Bertemu keluarga Ebrahim

13 4 1
                                    

Setelah kepergian Adara dan juga Abrisham tak berlangsung lama datang Aftar dengan mobilnya dan Vira membukakan pintu. "Assalamualaikum Vira." Tanvira pun mempersilahkan Aftar masuk setelah mengucap salam.

Aftar menatap rumah yang sedikit lebih sederhana dari kediaman miliknya, bangunan yang terlihat sudah lama namun masih apik dan terkesan klasik. "Apakah Bunda dan Ayah ada?" Vira pun memanggil kedua orang tuanya.

"Eh nak Aftar, ada apa kesini? mau main dengan Vira ya?" tanya Farhan dengan senang.

"Ah niat Aftar ingin mengajak Vira main ke rumah, Umi katanya penasaran ingin bertemu jika Vira ada waktu eumm dan Adara, Umi juga pingin bertemu." ujar Aftar. "Maaf Kak baru aja Kak Ara dibawa calonnya jadi gak ada di rumah." Aftar menatap kecewa padahal Uminya sepertinya mendambakan kehadiran Adara.

"Tidak apa, lain kali saja." Tanvira mengangguk.

"Yasudah tunggu ya kak, Vira mau ganti pakaian dulu." Aftar mengangguk. "Jadi keinget dimana dulu kamu mau dijodohin sama Adara, sebenarnya waktu itu Umi kamu ngebet banget sama Adara waktu kamu sekolah di Kairo." ucap Fatin.

"Beneran Bun, Umi gak pernah cerita cuman terkadang cerita tentang Adara saja." Fatin

tersenyum. "Hehe maafin Bunda ya gak bisa mewujudkan keinginannya, bilang aja kalau semisal kamu memang berjodoh sama Adara Bunda selalu merestui." Aftar tersenyum.

"Aftar gak pernah pilih-pilih kecuali memang bagaimana akhlak gadis itu, Aftar rasa Vira tidak terlalu buruk mungkin hanya cara berpakaian yang harus dibenahi." Fatin tersenyum mendengarnya, Aftar sangat dewasa di usianya yang terbilang masih muda dan membuat Fatin semakin mempercayakan putrinya pada anak sahabatnya ini.

"Ah syukurlah, memang Vira orangnya kekinian jadi jangan kaget kalau sikapnya kekanakan lagian usianya masih muda maklum masih labil." Aftar mengangguk mengerti.

...

"Apa? rapat mendadak." ucap Abrisham membuat mimik wajahnya sedikit panik.

"Baiklah sedikit perubahan 10 menit lagi aku akan datang." setelah itu Abrisham menutup panggilannya.

"Ada apa Kak?" tanya Adara.

"Ada meeting mendadak, jadi tidak mungkin jika kita pulang dulu, bagaimana jika kamu ikut ke kantor, mungkin meeting nya hanya 2 jam." Adara menghela nafas dan mengangguk.

Segera Abrisham membawa mobilnya putar balik ke kantornya setelah beberapa menit sampai akhirnya Abrisham membawa Adara masuk membuat atensi para karyawannya menoleh pada Adara.

"Dengar baik-baik, dia nona Adara Fredella Ulani, calon istri saya perlakukan dia dengan baik, jika saya lihat salah satu dari kalian berbuat ulah maka akan saya berikan pelajaran mengerti!" semua mengangguk.

Abrisham menggenggam tangan Adara dan menuju ke ruang pribadinya. "Kamu disini saja, tekan interkom itu jika butuh sesuatu, nanti sekertaris ku akan datang." Adara mengangguk.

Abrisham segera pergi ke ruang rapat baru pertama kali ia terlambat 5 menit dari perkiraan, tapi ia tidak perduli karena meeting ini yang menjadi pimpinannya dia, mungkin terlambat sedikit tidak akan mengurangi apapun.

Kini Adara sendiri di ruangan yang cukup luas, dilantai paling atas membuatnya leluasa melihat pemandangan kota, ia senang melihat banyak kendaraan berlalu lalang, jika dilihat letak perusahaan ini strategis dan nyaman untuk pekerja kantoran, sungguh hebat untuk keluarga Ebrahim menempatkan kantornya pantas saja perusahaan ini maju.

Baru satu jam ia disana dan sudah merasa bosan, akhirnya ia memencet interkom dan segera datang sekertaris Abrisham yang terlihat sopan padanya. "Ada yang bisa dibantu Nona?" Adara meminta sekertaris itu datang padanya.

"Bolehkah kau menemaniku sebentar, disini  sungguh membosankan." sang sekertaris mengangguk setuju, ia tak lupa menutup pintu.

"Jadi, katakan perusahaan ini milik siapa?" tanya Adara, tak terasa mereka hanyut dalam percakapan mengenai perusahaan ini hingga seseorang masuk membuat keduanya menoleh. "Maaf jika menunggu lama." Adara mengangguk.

"Kau harus memberi bonus pada sekertaris mu, jika tidak mampu aku akan memberikan bonusnya, dia sangat asik." Sekertaris menunduk malu di puji begitu oleh calon istri bosnya.

"Tidak perlu membayarnya aku yang akan memberikan langsung, kau pikir aku miskin hingga tidak bisa membayar bonus padanya?" Adara tersenyum.

Setelah sekertaris nya pergi Abrisham bertanya. "Apa kau lapar?" Adara menggeleng. "Aku bosan, ayo bertemu Mom mu." Abrisham terkekeh. "Apakah kau sudah tidak sabar hmm?" Adara gelagapan mana ada seperti itu, ia jadi salah tingkah sendiri karena mendapat godaan kaum Adam ini.

Tak perlu berlama-lama mereka akhirnya pergi ke mansion Ebrahim tak lupa Adara membawa oleh-oleh makanan, walau belum pernah bertemu jika tanpa buah tangan berkunjung ke rumah orang juga kurang mengenakkan.

Sesampainya mereka di sana Adara sedikit gugup karena takut tidak diterima dengan baik, namun semua hilang ketika seorang wanita paru baya yang ia kenal menunjukkan wajahnya. "Ah baru datang rupanya, yuk masuk!" Adara mengangguk.

"Assalamualaikum.." Ucap Adara.

"Waalaikumsalam." Setelah mendengar balasan itu Adara menengok, seorang lelaki paru baya dengan tongkatnya membuat Adara  menebak bahwa itu kakek Abrisham, tanpa berkata Adara langsung mencium tangan Mommy.

"Selamat pagi Bu, Kek ini sedikit buah tangan jika tidak suka tidak apa karena Adara tidak tau kesukaan kalian." ucap Adara.

"Kamu masih inget Mommy kan?" tanya Mommy sambil mengambil makanan ditangan Adara.

"Iya Bu, yang di cafe kan?" Mommy tersenyum.

"Panggil Mom saja!" Adara menggaruk tengkuk, menjadi sedikit canggung tapi ia segera menepisnya.

"Mom apa kabar?" tanya Adara dengan sedikit menghilangkan rasa gugupnya.

"Alhamdulillah baik, kamu bagaimana?" tanya Mommy dengan sangat antusias karena ia merasa Adara sedikit berusaha menyesuaikan dirinya.

"Seperti yang Mom lihat." Gurauan Adara membuat mereka tertawa bersama. "Apakah tidak mempertanyakan Kakek?" Seketika Adara menengok, ia tersenyum dan mencium tangan Ebrahim dengan sopan.

"Bagaimana keadaan Kakek?" tanya Adara. "Alhamdulillah baik, jadi ini gadis yang membuat cucu Kakek ditolak wanita?" tanya Ebrahim dengan nada menggoda membuat Adara melirik Abrisham sebentar, melihat bagaimana pria itu berekspresi.

Abrisham menatap datar Kakeknya walau tersirat rasa malu setelah Kakeknya berkata jujur pada orang itu secara langsung. "Itu...bukan menolak Kek hanya tidak percaya saja, syok gitu." sambil tertawa pelan merasa tidak enak.

"Sudahlah, apakah sekarang sudah menerima cucu Kakek?" Adara terdiam mendapat pertanyaan itu, dalam benaknya ia masih bingung akan jawaban yang harus ia berikan, jujur saja karena ia baru bertemu Abrisham belum mengerti semua tabiat pria itu.

"Mom, Kek Abrisham pamit ke kantor dulu, masih banyak hal yang belum diselesaikan." Mereka mengangguk. "Ra, nanti sore aku jemput lagi." Adara mengangguk.

Setelah itu Abrisham segera pergi meninggalkan keluarganya, sungguh ia tidak mau berada di situasi canggung, dan lebih baik pergi dari sana.

Tbc

Bismillah Ku Memilih (END)Where stories live. Discover now