14 |Terungkap

416 47 1
                                    

.

.

Di sinilah semuanya terungkap, aku menceritakan semuanya mulai dari awal aku menemukan buku biru itu sampai kepada alasan semua kelakuanku berubah. Ralat, kelakuan Renjun lebih tepatnya.

Saat aku menyudahi ceritaku, ekspresi wajah Haechan antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

"J-jadi.. sebenarnya kau ini bukan Huang Renjun yang asli?" tanyanya ragu-ragu.

"Lebih tepatnya jiwa kami. Tubuh ini memang milik Huang Renjun, namun jiwaku sekarang menempati tubuhnya."

Ia mengacak-acak rambutnya, masih betah dalam ketidakpercayaannya pada ceritaku.

"Sungguh tidak masuk akal."

Ya. Aku juga mempunyai pemikiran seperti itu.

"Jadi satu-satunya petunjuk agar kau bisa kembali adalah buku biru itu?"

Aku mengangguk.

"Dimana buku itu sekarang?" Tanganku refleks menjitak dahinya hingga sang empu mengaduh kesakitan.

"Sudah kubilang tidak tahu. Tempat terakhir yang kuingat adalah perpustakaan. Aku sudah mencarinya disana dua kali, pertama waktu kau menyeretku masuk ke dalam toilet untuk merokok, namun nyatanya disana aku malah dipergoki oleh Jeno. Yang kedua pagi tadi saat aku ingin mengembalikan buku catatan Mark.. OH IYA BUKU MARK!"

Haechan tersentak kaget karena seruanku yang tiba-tiba. Aku menggoncang-goncang lengan kiri Haechan dengan panik.

"Buku Mark mana? Aku menaruhnya dimana? Apa buku itu hilang? Bagaimana ini Haechannn!?"

"Syuuuutttt! Tenang tenang!" Haechan berusaha menenangkanku dengan menangkup kedua pipiku dengan tangan besarnya.

"Buku yang kau bawa itu kan?" tanyanya. Aku pun mengangguk.

"Sebelum kau lari, buku itu sudah tergeletak di lantai. Entah mungkin Jeno yang mengambilnya karena setelah kau lari aku juga ikut lari menyusulmu." jelasnya. Ia perlahan menjauhkan tangannya dari pipiku.

Oh syukurlah. Kupikir aku membawanya sampai ke kelas. Akan merepotkan jika buku itu sampai hilang.

Namun aku teringat sesuatu.

"Em, ja-jadi siapa yang membawaku ke sini?"

"Aku. Saat tubuhmu kutarik kau sudah pingsan. Aku menggendongmu kembali ke ruang OSIS dan mengancam Mark supaya pak ketos itu mau meminjamkan mobilnya." terangnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Tapi kenapa harus ke rumah sakit? Di UKS kan bisa." tanyaku lagi. Ini yang membuatku penasaran sedari tadi.

"Kupikir penyakitmu kambuh lagi. Waktu di ruang OSIS kau nampak sangat kesakitan hingga menjambak rambutmu."

"Lagi? Renjun punya penyakit?"

Pria itu menatapku heran dan selang beberapa detik ia menepuk jidatnya.

"Aku lupa kau bukan Renjun."

Aku hanya tersenyum mendengar itu.

"Bukan penyakit sih, dulu saat kami masih kelas 10 Renjun pernah mengaduh kepalanya sakit waktu jam pelajaran bahasa. Ia menjambak-jambak rambutnya sambil mengatakan kepalanya akan pecah. Lalu guru yang sedang mengajar membawanya ke rumah sakit untuk tes MRI, aku juga ikut waktu itu. Hasil tesnya menunjukkan kandungan kafein dalam tubuhnya tinggi hingga berakibat pada pembuluh darah di otaknya menyempit hingga menyebabkan sakit kepala hebat. Waktu ditanya dokter apakah ia minum terlalu banyak kopi, jawabannya iya. Aku sebagai sahabatnya tidak mengetahui fakta jika Renjun suka minum kopi karena ia tidak mengatakan apa-apa denganku. Aku berasa gagal menjadi sahabat baiknya."

Terjebak dalam Tubuh Huang Renjun ft. NCT DREAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang