Chapter 11

280 53 20
                                    

Kedua ujung sudut bibir yang melengkung itu tidak pernah membuat sang empunya untuk berhenti melakukan hal yang membuatnya merasa riang hati. Beberapa luka gores di jari tangannya yang sudah terbalut oleh plester kain tak membuatnya menyerah untuk melakukan hal yang harus sesuai dengan ekspektasinya. Wanita berambut panjang coklat itu mengambil sebuah mangkuk putih untuk menaruh potongan wortel yang baru saja di selesaikan, lalu menaruhnya ke tempat dimana semua potongan sayuran sudah terpotong rapi. Sejenak ia menghentikan aktivitasnya menatap semua sayuran tersebut sembari memikirkan kelengkapan bahan-bahan yang akan di masaknya pada tahap selanjutnya. Akan membutuhkan waktu yang sangat lama, tapi ia menyukainya sekedar berkutat di dapur walaupun sehari saja karena padatnya jadwal kerja yang biasanya terus menumpuk.

"Astaga!"

Irene menoleh mendengar pekikkan suara dari Seulgi yang baru saja datang sembari menaruh dua kantung belanjaan yang berisi semua barang titipan milik Irene.

"Agassi, apa yang anda lakukan?!"

Irene mengernyit dengan raut wajah serta nada terkejut Seulgi. Ia bahkan merasa tidak melakukan kesalahan apapun, lantas Irene menatap bingung Seulgi yang kini berkacak pinggang menatapnya.

"Apa anda ingin menggelar pesta perayaan hingga menyebabkan banyaknya luka di jari tangan anda?" Tanyanya seraya mengalihkan pandangannya menatap banyaknya semua sayuran yang tertata rapi di atas meja marmer tersebut hingga membuatnya menganga. 

Irene meringis pelan ketika ia menyadari tentang apa yang di maksud Seulgi. Ia pun ikut menatap barisan sayuran, daging, dan buah yang berjejer disana.

"Aku hanya ingin melatih masakanku agar enak, dan aku sudah menyiapkan menu makanan untuk Suho pulang nanti." Ucapnya ringan.

Seulgi menghela nafasnya pelan, lalu mendekati Irene seraya mengecek luka-luka yang sudah di obati untuk memastikan bahwa wanita itu melakukan pengobatan yang benar, "Agassi, aku tahu anda sangat mencintai Tuan Suho, tapi suami anda akan pulang dari Tokyo sekitar tiga hari lagi. Dari pada itu, Aku yakin anda tidak akan bisa menghabiskan semua porsi makanan ini sendirian." Ucapnya.

Irene memang tidak bisa menyembunyikan perasaan gembiranya ketika Suho akan pulang kembali ke Korea setelah menghabiskan dua minggu lamanya karena urusan bisnis. Ia bahkan tak rela ketika Suho harus berangkat ke Tokyo karena ia akan merasa sendirian di rumah, walaupun ia menyadari fakta bahwa selama ini sebelum menikah dirinya hanya hidup sendiri, tapi hal ini sekarang menjadi pengecualian ketika semuanya berubah saat Suho hadir di hidupnya.

"Makanan ini tidak boleh di buang." Gumamnya.

Seulgi tentu saja mengangguk setuju dengan pernyataan Irene, "Lalu anda yakin akan menghabiskan semuanya?" Tanyanya ragu.

Irene menggeleng pelan lalu menatap seulgi dengan semangat, "Kita harus membagikannya pada Panti Asuhan Hansong untuk makan siang mereka." Ucapnya.

Seulgi mengangguk setuju, "Tentu, ayo kita mulai memasak, masih ada sekitar tiga jam lagi menuju makan siang." Sahut Seulgi seraya mengambil celemek sebelum memulai menumis masakannya.

"Seulgi." Panggil Irene tanpa menghentikan aktivitas membumbui dagingnya.

"Ne?"

"Aku harap kau tidak lupa untuk memberikan amal bulanan pada bulan ini ke panti asuhan Hansong." Sahut Irene.

Seulgi meringis pelan, "Agassi, kenapa anda selalu mengingat kesalahanku yang terjadi hanya satu kali saja. Itu juga karena jadwal anda yang sangat padat hingga menyebabkan diriku lupa. Lagi pula, setelah itu jadwal amal pun berjalan lancar." Keluhnya.

Irene tak menanggapi hanya melirik Seulgi dengan senyuman kecilnya menatap perempuan di sampingnya dengan raut wajah yang masih tidak terima. Irene menggeleng pelan lalu melanjutkan aktivitas memasaknya.

MELANCHOLIAWhere stories live. Discover now