Chapter 2

292 54 17
                                    

Disaat kebanyakan usia seseorang yang masih muda menjalani kehidupan layak dengan sering bermain dan menikmati hidup tanpa beban apapun, itu adalah sebuah hal yang tak akan pernah bisa Suho rasakan jika memutar waktu kembali. Ia sudah berjuang sejak kecil disaat ayahnya meninggal dan ibunya melarikan diri keluar negeri meninggalkan dirinya dan juga adiknya merupakan hal terburuk yang terjadi semasa hidupnya.

Ia tak merasa mengeluh jika harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan Yerim, hanya saja bagaimana bisa kasih Ibu sepanjang masa tidak berlaku pada keluarganya. Wanita itu meninggalkan Yerim yang sedang sakit dan butuh kasih sayang penuh namun tak akan pernah di rasakannya kembali. Suho tidak yakin jika ia membenci Ibunya sendiri. Ia hanya ingin fokus mencari banyak uang untuk biaya pengobatan adiknya.

"Suho-ssi!"

Suara panggilan keras itu menyadari lamunannya. Suho menoleh melihat seorang pria berjalan cepat mendatanginya dengan wajah marah.

"Apa kau tuli?, kau tidak ingin bekerja disini lagi?, aku memanggilmu sejak tadi dan kau malah diam disini seperti orang bodoh!." Omel pria tersebut.

Suho meringis dan membungkuk singkat, "Jeoseonghamnida, Saya berjanji tidak akan mengulanginya, Manajer Jang."

Manajer Jang menghela nafas kasar dan berjalan mendekati Suho yang tertunduk. Pria itu mendorong bahu Suho dengan telunjuknya berulang kali.

"Kalau kau sudah tidak ingin bekerja lagi disini bilang saja, kau pikir kau siapa mengacuhkanku seperti tadi?, hanya karena kau beruntung mendapat ciuman oleh pemilik hotel ini jadi kau bisa bersikap seenaknya?" Desisnya.

Suho mengeraskan rahangnya menahan perasaan marah yang kian bertambah. Ia tidak suka hal seperti itu di ungkit kembali. Ia memejamkan matanya sejenak mengontrol perasaannya. Ia masih ingin bekerja. Bagaimana mungkin ia berhenti disaat dirinya sangat membutuhkan uang.

"Hei bodoh! Kau mendengarkanku atau ti-"

"Manajer Jang."

Interupsi seseorang membuat pria itu menoleh menatap terkejut wanita yang tengah berdiri melipat tangannya di depan dada dengan tatapan menyelidik. Wanita itu berjalan mendekati mereka terlebih tatapannya kini tertuju pada Suho yang menunduk.

"Daepyo-nim, ada apa kau kemari?" Tanyanya hati hati menatap Jisoo.

"Kenapa?, apa aku tidak boleh mengunjungi hotelku sendiri?"

Manajer Jang meringis, "Tidak, bukan seperti itu maksudku. Aku-"

"Sstt.", Bungkam Jisoo yang membuat pria itu merapatkan mulutnya dengan cepat, "Berhenti bicara dan lakukan tugasmu. Pergilah." Usirnya.

"Ne," Ucap Manajer Jang seraya membungkuk singkat dan pergi meninggalkan Suho dan Jisoo.

Jisoo mendengus pelan menatap Suho yang masih menunduk. Ia menjentikkan jarinya di depan pria itu, "Kepalamu tidak pegal menunduk seperti itu?, tatap lawan bicaramu." Titahnya.

Suho menelan salivanya dan menatap Jisoo yang memicingkan bola matanya, "Sepertinya kau tertolong berkat diriku." Ujarnya percaya diri.

Suho membungkuk singkat, "Terima kasih, Daepyo-nim."

Jisoo mendecak merasa tak puas dengan jawaban Suho, "Jika Irene yang melihat kejadian ini, Manajer Jang akan di ceramahi karena memarahi pegawai dengan berlebihan atau mungkin akan di pecat karena dia mengomelimu. Mungkinkah karena wajahmu yang terlihat tampan maka dia langsung menciummu tanpa sebab? Kenapa aku semakin tertarik pada kau dan sepupuku sejak kejadian ciuman aneh itu?."

Suho terdiam tak menanggapi ocehan Jisoo yang sangat tidak ingin ia dengarkan. Ia bahkan sudah satu bulan tidak melihat Irene semenjak obrolan terakhir mereka. Ia merasa seperti melukai hati wanita itu sampai dirinya berpikir kalau Irene tak ingin melihat wajahnya lagi.

MELANCHOLIAWhere stories live. Discover now