Bukan Pilihan

4 0 0
                                    

Mereka merasa senang akan apa yang Adara ajarkan, karena terkadang sesekali Adara bergurau membuat pelajaran tidak suntuk, kadang juga ada kuis dan sebagai imbalannya Adara memberikan beberapa lembar uang jika ada yang menjawab dengan benar.
Kini waktu menunjukkan pukul 3 subuh, Adara dan suaminya baru saja selesai melaksanakan sholat tahajud mereka, baru saja Adara mencium tangan suaminya ia langsung menahan rasa mual nya dan masuk ke kamar mandi.

Hwekk

Hwekk

"Kamu kenapa sayang?" tanya Aftar panik, Adara menggelengkan kepala pertanda dirinya lemas.

Baru saja Aftar hendak memegang kening istrinya namun Adara kembali mual dan mengeluarkan cairan beningnya membuat Aftar segera menelpon Lani dan Lani di sebrang sana meminta Aftar membawa Adara ke rumah sakit.

"Sayang, setelah ini kita ke rumah sakit ya!" Adara menggeleng lemas.

"Tidak usah Suami, insyaallah ini hanya sesaat mungkin aku hanya perlu istirahat untuk memulihkan kondisiku." Aftar menuntun Adara ke ranjangnya dan menidurkan istrinya.

"Ya sudah kalau semisal masih gini atau tambah parah, kita ke dokter ya!" Adara mengangguk setuju, dengan wajah lemas ia pun membaringkan tubuhnya.

Pagi harinya Adara sudah sedikit membaik, ia pun turun kebawah mendapati suaminya menyiapkan sarapan.

"Suami, apa yang kamu lakukan? biar aku saja." Saat Adara hendak mengambil alih Aftar mengecup pipinya hingga membuat Adara memerah karena tersipu.

Cupp

"Ishh kurang..." ucap Adara dengan manja dan hal itu membuat Aftar gemas dan mengecup seluruh wajah istrinya dengan gemas.

Cupp

Cupp

Cupp

Cupp

"Ahahha geliii..." Aftar pun menggendong istrinya dan membawa ke meja makan.

"Disini ya, dengerin suami!" Adara terkekeh geli dan mengangguk patuh, Aftar segera menuntaskan acara menyiapkan sarapannya.

"Suami, kamu mau kemana sekarang?" tanya Adara.

"Bantuin Abi di kantor habis itu ngurusin toko kue kamu." Mendengar itu Adara membulatkan mata.

"Loh, kok jadi kamu yang ngurusin toko aku sih suami? kan uangnya masih diaku." mendengar itu Aftar terkekeh sambil membawa makanan ke meja, lalu mencubit gemas hidung istrinya.

"Uang yang kamu pegang juga uang aku sayang, jadi dari pada kamu mikirin lebih baik aku yang ngurusin biar cepet beres lusa tinggal pembukaan toko nya jadi kamu gak usah repot ngurusin uangnya." Adara memeluk suaminya dengan erat.

"Aaaa makasih suamiku, aku hiks...gak tau kamu bisa kepikiran bantu aku, maaf ya udah ngerepotin padahal hiks...kamu kan bantuin Abi kerja juga hwaa..." Aftar terkekeh mendengarnya.

"Udah kamu sensitif banget sih, jadi pingin gigit." Adara cemberut mendengarnya membuat Aftar tertawa melihat ekspresi istrinya.

...

Di ruang tamu terdapat 2 keluarga yang berbeda, salah satunya adalah keluarga Ebrahim, kini mereka tengah mengadakan perjodohan untuk Abrisham.

"Baiklah, kamu bisa perkenalkan nama kamu." wanita itu tersenyum ia pun berdiri.

"Selamat siang Tuan Nyonya Ebrahim, saya Sisy Devanora Abrigan putri dari Ayah saya Devanora dan Ibu Viska Abrigan umur saya 25 tahun dan karir saya menjadi model majalah internasional." Mendengar itu Lisa tersenyum dan menyuruh Sisy untuk duduk kembali.

Bismillah Ku Memilih (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant