Chapter 22 [END]

64 11 2
                                    

_HAPPY READING_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_HAPPY READING_

3 bulan kemudian...

Gue terbangun ketika denger suara Mama yang lagi panik. Selain itu beberapa perawat nyuruh gue untuk pergi menunggu diluar. Gue yang baru bangun dari tidur cuma bisa melihat apa yang lagi terjadi dengan kebingungan. Gue lihat para manusia dengan otak pintar berbaju medis mengerumuni Haechan. Rasa penasaran gue sangat besar, gue pengen lihat tapi gak sempet karena mama yang narik gue buat keluar.

Gue lihat wajah mama yang ketakutan. "Kenapa ma?" Mama bergeming, enggak jawab pertanyaan gue. Dia dengan gelisah buka handphone mau menghubungi seseorang.

Telepon tersambung, mama bicara serus dengan Bunda, orang yang mama telpon. Gue nguping pembicaraan mereka dengan wajah bantal nahan kantuk. Malem-malem baru pulang sekolah, habis itu langsung les, setelah les pergi ke rumah lalu ke rumah sakit. Giliran lagi tidur, tengah malem kebangun.

"Haechan tadi kejang-kejang!" Kenapa gue gak tau? Pantesan gue diusir sama dokter.

"Bahkan detak jantungnya tadi hampir hilang."

Dada gue sesak. Tenggorokan gue sakit, buat nelan ludah aja rasanya sulit banget. Badan gue lemas seketika, rasanya untuk duduk tegak saja sulit. Tangan gue yang lemas saling bertaut. Gue khawatir, gue takut dengan kemungkinan terburuknya.

Gue selalu minta Haechan bergerak sedikit aja, gue selalu minta sama Tuhan. Tapi bukan ini yang gue pengin. Tiga bulan lebih gue sama keluarga dan teman-teman nunggu Haechan bangun. Apa Haechan lagi cape banget ya, maknnya dia tidur terus?

"Haechan anak mama harus kuat ya." Gue lirik mama yang lagi berdoa didepan pintu ruangan Haechan. Sangat khusyu, sampai gue gak berani buat manggil dia hanya sekedar minta pelukan saja. Pelukan penenang dari mama, gue butuh banget.

"PERGI AJA SANA, GAK USAH PULANG! GUE BOSEN KETEMU LO!" Kenapa? Kenapa keputar lagi! Suara gue keputar lagi, suara gue yang nyuruh Haechan pergi. Gue tutup telinga gue kenceng-kenceng. Mata gue terpejam berusaha ngehilangin bayangan kejadian itu.

Kenapa enggak bisa ilang? Gue takut. Gue mohon bayangan ini hilang dari kepala gue.

"Bukan Jake, tapi Haechan."

"Ma-maaf ya, Yogurt nya jadi gak bisa diminum." Gue benci yogurt, gue gak suka yogurt! Sejak saat itu gue benci sama yang namanya yogurt. Gue gak suka!

"Ryujin, stop pukulin kepala kamu!" Mama dateng langsung narik tangan gue dan dia genggam erat. Pandangan kita beradu, lalu mama peluk gue. Gue juga bales pelukan mama erat dan gak mau lepas.

"Kamu kenapa? Kalau ada masalah cerita sama mama." Mulut gue seakan kekunci, gue gak bisa jawab pertanyaan mama. Dengan kondisi tubuh yang masih lemas karena bangun tidur, gue cuma bisa nangis. Nangis sambil dipeluk mama rasanya gak se sesak nangis sendirian didalam kamar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oh My Partner : Lee Haechan ✔️Where stories live. Discover now