08. So far AWAY

379 58 2
                                    

"Ibu!"

"Bu!"

"IBU!"

Mata itu mengerjap perlahan sebelum pupil lemahnya menatap lekat wajah putri sulungnya

"Jaga adikmu ya..."

"Tidak!"

"Jangan biarakan dia merasa kesulitan sedikitpun Jen..."

"IBUUU!!"

"Seseorang ku mohon tolong!" Gadis kecil itu mendekap tubuh dingin ibunya. Matanya terpejam berharap tuhan segera memberinya malaikat untuk segera menolong namun itu hal yang sia-sia lantaran dia tak lagi dapat merasa denyut yang selama ini menentramkan malamnya

Matanya terbuka perlahan menatap atap kamarnya sebelum mendesah pelan dan mendudukan diri dikasur kecilnya "mimpi" gumannya kecil







.






.







.








"Jangan biarkan dia merasa kesulitan sedikitpun Jen"

"Sial!" Desahnya sembari memukul keras meja yang menyebabkan suara dentingan keras menyapa inderanya

"Kakak?!" Rosé melangkah tergesa kerahnya sembari berjongkok memeriksa sekujur tubuhnya jika ada yang terluka "kakak kenapa? Ada yang sakit?" Tanyanya dengan raut wajah khawatir

Baru juga pakai kaos kaki tapi kakanya ini sudah membuat suara keras hingga mencapai ruang tamu yang tentu membuatnya berlari dengan tergesa kemari

Kepalanya mendongak menatap sendu pada wajah pucat Jennie serta mata kucingnya yang begitu redup

"Ayo, aku akan suapin kakak lalu membantu kakak minum obat" dengan reflek Jennie menoleh kesamping menatap adiknya yang sudah menyeret kursi lain untuk duduk didekatnya berniat menyuapinya

"Aaa R-Rosie aku tidak perlu kau suapi sungguh" senyum canggung dia lontarkan untuk menolaknya halus, sungguh Jennie tidak ingin minum pil pahit itu kemarin saja dia belum meminumnya dan sekarang dengan adanya sang adik dia akan tau kalau kemarin dia tidak minum dan kemudian akan memaksanya minum terus hingga obatnya habis

Jennie tidak akan kuat.

"Aku sudah kenyang kok"

"Kalau gitu kakak harus minum obatkan?" Gadis itu berdiri dan beranjak dari tempatnya "kakak taruh dimana obatnya?"

"H-hei kau sudah telatkan? Jadi berangkat sekarang saja oke? Aku akan minum obatku sendiri tak apa" keringat dingin mulai membasahi tangan gadis bermata kucing itu

"Kakak belum minum obat ya dari kemarin?!" Gadis itu berbalik menatap Jennie penuh selidik sedangkan Jennie hanya tersenyum canggung sembari menghindari kontak mata dengannya

"S-sudah kok, mending sana buruan berangkat. Nanti telat kamu kan osis harus kasih contoh yang baik" tuturnya dengan bibir yang mengerucut

Melihat gelagat Jennie gadis itu sudah yakin sepenuhnya kalau kakaknya itu belum minum obatnya sama sekali "aku akan izin" Rosé berbalik berjalan kerah kamarnya

"Izin? Untuk-! Tunggu! Yah aku baik-baik saja kau tidak perlu segitunya, hei Rosie! A-aku akan minum obatku jadi kau harus sekolah hei!" Rosé memilih menulikan pendengarannya dan membanting pintu kamarnya dengan keras sebelum membuang tasnya kesembarang arah dan brganti pakaian dengan cepat

Begitu keluar dari kamar dia sudah disuguhi pemandangan Jennie yang meminum obatnya dengan tergesa-gesa, jika kakaknya ingat dia seharusnya tidak bisa minum obatnya dengan ditelan. Jujur saja sedari kecil Jennie memang tidak bisa menelan pil pahit itu, tapi lihat sekarang gadis itu sudah membuka empat tablet obat dengan empat pil ditangannya berniat menelan itu sekaligus.

So far AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang