Bab 10

32K 3.2K 73
                                    

"Mbak, masih lama ta?" teriak Hilda tidak sabaran.

Tidak ada jawaban dari Kinara.

"Mbak Kinara!" teriak Hilda lebih keras.

Kinara keluar kamar terburu-buru. Bahkan ia masih memegang liptint di tangannya. "Bentar. Tinggal pake ini sama parfum doang kok. Bentar ya." Setelah mengatakan itu Kinara kembali masuk ke dalam kamar.

Hilda menghempaskan punggungnya ke sofa. Ia datang sudah dari setengah jam yang lalu. Ia kira Kinara sudah siap. Karena perempuan itu sudah berpakaian rapi saat membukakannya pintu. Kinara menyuruhnya duduk dan menunggu sebentar karena katanya Kinara mau berdandan. Tapi sebentar menurut Hilda tenyata berbeda dengan Kinara. Sudah hampir setengah jam Hilda menunggu Kinara untuk berdadan, tapi Kinara belum selesai juga. Padahal menurut Hilda, wajah Kinara sudah sangat cantik walaupun tanpa makeup.

Kinara berjalan keluar kamar menenteng sling bag-nya. "Maaf ya lama. Ada beberapa makeup yang lupa aku bawa dari Surabaya. Jadi aku harus bongkar koper dulu cari makeup yang aku bawa."

"Kok bisa sih Mbak pake makeup tapi kelihatan gak pake makeup."

"Kenapa? Aku jelek ya? Terlalu polos ya nukaku?' tanya Kinara panik memegangi kedua pipinya.

Hilda menggeleng. "Nggak. Malah bagus banget. Kelihatan natural makeup-nya. Nggak dempul sama sekali."

Kinara mengibaskan rambutnya bangga. "Iya dong. Siapa dulu yang makeup."

"Pasti makeup-nya harganya jutaan," sahut Hilda. "Biasanya kalo makeup mahal kalo dipake bisa kelihatan natural banget. Sama tuh kayak yang dipake sama artis-artis," lanjutnya. 

"Ada yang nggak jutaan kok."

"Ratusan ribu?" tanya Hilda yang langsung diangguki oleh Kinara. "Aku beli makeup yang ratusan ribu aja mikir banget, Mbak. Biasanya pake makeup yang puluhan ribu," lanjutnya dengan cengiran lebar.

"Emang ada makeup yang harganya puluhan ribu?" tanya Kinara tak percaya.

"Mbak nggak tau kalo ada makeup yang murah?"

Kinara menggeleng. "Aku pake makeup dari beberapa merk yang emang udah jadi favoritku."

"Pantes mulus banget makeup-nya. Harga emang nggak mungkin bohong."

Kinara mengibaskan tangannya
"Bahas makeup-nya nanti lagi. Kita berangkat sekarang. Takut keburu macet di jalan kalo kita terlalu siang," ucapnya.

Hilda berdecak. Padahal daritadi yang lama adalah Kinara. Ia keluar rumah mengikuti Kinara. Setelah melihat Kinara mengunci semua pintu rumah, ia menyusul Kinara masuk ke dalam mobil.

"Mbak, kita beneran jalan ke mall kan?" tanya Hilda sembari memasang sabuk pengamannya.

"Iya."

"Aku jarang banget jalan-jalan ke mall."

Kinara melirik Hilda sekilas sebelum mrnyalak mesin mobil. "Kenapa?" tanyanya tanpa menatap Hilda.

"Jauh, Mbak. Kalo naik taksi online mahal," jawab Hilda dengan cengiran lebar. "Apalagi semenjak kerja jarang punya waktu buat istirahat. Kalo ada waktu libur lebih milih di rumah aja buat tidur."

"Sekarang lagi libur kok mau aku ajak?"

"Mau dong. Kan Mbak Kinara yang ngajak."

Kinara menoleh dan geleng-geleng kepala. Ia mengajak Hilda ke mall bukan tanpa tujuan. Semenjak dia tinggal di Malang, tangan Kinara sudah lama tidak menyentuh sketch book. Beberapa sketch book yang ia bawa ternyata sudah terisi semua. Nanti ia akan membeli beberapa sketch book untuk menemani waktu gabutnya di rumah.

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang