Chapter 46

113K 16.4K 3K
                                    

Ini ku ketik mencapai 2ribu kata, yuk bisa yuk 10K votes. Kalau gak nyampe 10K votes gak di update yaa

*
*

Sudah seharian ini Citra terus membujuk anak semata wayangnya untuk mau makan. Aqiela jatuh sakit karena tak ingin makan.

"Aqiela, kamu gak boleh seperti ini, kamu harus makan. Tubuh kamu butuh nutrisi, sayang."

"Aqiel gak mau makan, Ma. Aqiel mau ketemu Bang Shaka."

"Jangan begitu, sayang. Arshaka punya kesibukan."

"Untuk jenguk Aqiel sebentar aja gak bisa, Ma?"

"Nanti coba Papa bicara sama Arshaka, Nak," ucap Farid.

Citra terkejut mendengarnya, ia melirik Farid yang tengah membujuk Aqiela untuk mau makan. Dirinya tak habis pikir dengan Farid.

"Bang, Citra mau bicara," ucap Citra sebelum berlalu keluar kamar Aqiela.

"Tunggu sebentar ya, sayang. Papa bicara dulu sama Mama," pamit Farid pada Aqiela. Pria itu mengecup pucuk kepala Aqiela sebelum menyusul Citra keluar kamar.

"Ada apa?"

"Kamu kenapa bisa bilang begitu sama Aqiela, Bang?"

"Memangnya salah kalau Arshaka datang kesini? Aqiela hanya ingin itu."

"Tapi Arshaka punya istri, Bang. Istrinya lagi hamil," ucap Citra.

Farid menghela napas, "lalu kamu diam aja liat anak kita yang mogok makan? Kamu mau anak kita tambah sakit?"

"Bukan begitu, ya ampun, Bang. Kalau Bang Farid minta Arshaka untuk jenguk Aqiela, gimana perasaan istrinya?"

"Citra--"

"Gak tau deh, Citra bingung sama Bang Farid, Abang terlalu memanjakan Aqiela dan menuruti semua keinginannya, Abang gak bisa terus-terusan memanjakan dia. Aqiela memang anak kita, tapi usianya udah 18 tahun. Dia bukan anak kecil 8 tahun, Bang. 18 tahun, waktunya beranjak dewasa."

Setelah mengucapkan itu, Citra berlalu menuju kamar, meninggalkan Farid yang terdiam.

****

Ponsel Aryan berdering saat mereka semua tengah makan malam bersama. Aryan tak menjawab panggilan itu, karena memang jika tengah makan, mereka semua hanya fokus makan. Kecuali jika ada suatu hal yang penting.

Tetapi ponsel Aryan terus berdering, membuat mereka semua mulai terganggu. Aryan melirik Arshaka, meminta izin untuk mengangkat panggilan masuk tersebut.

"Om Farid," ucap Aryan memperlihatkan layar ponselnya pada Arshaka.

Arshaka mengangguk, "angkat."

"Iya, waalaikumussalam, Om," ucap Aryan pada sambungan telepon.

"Aryan, bisa kamu dan Arshaka ke rumah sakit?"

"Siapa yang sakit, Om?"

"Aqiela masuk rumah sakit."

Aryan terdiam beberapa saat, membuat mereka semua menatap Aryan, menunggu kelanjutan percakapan Aryan dengan Farid.

"Iya, Om. Aryan kesana."

"Siapa yang sakit, Bang?" Tanya Zyana setelah sambungan telepon Farid terputus.

"Aqiela," ucap Aryan.

ATHARRAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang