Prolog

104K 5.2K 93
                                    

Beberapa tahun yang lalu....

Seorang perempuan kecil sedang menyusun balok di meja ruang tamu. Di dekatnya, ada seorang wanita tua yang memperhatikan perempuan kecil itu. Kemudian tangan kecil perempuan itu tidak sengaja menyenggol susunan balok yang sudah tersusun cukup tinggi. Tak lama disusul suara jeritan kesal saat semua balok jatuh berhamburan ke lantai.

"Nggak usah sedih. Disusun lagi ya baloknya." Wanita tua mulai mengambili balok-balok yang ada di lantai dengan sabar.

Perempuan kecil itu mengerucutkan bibirnya. "Nini sih ngelihatin aku terus. Aku jadi nggak fokus nyusun baloknya."

Wanita tua yang dipanggil Nini mengerutkan keningnya dalam. "Kok nyalahin Nini?" Kekehnya pelan. "Kan Nara yang nggak hati-hati. Masa gara-gara Nini lihatin bisa jatuh?"

Kinara atau biasa dipanggil Nara oleh keluarganya, tidak merespon dan kembali menyusun balok itu lebih hati-hati. 

"Nara sekarang udah kelas tiga ya?" tanya Nini.

Tanpa menoleh, Kinara mengangguk sembari tangannya meletakkan susunan balok.

"Nara pinter nggak kalo di sekolah?" tanya Nini lagi.

Masih tanpa menoleh, kali ini Kinara menggelengkan kepalanya.

Nini menghembuskan napas pelan. "Nara kalo udah besar cita-citanya mau jadi apa?"

Mendengar pertanyaan barusan, baru membuat Kinara menatap Nininya dengan penuh tanya. "Emang harus punya cita-cita?"

Saat pertanyaannya dibalas dengan pertanyaan oleh cucunya, membuat wanita yang dipanggil Nini kebingungan. "Harus dong. Kalo Nara punya cita-cita, belajarnya bakal jadi semangat. Misal kalo Nara mau jadi dokter, Nara harus pinter pelajaran matematika sama sains. Kalo Nara mau jadi atlet, Nara harus rajin olahraga dan latihan terus."

"Nggak mau. Belajar capek. Olahraga juga bikin capek," jawab Kinara santai.

"Emang Kinara nggak mau jadi dokter?"

Kinara menggeleng.

"Jadi guru?"

Kinara menggeleng lagi.

"Artis? Penyanyi? Tukang sulap? Masa nggak ada satupun yang kamu mau?" tanya Nini mulai geregetan.

"Nggak mau, Nini. Aku nggak mau jadi itu semua. Nini jangan paksa-paksa aku," gerutu Kinara sebal.

"Terus kalo kamu udah besar mau ngapain?" Nini mengulangi pertanyaannya lagi.

Kinara melebarkan senyumnya dan berkata. "Aku mau seharian tidur di rumah. Nggak sekolah dan nggak belajar. Maunya tidur, main ipad, nonton TV, makan, terus tidur lagi."

Nini melongo mendengar jawaban itu. Jawaban cucunya berbeda sekali dari anak kecil pada umumnya yang selalu ingin menjadi dokter, guru atau artis saat ditanyai soal cita-cita.

"Biarlah dia jadi apapun yang dia mau. Lagian Nara masih kelas tiga SD. Jangan dipaksa harus jadi sesuatu."

Suara berat laki-laki menimpali. Ia adalah Aki, suami Nini sekaligus Kakek dari Kinara. Seorang pria tua yang semua rambutnya sudah memutih keseluruhan. Kulit wajahnya sudah dipenuhi keriput. Meski tubuh Aki masih terlihat tegap, tapi nyatanya fisiknya tak sebugar dulu.

"Nara harus punya cita-cita dari sekarang. Mau jadi apa dia kalo nanti udah besar?" Nini bersikeras. Tentu saja ia tidak setuju dengan pendapat suaminya.

Aki berjalan dan menduduki single sofa yang tak jauh dari istrinya. "Kalo dia cuma mau makan tidur doang nggak ada salahnya. Lagian harta kita nggak akan habis buat biayain Nara sampe dewasa."

"Tap--"

"Buat apa kalo jadi orang kalo nggak ingat sama orang tuanya. Sama kayak anakmu itu," potong Aki cepat. "Dimodali sampe sukses, bukannya ingat orang tua malah jarang dateng ke rumah. Bahkan anaknya tinggal sama kita juga jarang banget ditengokin," tambahnya.

Nini menghela napas lelah. "Itu anakmu juga. Dia Papanya Nara. Nggak seharusnya kita ngomong seperti ini di depan Nara," ucapnya memperingatkan.

Aki berdiri dari single sofa. "Mau jadi apapun Nara nanti, atau bahkan nggak jadi apapun dia, anak itu akan menjadi cucu kesayangan kita. Semua hartaku sudah aku balik nama atas nama Nara. Jadi hidup Nara nggak akan menderita kalopun kita sudah tiada," ucapnya sebelum meninggalkan ruang tamu.

Kinara tidak mempedulikan perdebatan yang terjadi antara Nini dan Akinya. Ia malah sibuk dengan dunianya sendiri dengan menyusun balok lainnya menjadi bentuk rumah.

***

Sorry for typo and thankyou for reading❤

Author Note:
Selamat datang di cerita baruuuu...
Karena cerita Become a Great Mom udah mau selesai, aku bawa pengganti cerita itu.

Kayaknya nggak perlu diingtin lagi ya kalo cerita ini bakal seringan bulu. Kalo kalian mau cerita dengan konflik berat, kalian salah lapak. Di lapakku rata-rata konfliknya seringan bulu semua.

Oke tanpa banyak cincong, selamat membaca dan mengikuti cerita ini. Enjoy😊

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang