku masih terasa pusing.

Aku menerawang ke seluruh ruangan. Rupanya aku sedang berada di UKS. Tapi bagaimana aku bisa di sini?

Seingatku, tadi aku sedang berada di lapangan, membaca novel dan ... ah iya! Aku ingat! Ada bola yang membentur kepalaku. Jika melihat kondisiku sekarang, sepertinya aku mengalami pingsan tadi.

Tapi siapa yang membawaku ke sini, ya?

Tanganku rasanya hangat. Aku bisa merasakan ada tangan lain yang menggenggamnya erat.

Aku mendongakkan kepalaku sedikit dan melirik ke samping. Ada seseorang yang sedang tertidur dengan sebelah tangan yang menyelungkup wajahnya.

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang