05 |Pingsan

607 58 1
                                    


.
.

"Chan aku capek.." keluhku saat menepi sesaat di lapangan bola yang bagian sisinya terlindung cahaya matahari.

"Dikata aku tidak capek apa? Nih lihat tanganku sampai merah karena terus-terusan memegang gagang sapu yang terbuat dari besi!" keluhnya sambil memperlihatkan telapak tangannya yang memerah.

"Kamu sih kenapa sikapmu kayak gitu di depan ketos? Pakai acara ngejawab dia segala." kesalku.

"Aku kan bicara yang sebenarnya, kalau ditanya itu ya dijawab lah! Masa diajak baku hantam?"

Ingin kulempar sapu ini mumpung masih berada di tanganku. Namun niatku urung karena melihat wakil ketua OSIS yang berada di seberang lapangan itu sedang mengawasi pekerjaan kami berdua. Sebelum menjalankan hukuman kami disuruh mengganti seragam sekolah dengan baju kaos putih lengan panjang dan celana training. Itupun aku masih tetap merasakan gerahnya keringat yang sudah membasahi setengah bajuku. Ini baru membersihkan lapangan, ada dua hukuman lagi yang harus kami kerjakan. Aku berdoa saja semoga kuat sampai waktu hukuman ini selesai.




***




Kaca jendela gedung kelas 10 sudah kami bersihkan semuanya. Punggung, leher, dan pinggangku serasa remuk karena terus-terusan mendongak guna menjangkau kaca jendela yang lumayan tinggi. Aku dan Haechan mengembalikan tangga yang kami gunakan untuk membersihkan kaca ke gudang dekat gedung olahraga. Sebenarnya bolos hukuman ini bisa, ada kesempatan sedikit saat kami berada di gudang, Haechan terus-terusan mengatakan rencananya tentang membolos hukuman kali ini, namun aku terus-terusan juga mengomelinya karena membolos dari hukuman ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah memperburuk keadaan.

"Sudah mengantarnya?" Kepala Jeno menyembul di pintu gudang yang reflek membuatku sedikit terkejut. Ia pun melanjutkan, "Kalau sudah segera ke ruang OSIS, jangan coba-coba berpikir untuk membolos ya."

Haechan reflek mengumpat pelan, takut didengar oleh wakil ketua OSIS itu. Aku pun segera mendorong punggung Haechan keluar dan menutup pintu gudang. Kami menuju ke ruang OSIS tempat terkutuk yang harus kami bersihkan selanjutnya. Aku merasa pandanganku sedikit memburam, namun tidak! Jangan sekarang! Ini hukuman terakhir untuk hari ini, dan selanjutnya bisa istirahat dan pulang ke rumah.

Pintu ruangan OSIS dibuka oleh Jeno. Udara dingin AC langsung menerpa kulit wajahku yang sialnya membuatku semakin tidak nyaman. Bayangkan tadi panas sekarang tiba-tiba dingin? Oh kepalaku mulai berputar.

Si ketua OSIS sedang sibuk di meja kerjanya entah mengerjakan apa aku tidak terlalu peduli. Aku bertugas mengelap meja dan kaca, sedangkan Haechan bertugas untuk menyapu lantai.

"Aigoo.. tidakkah kalian berikan waktu kami istirahat sebentar saja?" Ini keluhan Haechan.

"Apa kalian tidak kasihan dengan kami yang capek membersihkan lapangan? Kalian tahu kan seluas apa lapangan bola itu? Ditambah lagi lapangan-lapangan lain?" lanjutnya.

"Lalu kami susah-susah membersihkan kaca jendela yang tingginya minta ampun! Leherku hampir patah karena terus-terusan mendongak ke atas."

"Bisakah kau tidak mengeluh Lee Haechan?" Itu suara Mark.

"Kalau tidak mau mendengar keluhanku, beri aku waktu sebentar untuk istirahat!"

"Tidak akan, sampai waktu hukumanmu berakhir baru boleh istirahat."

"Ih dasar pak ketos menyeramkan."

"Apa katamu? Bilang sekali lagi aku tambah hukumanmu."

"Sensitif sekali, lagi pms ya pak?"

"Jangan banyak bicara atau laptop ini melayang!"

"Cih, dasar orang kaya!"

"Kau-"

Terjebak dalam Tubuh Huang Renjun ft. NCT DREAM✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant