─04

1K 86 9
                                    

Voment juseyeo~

.

Langit semakin gelap seiring berjalannya waktu yang kian larut. Jeno membawa langkah kakinya menghampiri seseorang yang akhir-akhir ini memenuhi fikiran dan hatinya. Tubuhnya dibawa duduk di samping si manis yang tengah melamun di bawah sinar rembulan. Netranya tak pernah lepas dari pahatan sempurna sosok di sampingnya, mengagumi dalam hati betapa sempurnanya si manis, betapa cantiknya ia yang terkena terpaan sinar rembulan.

"Nggak ngantuk?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Jeno membuat Jaemin berjengit kaget.

Si manis menoleh kesamping, sedetik kemudian senyuman manisnya merekah indah. Si tampan balas senyuman manis itu.

Jaemin balas pertanyaan Jeno tadi dengan gelengan kepalanya.

"Udah larut, mau pulang?" Tanya Jeno lagi.

Mereka berdua dan yang lainnya memang masih di ronda, sebagian dari mereka tertidur di tongkrongan ronda sedangkan Yuta dan tetua yang lainnya tengah berkeliling.

Jaemin menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Jeno, pria tampan itu berdiri sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Jaemin bangkitnya dari duduknya. 

"Yuk mas." Ajak Jaemin, hendak melangkahkan kakinya namun pegangan dipergelangan tangannya membuat langkahnya urung.

"Sebentar." Jeno melepas hoodie yang ia kenakan, lalu di pakaikan pada si manis yang hanya diam mematung.

"Udah, biar nggak dingin." Ujar si tampan.

Jaemin menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rona merah yang menghiasi pipi gembilnya itu.

"Terimakasih." Cicitnya.

Jeno tersenyum, kuasanya meraih jari-jari lentik itu untuk di bawa ke genggamannya. Mereka berdua berjalan pulang tanpa melepas genggaman satu sama lain. Desiran aneh namun candu dirasakan keduanya, bagaimana aliran darah mereka yang terus naik merambat hingga mampu menggelitik hati mereka. 

Ditemani cahaya rembulan kedua adam itu saling terjatuh pada paras masing-masing, saling terjatuh pada jurang yang bernamakan cinta. Tak memperdulikan apa yang salah dan tidak, manusia ketika jatuh cinta akan merasakan semua kebenaran dan mengelak mentah-mentah satu hal yang salah.

Iya, Jeno mengelak bahwa perasannya pada si manis tidaklah salah. Memang benar, namun Jeno lupa jika waktulah yang salah. Ia terlambat untuk jatuh cinta lebih dulu pada si manis, rasanya sangat kurang ajar saat perasaan itu tumbuh disaat ia yang telah terikat dengan sosok yang bukan disampingnya.

"Mas Jeno?" Bias suara lembut itu membuat Jeno tersadar dari lamunannya. Pria yang memiliki lengkungan bulan sabit itu menetapkan pandangannya pada satu-satunya sosok yang mampu membuat perasannya terombang ambing.

"Mas Jeno kok ngelamun terus, lagi mikirin apa tah Mas?" Pertanyaan dengan nada khawatir itu terlontar begitu saja dari ranumnya.

Jeno tersenyum, langkah keduanya berhenti ketika sampai di depan pagar rumah si manis. Jeno memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan si manis. Kuasanya membawa kedua tangan Jaemin dalam genggamannya. Keduanya terdiam dengan netra yang sama-sama menyelami satu sama lain. Keduanya sama-sama tenggelam dalam tatapan yang dilakukan tanpa sengaja, detak jantung mereka bertalu-talu merasakan serangan kupu-kupu yang memenuhi relung hati mereka.

Jeno membawa kedua tangan Jaemin mendekat kewajahnya.

cup!

Satu kecupan cukup lama mendarat di pemukaan punggung tangan  si manis membuat sang empunya tangan merasa terkejut bukan main. Jaemin sangat terkejut dengan tindakan Jeno yang tiba-tiba, debaran dijantungnya semakin berdebar cepat dan tidak wajar. Seketika Jaemin takut terkena serangan jantung.

the'Two─NOMINWhere stories live. Discover now