Bab 7

31.9K 2.9K 67
                                    

Tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Karena salah satunya pasti menyimpan perasaan lebih. Sama seperti yang terjadi pada Ardan. Ia memiliki seorang sahabat perempuan, tapi ternyata ia sadar kalau perasaanya lebih dari sahabat. Ia berusaha memandam rasa cintanya karena takut sahabatnya akan pergi meninggalkannya.

Sepertinya keputusan untuk memendam perasaannya selama lebih dari lima tahun malah menjadi bumerang untuk Ardan. Marissa, sahabat Ardan dari jaman sekolah tiba-tiba memberikan undangan pernikahan untuknya. Yang lebih menyakitkan, ternyata Marissa menikah dengan sepupu Ardan yang bernama Danang. Seketika Ardan patah hati dan merasa sangat menyesal karena tidak berani menyatakan rasa cintanya pada Marissa.

Beberapa bulan setelah pernikahan Marissa dan Danang dilasungkan, Ardan memutuskan untuk meninggalkan kota Jakarta demi menyembuhkan luka hatinya. Ia rela meninggalkan pekerjaan dan keluarganya, pergi merantau ke kota Malang untuk mengurus tempat wisata, yang bahkan saat itu ia pikir tidak ada masa depannya. Seiring berjalannya waktu, Ardan mulai mengobati luka hatinya dengan sibuk bekerja. Tapi bukan berarti ia melupakan perasaannya untuk Marissa. Hanya saja, ia bisa lebih menerima kenyataan karena jarak yang memisahkan mereka.

Banyak perempuan yang ada di sekeliling Ardan, tapi sampai detik ini ia belum mau membuka hatinya lagi. Tidak ada satupun perempuan yang bisa disandingkan dengan masa lalunya. Sosok perempuan dengan kelembutan dan keanggunannya. Seorang perempuan yang pintar masak, mandiri, bertutur kata lembut dan selalu bisa mengerti dan menjadi tempatnya berkeluh kesah. Kini perempuan itu sudah menjadi milik orang lain. Orang yang ternyata begitu dekat dengannya.

Untung menghalau kesedihannya, Ardan berfokus untuk bekerja mengembangkan tempat wisata milik Papanya, yang nantinya akan menjadi miliknya. Baru beberapa tahun ia mengambilalih tempat ini, sudah banyak perubahan positif yang terjadi. Dan ia bangga dengan hasil kerja kerasnya. Dibalik rasa sedih karena ditinggal menikah oleh sahabat yang ia cintai, ternyata ia bisa menghidupkan kembali tempat wisata yang hampir tutup.

"Pak, ini tanamamnya sudah banyak dipanen ya?" tanya Ardan pada karyawannya. Kini ia sedang berkeliling bersama dengan salah seorang karyawan mengecek bagian perkebunan.

Umar yang berdiri di sebelah Ardan sontak mengangguk. "Tapi untuk yang wisata petik, masih dibiarkan dan belum dipanen, Pak. Biasanya banyak pengunjung yang antusias buat ikut metik, Pak."

Ardan mengangguk paham. Beberapa tahun terakhir, memang ada beberapa perkebunan yang dibuka untuk umum. Sehingga beberapa pengunjung yang datang bisa ikut merasakan sensasi memetik buah atau sayur langsung dari kebunnya. "Habis ini tolong kamu ngecek ke Pabrik yang di belakang. Saya mau kembali ke ruangan saya," pintanya.

"Siap, Pak!"

Di paling belakang tempat wisata, terdapat pabrik untuk mengolah hasil panen dari perkebunan. Selain hasil panen dijual untuk pengunjung, ada juga hasil panen yang diolah menjadi maakanan atau minuman. Entah itu dijadikan jus botol, keripik atau olahan lainnya. Beberapa produk yang sudah diolah akan dijual sendiri di tempat khusus oleh-oleh.

Setelah berpisah dengan Umar, Ardan berjalan ke arah bangunan yang menjadi ruangannya. Bangunan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari area vila. Ruangannya memang sengaja ia bangun terpisah dari area wisata. Ia ingin membuat ruang kerjanya lebih tenang agar ia bisa tetap fokus bekerja.

Saat ini ia tengah memeriksa neraca keuangan. Setiap bulan, selalu ada peningkatan yang terjadi pada tempat wisata. Peran sosial media sangat berpengaruh besar bagi kemajuan tempat wisata. Beberapa pengunjung yang datang, seringkali mempromosikan tempat wisata di akun sosial media mereka. Entah itu tiktok, instagram atau bahkan twitter. Beberapa dari postingan pengunjung menjadi viral dan membuat banyak orang yang akhirnya ikut datang karena penasaran.

Let Me Closer (Completed)Where stories live. Discover now